“Merengkuh rindu di Pulau Lampu Belinyu”
Menenggelamkan diri dibirunya air laut. Trip yang gak direncanakan jauh-jauh hari. Ya, trip bersama kelabang boo! (walaupun gak lengkap personelnya). Kelabang bo merupakan nama keluarga angkatan 8 kelas unggulan SMAN 1 Pemali. Singkatan dari Keluarga angkatan delapan oke dari tahun 2007 sampai sekarang. Masih.
Menenggelamkan diri dibirunya air laut. Trip yang gak direncanakan jauh-jauh hari. Ya, trip bersama kelabang boo! (walaupun gak lengkap personelnya). Kelabang bo merupakan nama keluarga angkatan 8 kelas unggulan SMAN 1 Pemali. Singkatan dari Keluarga angkatan delapan oke dari tahun 2007 sampai sekarang. Masih.
Beberapa kali sudah planning list
tapi banyak yang tertunda dan kali ini yeeeaay, at the least, we done 10
Agustus 2014. Saya bersama beberapa personel kelabang bo! Trip to Pulau Lampu
di Belinyu, masih di Bangka Belitung. Saya pikir dan memang kenyataannya sudah
banyak yang menceritakan seluruh keindahan yang ada di Pulau Lampu, buka
rahasia umum. Ya, memang dan saya pun bukan pengunjung pertama. Ya gak mungkin
lah. Saya adalah pengunjung yang menghayati irama kekeluargaan, mengobati
penat, merengkuh kerinduan diantara kami ( personel kelabang bo) sudah lama
tidak bepergian bersama, dimaklumi dengan kesibukan dan jarak masing-masing
personel. Well, di Pulau Lampu seakan rindu kian merengkuh. Pulau Lampu
terletak di Pantai Penyusuk Belinyu, Utaranya Pulau Bangka, Bangka Belitung.
Saya dan beberapa personel
kelabang bo yang ikut dalam trip ini antara lain Jamik, Murzani, Isfarina,
Anes, Fajar, Bekti Yulis, Mutiara dan Yuk Eva. Semua dari kami tinggal di
Bangka Induk dan Bangka Tengah, jauh dari Belinyu sehingga kami merental mobil
xenia abu-abu yang bisa memuat orang sembilan orang dan empat dari kami dengan
sepeda motor. Sebelum berangkat, start dari Pangkalpinang dikemudi oleh
Murzani, kemudian menjemput kami di Kenanga. Aih, Gerimis pagi yang menggoda
sekaligus mewarnai keberangkatan kami. Gerimis pagi jam 10, menghias cerita
trip ini. Kami berangkat jam 11 am dari Sungailiat dan tak lupa juga dengan
agenda bakar ikan di Pantai, ritual yang harus ada. Sebelum berangkat isfarina
dan jamik sudah memebeli ikan sinkur yang begitu fresh. Setengah matang ala
orang jepang . Gurih dan manis. Loh?. Belum dibakar ni, baru saja dari pasar.
Lengkap dengan bahan sambel kecap asam pedasnya, snack yang lainnya juga ditambah
lagi buah rambutan, manggis, dan duku dari kelekak ( kebun buah-buahan)
dibeakang rumah Fajar. Perfecto.
Diperjalanan satu setengah jam
yang kami tempuh, ternyata kamitidak langsung ke Pulau. Kami masih menjemput
Ikhsan dirumahnya, Ikhasan salah satu personel kelabang bo juga. Rumahnya di
belinyu. So, we have arrived at Belinyu dan saya sempat posting on facebook.
Hahaha. Untuk ketiga kalinya saya ke Belinyu. Sampai dirumah Ikhsan, wah
disambut hangat oleh keluargnya dan disuguhi makanan. Mengiingat sudah
melakukan perjalanan yang cukup jauh tadi pastinyalaper. Hahha. Ada lagi dari
kami mabok perjalanan, Yulis. Pusing
banget tu. Ini salah satu ciri-ciri orang Bangka karena jarang dengan mobil
kemana-mana karena banyak dengan sepeda motor.
Lima belas menit sudah kami
beranjak dari rumah Ikhsan dan lagi kami mendapat rejeki dikasih ikan super
fresh dari Ibu nya Ikhsan untuk tamahan bakar ikan dan satu termos nasi juga.
Terimakasih ya tante.heheh. Menjelang zuhur kami mulai jalan ke Pulau Lampu. Oh
iya, gak gerimis, gak hujan. Cerah banget!!. Kami singgah seberntar di mesjid
tertua di Belinyu untuk solat zuhur. Unik, bersejarah dengan tower yang
menjulang tinggi. Setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan ke Pulau.
Empat puluh lima menit dari kota belinyu tersebut sampailah kami di Pantai
Penyusuk, dan disambut dua pulau yang tersenyum manis melambai kearah kami,
menyambut kedatangan kami yaitu pulau Putri dan Pulau Lampu. Nah, tujuan kami
kali ini Pulau Lampu. Pulau Putri next trip.
Aamiin. Gak cukup kalo sehari untuk untuk dua pulau langsung. Terlalu
singkat. Untuk ke Pulau Lampu sudah tersedia ojek perahu dengan tarif Rp.
25.000/orang. So, cant wait kami langsung berangkat dengan perahu tersebut.
Perahu tersebut memuat satu grup dari kami. Ombak mulai mengiring perjalanan
kami se. Luar makin ketengah semakin goyang,
bagaimana tidak, ombaknya pun semakin besar. Luar biasa. Saya langsung
ingat saja “ nikmat Tuhan mu yang mana yang kau dustakan?. Amazing. Seolah
berjanji dengan diri melihat birnya air, ombak, ingin selalu menjaga
kebersihannya dan menemukan kebahagiaan dengan sangat sederhana.
Lima belas menit kemudian kami
tiba di Pulau Lampuyang dihiasi mercusuar menjulang, pohon nyiur
melambai-lambai, batu granit tersusun rapi dan kokoh. Tap.tap. kaki-kaki kami
menapak di Pulau Lampu. Yes, I do it . tanpa basa basi kami memilih tempat
untuk agenda bakar ikan, menggelar tikar. Kembali kami terpana oleh indahnya
pantai ini,aiirnya biru, irama ombak yang menabrak batuan ini lah yang
merengkuh dan menyambut kami.
Kami pun mulai beraksi, ada yang
membuat api untuk bakar ikan, membersihkan ikan dan ada juga yang sudah gak
sabar menyeburkan diri dibirunya Pantai Pulau Lampu ( termasuk saya) semua dari
kami nyebur, berenang, bermain-main ombak dan menenggelamkan penat yang dibawa
dari kegiatan dan rutinitas sebulan terakhir.
Bau sedap, fresh, sweat sudah
mengundang dendang perut ini. Ikan bakar plus sambal kecap asem pedas siap
disantap. Kami pun menikmati dan melahapnya. Benar-benar hilang kata-kata, ya
keringat dan sautan suara pedas masing-masing itu lah yang menciptakan
kata-kata bahwa sungguh luarbiasa.
Delicious.
After that, back to beach. So,
its time to the beach. Tak puas-puasnya menenggelamkan diri di air yang biru,
mencoba berkelahi dengan debur ombak yang semakin besar seolah akan menang
padahal gak bakalan. Damn cool, seorang teman kami berseru saking menikmati
deburan ombak yang mengayun badan terombang ambing santai.
Tidak terasa sama sekali, melirik
jam tangan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 5. Sudah sore bro. Kami berniat menunggu sunset atau sang mega
merah yang pemberani namun sepertinya
sang mega masih malu dengan kami ini. Sore itu gerimis, dan menunggu sunset pun
sepertinya tidak berhasil tapi tak apalah. Tak membuat kami kecewa juga, karena
telah banyak keindahan yang disuguhi untuk kami hari itu.
Masing-masing sudah berbilas badan dengan air tawar biar setelah berendam,
mencebur di air laut tadi badan tidak lengket. Air tawarnya berada di sebelah
towertinggi dan rumah tua yang unik dan
terawat. Kami juga sempat berkeliling
melihat nilai-nilai sejarah yang ada di pulau kecil ini. Terdapat juga makam
tua seorang nelayan, yang terdapat tugu berslogan “mati satu, datang seribu”
namun, sejarah ini masih rancu, apakah nelayan atau penunggu aslinya. Tak lupa
juga kami selalu mengabadikan momen ini dengan selfie dan many taking pictures
.
Melihat langit sudah mulai gelap
dan gelombang semakin besar dan ojek
perahunya pun dengan setia sudah datang menjemput kami. Yah, kami harus kembali
ke pantai Penyusuk dan pulang kerumah pastinya. Kami pun harus rela berpisah
dengan pulau kecil ini yang ramah, indah dan merengkuhkan kerinduan diantara
kami ( personel kelabang bo). Kami berpamitan dengan pak dayat, beliau adalah
petugas yang memantau dan merawat pulau tersebut dari Dinas perhubungan Bangka
Induk.
Senyum dari abang –abang ojek
perahu yang menjemput kami, kami langsung naik ke perahu. Subhanallah, Tuhan
menghadiahkan kami “ supermoon” sempurna gak ada sunset supermoon nan indah. I
dont know what want I to say? Awesome, beatifull. Supermoon ini terjadi dengan
keadan bulan muncul dengan bulat penuh dan terang seperti bulan purnama namun
terlihat lebih besar. Tak lupa juga kami mengambil foto.
Gelombang semakin besar, berasa
perahu kami mengikuti irama gelombang, dan ada dari kami yang sedikit mual.
Sampailah kami di pinggir pantai penyusuk. Melambaikan tangan meninggalkan
kenangan di pulau lampu.
Trip, holiday is done!! Guys, we
will do next trip.
Kami beranjak dari pantai
menyusuk menuju rumah masing-masing. Nice experience, nice trip, nice family
Kelabang bo. Ya, begitulah cerita kami dari trip to to Pulau Lampu. See you in
other travelogie Bangka Belitung.