Kepada seseorang
Kekaguman saya terhadap seseorang saya
pikir wajar. Tak ada yang salah, tidak
pula menyalahkan.
Perasaan seperti ini sudah nas para
manusia yang diciptakan Sang Maha Cinta dunia ini. Kekaguman terhadap engkau
sang adam yang memiliki pemikat sendiri. Suatu anugrah saya miliki rasa yang
tak biasa. Berawal perkenalan yang berikatan keluarga antara kita. Tak juga ku
ingat seperti apa alurnya. Tak sempat juga ku ceritakan tertulis kepada catatan
harian ku.
Biasa saja, kekaguman ku terhadap mu,
sebagai mentor untuk keberhasilan hidup yang penuh pemikiran nan hebat. Ku
banyak belajar dan mencontoh tentang ilmu yang kau miliki. Perangai mu lah yang
mendatangkan kekaguman itu. Aku yang bertipe perempuan yang sering mengartikan
komunikasi itu seolah drama. Tapi, tak mentah-mentah. Ku mencoba mempelajarinya
juga.
Tak menyalahkan ku punya perasaan yang
bergejolak seperti kawan yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta ku ini sebatas
kekaguman saja.itu yang ku lakukan untuk bersikap seperti pertemanan. Berjalan
waktu aku menyadari ada hal yang semakin tak biasa dan mulai menampakkan
sendiri.
Aku hanya bisa bercerita sendiri,
terkadang menebak, dan jangan heran
tulisan ku belakangan ini memiliki diksi-diksi yang sama saja. Ya, itu yang aku
rasa. Ah, bosan juga perasaan seperti ini yang datang. Tidakkah dia pun bosan. Aku perempuan biasa yang tidak
mau biasa dengan mudah mengartikan hal ini.
Bukan sekali ini perasaan kekaguman ini
melanda, bukan seorang dia atau tidak hanya dia. Mungkin saja anugrah Tuhan
tentang perasaan ini.
0 komentar:
Posting Komentar