Selasa, 30 September 2014

Letter to Mr. Ry (2th Edition)

Diposting oleh Unknown
Selamat malam, wahai penaut rindu

Sampai saat ini masih menjadi sebuah rasa penasaran ku
Lama tidak mendengar kabar mu. Berharap selalu ada kabar baik yang bisa kita dengar satu sama lain. Saling mendoakan kebaikan. Bertanya kabar buan basa-basi ku namun dengan percaya diri aku memang besar hati ingin tahu kabar mu yang sesungguhnya. Hati ku selalu mengatakan yang terbaik untuk menghibur rasa kerinduan yang kian menyeruak. Belum sampai ditengah-tengah isi surat sudah terbaca sudah inti dari dari surat ku ini. Tapi bukan sekedar kerinduan saja, aku ingin sekali membagi banyak cerita dengan mu.

Beberapa bulan lalu ku sampaikan kerinduan ku banyak melalui tulisan ku baik di buku harian ku dan juga timeline di beberapa akun sosial media punya ku. Ku tak mengusik mu menyebut nama mu hanya saja terkadang pengandaianku terbaca oleh bebarapa teman-teman ku yang sempat membaca nya. Terkadang juga aku mencoba menyelidikmu melalui sisial media mu yang memang kita sudah tidak berteman lagi karena emosi sesaat tak mengerti juga ku mem-blok akun mu. Ini masalah hati yang kurang sabar. Tidak menyalahkan mu dan juga aku.

Sesungguhnya, jarak kita nyata tak ada jalan yang dekat untuk saling menjenguk. Tak menyalahi kita tak pernah berniat untuk bertemu satu sama lain. Karena perasaan juga menghitung jarak agar dia tergoda. Memang daratan masih terpijak oleh kaki kita namun itu bukan usaha yang mesti kita lakukan. Terlalu memaksa saja. Bersabar mungkin saja cukup.

Tak terdengar kabar mu, niat ku mengirimi berbagai curahan kerinduan ku melalui angin-angin malam yang  akhir-akhir ini selalu menemani ku menulis sampai azan subuh. Kayaknya aku terserang insomnia, tapi semata bukan karena diri mu. Pola tidur ku kembali ke masa tahun kemarin cukup satu jam saja cukup untuk aku pejamkan mata mu sehingga memimpikan mu sangat terbatas. Tapi, tidak juga sempat beberapa kali aku tetap memimpikan mu. Aku menulis apa saja yang ingin aku tulis, tak hanya tentang dirimu. Sepertinya bulan-bulan ini aku banyak menulis surat untuk Tuhan, shabat-sahabat, dan juga diri mu. Bukan aku tak punya teman bercerita tapi  ini lebih baik. Teman-teman ku layaknya aku punya kesibukan masing-masing. Kami saling mengerti tidak ada salah paham. Ku rasa dirmu juga ingin memahamiku dan aku juga begitu.

Bukan setahun kita tidak berkabar namun sifat burukmu yang membuat rasa kesal ku belum berubah juga. Menghilang begitu saja, datang pun sama. Tak diantar pulangnya, datang pun tak dijemput. Terkadang hati kum membuang jauh memikirkan segala tentang mu. Tapi, aku lelah jika membohongi diri sendiri terlebih aku mebenci kebohongan untuk diri sendiri. Aku belum cukup mengerti keadaanmu, apalagi sifat mu yang terbilang aneh juga. Menghilang, datang dengan seenaknya. Aku ini masih manusia tak punya kekuatan dengan menebak saja tentang mu. Perasaan mu, perasaan ku buka lah satu. Jadi, aku sendiri kamu pun sendiri. Pengakuan ku, melebih sifat agresif namun ku membatah hal itu, ku bilang emansipasi tapi kau diam tak bergeming. Kau pikir aku tak merasa gamang?

Banyak ku baca buku, mendengar lagu, dan pepatah-pepatah cinta bertepuk sebelah tangan. Ku membantah, karena aku membaca tentang mu tak bisa kau sembunyi dengan mudah tentang perasaan mu. Mungkin disaat ku merindu, kau pun begitu hanya saja jarak dan ke-ego-an mu merajai diri mu. Sudah kamu kalah dan diam. Tak sekali, tak sebentar membaca ku coba membaca keadaan, menebak perasaan, meyakini kau menaruh ahrap pada ku. Percaya diri ku sekarang lebih meratui daripada logika ku. Aku mempercayai percaya diri punya kekuatan sendiri.
Sudahlah membahas tentang perasaanmu. Aku disini membagi cerita keberadaan namamu, bayangan mu dihati ku.

Sekarang, sepertinya kau sibuk dengan berbagai kegiatan semoga saja kegiatan yang bermanfaat pastinya. Kalau aku sendiri, menyibukkan diri dengan setumpuk pekerjaan kantor yang kini menjadi bagian besar dari hari-hari ku. Aku menemukan keluarga baru dari rekan-rekan kerja ku ini, baru kenal memang dan kami dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Aku disana bisa jadi yang paling muda, karena baru tiga minggu disana. Aku menimati suasana kerjanya. Aku tak betah memang jika mesti duduk seharian dikantor. Sesuai dengan posisi ku disana, aku sering keluar kantor untuk berbagai pertemuan-pertemuan penting yang diadakan oleh kantor kami. Aku bertemu banyaka orang-orang baru. Terkadang aku pun sedikit kurang percaya diri tapi ku selalu menambah rasa percaya diri dengan membaca buku pengembangan diri dan mendengar petuah-petuah mentor-mentor terbaik ku.

Tak hanya menyibukkan diri pada pekerjaan dikantor, aku mengambil les bahasa Jerman yang membuat kepala berdenyut dengan penyebutan kosa kata yang agak sulit lidah ku ucapkan, aku juga menyempatkan diri untuk menulis karena salahsatu tobe list tahun ini ingin menerbitkan satu buku dengan genre apapun. Aku juga mulai banyak mengikuti workshop kepenulisan,  bertemu komunitas penulis, hingga penulis-penulis best seller. Banyak belajar dari mereka, kenyataannya aku belum memmpunyai apap-apa tentang menulis. Semangat ku besar sehingga keberanian menulis begitu besar. Sudah bebera bab namun masih jauh dari selesai. Butuh perjuangan besar.

Tahun ini aku belum wisuda untuk gelar sarjana teknik ku yang selalu aku dambakan, karena beasiswa ku untuk semester ini tidak diadakan kampus. Bukan aku menyrah, namun kenyatannya aku harus berjuang untuk mebayar sendiri dengan bekerja dahulu untuk satu semester ini. Disela-sela menunggu aku berangkat melanjutkan master ku di Jerman tahun 2015. Semua jalan Tuhan yang mengatur tinggal kita melewati jalan yang mana.

Akhir pekan aku mengikuti berbagai seminar, event dari komunitas khusunya berhubungan dengan kepemudaan dan isu lingkungan. Masih bertemu dengan teman-teman dari berbagai komunitas. Aku masih aktif di penguyuban tercinta yaitu ISBA JAYA. Kami banyak program terakhir pendirian pondok mimpi. Oh iya, kemarin juga dengan hobi baru ku backpacking. Aku dan Nana berhasil backpacking ke Mentok kemudian Nana juga berhasil backpacking edisi ke-2 kembali. Itu lah hobi baru kami yang semoga selalu menginpirasi. Aku banyak bercerita, bagaimana dengan mu?
Sampai saat ini, hati ku pun belum berlabuh kemana pun. Aku masih berteman dengan teman-teman laki-laki ku. Kami bersahabat, bercerita juga namun sepertinya mereka juga sibuk layaknya kau. Sering mendapat pertanyaan tentang keberadaan mu, aku tak menjawab yang aneh-aneh cukup dengan sesungging senyum ku ynag ikhlas. Mereka diam setelah itu. Bukan aku menghindar namun takut saja jawaban ku melebih-lebih.

Malam kemarin, sempat mengirimkan SMS pada Ratna kami merencanakan ke Jogja, ah ku pikir ke Jogja. Jogja yang penuh menyimpan rahasia mu. Kota jogja yang penuh kerinduan, mungkin saja Tuhan menciptakan kota itu penuh dengan kerinduan hingga ia menjadi kota romantis yang sudah ku kujungi. Berbahagialah kamu yang setiap ahri menghirup udara kerinduan itu. Tapi, begitu lama kau menyadari kerinduan itu. Ya, kami merencakan kesana bukan untuk menyumbang kegalauan setelah pulang dari jogja untuk Jakarta ini. Tapi mencari udara penaut-penaut rindu di Kota itu. Kami ingin menumpah rindu pada lorong-lorong jalan malioboro yangtemaram saat malam minggu. Dan masih banyak tempat di Kota ini yang pebuh inspirasi dan cocok untuk menumpahkan kepenatan kami dari Jakarta ini. Masih rencana.

Sudah hampir tiga lembar, bukan surat cinta apalagi surat tuntutan atau permohonan. Ini berisi curahan kerinduan ku akan bercerita pada mu yang sudah lama tidak kita lakukan dikarenakan berbagai alasan. Wah, saya harus pulang kerumah tidak terasa malam sudah larut dan dicafe ini sudah mulai sepi untuk pengunjung seumuran saya. Nanti saya dipandang aneh lagi sama mereka yang berdatangan ini sudah jam malam memang terlebih aku ini perempuan. Perempuan yang baik menyimpan kerinduannya.

Ya sudahlah, nanti saja kita bercerita banyak Tuhan akan memberi waktu dan tempat untuk kita. Berharap sifat mu menjadi lebih baik tidak lagi menyebalkan datang dan pergi. Punya keberanian untuk pengakuan mu, jangan dengarkan bisikan-bisikan nyata yang mengahalangi niat baik kita. Aku tak bermaksud mengadu domba mu lebih tapi kenyataan itu ada didepan mata kita bukan mata orang lain. Jalani saja asal tidak mengusik hakhak orang lain. Kita yang menjalani, menyemangati, memberanikan, menyatakan nya pun kita bukan orang lain.oke.

Di akhir cerita ku malam ini, membaynagkan kita akan menikmati temaram lampu cafe sekedar untuk meneguk capucinno kesukaan ku dan black expresso kesukaan mu. Dan kau menceritakan skor-skor realmadrid tim kesukaanmu walaupun aku hanya bisa tertawa dan mengangguk tnda memahami kemenangannya. Aku tak hobi denga football tapi tak juga tak hobi mendengar cerita tentang kesukaanmu. Karena kau pun belum tentu menyukai buku-buku yang hobi ku baca. Perbedaan kita  bukan lah masalah besar yang harus diperdebatkan.yang diperdebatkan ini perasaan kita yang tak ingin menepi dalam kepastian. Ya ini lah kenyataannya. Terkadang aku mulai meracau menanya apaka ini cinta? Dan haruskan ku yang menunggu mu dan mesti ku simpan saja seperti ini atau pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat ku jenuh seakan kau mengabaikan masing-masing perasaan ini.
Malam sudah, aku harus pulang kerumah. Jika Tuhan menunjukkan kau membaca ini selamat membaca, jika pun belum ya sudah ini melatih ku bercerita dan menulis.

Merindu mu, Aku berani
Jakarta yang berjarak dengan Jogja


0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting