Selasa, 30 September 2014

TRAVELOGIE BANGKA BELITUNG “Merengkuh rindu di Pulau Lampu Belinyu”

Diposting oleh Unknown
TRAVELOGIE BANGKA BELITUNG
“Merengkuh rindu di Pulau Lampu Belinyu”
Menenggelamkan diri dibirunya air laut. Trip yang gak direncanakan jauh-jauh hari. Ya, trip bersama kelabang boo! (walaupun gak lengkap personelnya). Kelabang bo merupakan  nama keluarga angkatan 8 kelas unggulan SMAN 1 Pemali. Singkatan dari Keluarga angkatan delapan oke dari tahun 2007 sampai sekarang. Masih.
Beberapa kali sudah planning list tapi banyak yang tertunda dan kali ini yeeeaay, at the least, we done 10 Agustus 2014. Saya bersama beberapa personel kelabang bo! Trip to Pulau Lampu di Belinyu, masih di Bangka Belitung. Saya pikir dan memang kenyataannya sudah banyak yang menceritakan seluruh keindahan yang ada di Pulau Lampu, buka rahasia umum. Ya, memang dan saya pun bukan pengunjung pertama. Ya gak mungkin lah. Saya adalah pengunjung yang menghayati irama kekeluargaan, mengobati penat, merengkuh kerinduan diantara kami ( personel kelabang bo) sudah lama tidak bepergian bersama, dimaklumi dengan kesibukan dan jarak masing-masing personel. Well, di Pulau Lampu seakan rindu kian merengkuh. Pulau Lampu terletak di Pantai Penyusuk Belinyu, Utaranya Pulau Bangka, Bangka Belitung.
Saya dan beberapa personel kelabang bo yang ikut dalam trip ini antara lain Jamik, Murzani, Isfarina, Anes, Fajar, Bekti Yulis, Mutiara dan Yuk Eva. Semua dari kami tinggal di Bangka Induk dan Bangka Tengah, jauh dari Belinyu sehingga kami merental mobil xenia abu-abu yang bisa memuat orang sembilan orang dan empat dari kami dengan sepeda motor. Sebelum berangkat, start dari Pangkalpinang dikemudi oleh Murzani, kemudian menjemput kami di Kenanga. Aih, Gerimis pagi yang menggoda sekaligus mewarnai keberangkatan kami. Gerimis pagi jam 10, menghias cerita trip ini. Kami berangkat jam 11 am dari Sungailiat dan tak lupa juga dengan agenda bakar ikan di Pantai, ritual yang harus ada. Sebelum berangkat isfarina dan jamik sudah memebeli ikan sinkur yang begitu fresh. Setengah matang ala orang jepang . Gurih dan manis. Loh?. Belum dibakar ni, baru saja dari pasar. Lengkap dengan bahan sambel kecap asam pedasnya, snack yang lainnya juga ditambah lagi buah rambutan, manggis, dan duku dari kelekak ( kebun buah-buahan) dibeakang rumah Fajar. Perfecto.
Diperjalanan satu setengah jam yang kami tempuh, ternyata kamitidak langsung ke Pulau. Kami masih menjemput Ikhsan dirumahnya, Ikhasan salah satu personel kelabang bo juga. Rumahnya di belinyu. So, we have arrived at Belinyu dan saya sempat posting on facebook. Hahaha. Untuk ketiga kalinya saya ke Belinyu. Sampai dirumah Ikhsan, wah disambut hangat oleh keluargnya dan disuguhi makanan. Mengiingat sudah melakukan perjalanan yang cukup jauh tadi pastinyalaper. Hahha. Ada lagi dari kami mabok perjalanan, Yulis.  Pusing banget tu. Ini salah satu ciri-ciri orang Bangka karena jarang dengan mobil kemana-mana karena banyak dengan sepeda motor.
Lima belas menit sudah kami beranjak dari rumah Ikhsan dan lagi kami mendapat rejeki dikasih ikan super fresh dari Ibu nya Ikhsan untuk tamahan bakar ikan dan satu termos nasi juga. Terimakasih ya tante.heheh. Menjelang zuhur kami mulai jalan ke Pulau Lampu. Oh iya, gak gerimis, gak hujan. Cerah banget!!. Kami singgah seberntar di mesjid tertua di Belinyu untuk solat zuhur. Unik, bersejarah dengan tower yang menjulang tinggi. Setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan ke Pulau. Empat puluh lima menit dari kota belinyu tersebut sampailah kami di Pantai Penyusuk, dan disambut dua pulau yang tersenyum manis melambai kearah kami, menyambut kedatangan kami yaitu pulau Putri dan Pulau Lampu. Nah, tujuan kami kali ini Pulau Lampu. Pulau Putri next trip.  Aamiin. Gak cukup kalo sehari untuk untuk dua pulau langsung. Terlalu singkat. Untuk ke Pulau Lampu sudah tersedia ojek perahu dengan tarif Rp. 25.000/orang. So, cant wait kami langsung berangkat dengan perahu tersebut. Perahu tersebut memuat satu grup dari kami. Ombak mulai mengiring perjalanan kami se. Luar makin ketengah semakin goyang,  bagaimana tidak, ombaknya pun semakin besar. Luar biasa. Saya langsung ingat saja “ nikmat Tuhan mu yang mana yang kau dustakan?. Amazing. Seolah berjanji dengan diri melihat birnya air, ombak, ingin selalu menjaga kebersihannya dan menemukan kebahagiaan dengan sangat sederhana.
Lima belas menit kemudian kami tiba di Pulau Lampuyang dihiasi mercusuar menjulang, pohon nyiur melambai-lambai, batu granit tersusun rapi dan kokoh. Tap.tap. kaki-kaki kami menapak di Pulau Lampu. Yes, I do it . tanpa basa basi kami memilih tempat untuk agenda bakar ikan, menggelar tikar. Kembali kami terpana oleh indahnya pantai ini,aiirnya biru, irama ombak yang menabrak batuan ini lah yang merengkuh dan menyambut kami.
Kami pun mulai beraksi, ada yang membuat api untuk bakar ikan, membersihkan ikan dan ada juga yang sudah gak sabar menyeburkan diri dibirunya Pantai Pulau Lampu ( termasuk saya) semua dari kami nyebur, berenang, bermain-main ombak dan menenggelamkan penat yang dibawa dari kegiatan dan rutinitas sebulan terakhir.
Bau sedap, fresh, sweat sudah mengundang dendang perut ini. Ikan bakar plus sambal kecap asem pedas siap disantap. Kami pun menikmati dan melahapnya. Benar-benar hilang kata-kata, ya keringat dan sautan suara pedas masing-masing itu lah yang menciptakan kata-kata bahwa sungguh luarbiasa.  Delicious.
After that, back to beach. So, its time to the beach. Tak puas-puasnya menenggelamkan diri di air yang biru, mencoba berkelahi dengan debur ombak yang semakin besar seolah akan menang padahal gak bakalan. Damn cool, seorang teman kami berseru saking menikmati deburan ombak yang mengayun badan terombang ambing santai.
Tidak terasa sama sekali, melirik jam tangan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 5. Sudah sore bro.  Kami berniat menunggu sunset atau sang mega merah yang pemberani  namun sepertinya sang mega masih malu dengan kami ini. Sore itu gerimis, dan menunggu sunset pun sepertinya tidak berhasil tapi tak apalah. Tak membuat kami kecewa juga, karena telah banyak keindahan yang disuguhi untuk kami hari itu.
Masing-masing sudah berbilas  badan dengan air tawar biar setelah berendam, mencebur di air laut tadi badan tidak lengket. Air tawarnya berada di sebelah towertinggi dan rumah tua  yang unik dan terawat.  Kami juga sempat berkeliling melihat nilai-nilai sejarah yang ada di pulau kecil ini. Terdapat juga makam tua seorang nelayan, yang terdapat tugu berslogan “mati satu, datang seribu” namun, sejarah ini masih rancu, apakah nelayan atau penunggu aslinya. Tak lupa juga kami selalu mengabadikan momen ini dengan selfie dan many taking pictures .


Melihat langit sudah mulai gelap dan gelombang semakin besar  dan ojek perahunya pun dengan setia sudah datang menjemput kami. Yah, kami harus kembali ke pantai Penyusuk dan pulang kerumah pastinya. Kami pun harus rela berpisah dengan pulau kecil ini yang ramah, indah dan merengkuhkan kerinduan diantara kami ( personel kelabang bo). Kami berpamitan dengan pak dayat, beliau adalah petugas yang memantau dan merawat pulau tersebut dari Dinas perhubungan Bangka Induk.
Senyum dari abang –abang ojek perahu yang menjemput kami, kami langsung naik ke perahu. Subhanallah, Tuhan menghadiahkan kami “ supermoon” sempurna gak ada sunset supermoon nan indah. I dont know what want I to say? Awesome, beatifull. Supermoon ini terjadi dengan keadan bulan muncul dengan bulat penuh dan terang seperti bulan purnama namun terlihat lebih besar. Tak lupa juga kami mengambil foto.
Gelombang semakin besar, berasa perahu kami mengikuti irama gelombang, dan ada dari kami yang sedikit mual. Sampailah kami di pinggir pantai penyusuk. Melambaikan tangan meninggalkan kenangan di pulau lampu.
Trip, holiday is done!! Guys, we will do next trip.
Kami beranjak dari pantai menyusuk menuju rumah masing-masing. Nice experience, nice trip, nice family Kelabang bo. Ya, begitulah cerita kami dari trip to to Pulau Lampu. See you in other travelogie Bangka Belitung.









0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting