Bangka, Agustus 2014
Akhir-akhir ini saya lebih
tertarik berteman dengan alam sekitarnya.
Hari ini saya berkunjung ketempat
tambang timah yang dekat dengan kampung saya.
Lahan tambang ini legal punya keluarga saya, surat-surat nya lengkap,
izin dari kepala desa juga sudah tetapi
masih sering razia dari aparat yang menganut Undang-undang minerba terbaruya
–tidak saya ahas disini. Tujuan saya berkunjung ini, ingin sekali melihat
secara langsung tata tambang masyarakat nya. Saya pun pagi-pagi sudah berangkat kesana, sepanjang jalan saya
melewati perkebunan lada, sawit, dan
karet milik masyarakat setempat. Tiba lah saya di lokasi tambang. Melihat lahan
bekas tambang memang sangat prihatin karena sebagian besar setelah aktivitas
tambang selesai dan pindah lokasi masyarakat meninggalkan lahan bekas tambang
begitu saja. Andai saja direklamasi dan revitalisasi maka lahan dapat
menjadi hijau kembali atau bermanfaat
lagi.
Namun, saya juga bukan bermaksud
menyalahkan masyarakat yang menambang dilahan legal tersebut karena lahan itu
milik mereka dan mereka punya hak. Tetapi, alangkah bagusnya jika penghijaukan
dilakukan kembali karena ini menyangkut bumi Bangka Belitung yang semakin
gersang. Mereka yang menambang ini
masyarakat kampung setempat, terbilang dari mereka adalah orang awam bukan
sarjana, praktisi, dan ahli yang mengerti langkah-langka menambang seperti
teori yang dipelajari oleh sarjana teknik tambang atau praktisi-praktisi
nya. Mereka menambang dengan
langkah-langkah yang sederhana, namun mirisnya dari para yang punya ilmu jarang
sekali memberi sedikit ilmunya. Ya, kebanyakan yang punya ilmunya malah
menjebak para masyarakat awam ini dengan razia yang memang masyarakat tidak
menegrti pangkal dari razia itu. Saya bukan bermaksud mencela hanya ingin
mengetuk naluri kita masing-masing.
Saya ingin berbagi atau
mensosialisasikan hal-hal mengenai menambang timah dengan para penambang. Nah,
ini juga menjadi tujuan saya langsung turun kelokasi. Dilokasi saya mengikuti
dan melihat sendiri pekerjaan ini. Semuanya tergantng dengan tenaga dan ketika
mesinnya rusak mereka harus menjadi teknisi juga. Salut.
Saya melihat dari jarak dekat,
saya mengambil beberapa foto dan saya mencoa sendiri untuk melimbang timah
dibawah sakannya atau dalam bahasa Bangkanya Mutek Tailing. Petualanagan ini
melunturkan pandangan kita yang kebanyakan menyalahkan para penambang yang
menghancurkan bumi Bangka Belitung. Sesungguhnya, mereka perlu diberi arahan
atau bahasa kerennya sosialisasi , wawasan bagaimana tata tambang yang
sebenar-benarnya.
Hari ini gak sebatas
berpetualangan tetapi saya bisa lebih akrab dengan bumi Bangka Belitung.
0 komentar:
Posting Komentar