Senin, 26 Januari 2015

Travelling bareng Keluarga tercinta

Diposting oleh Unknown

Mak & Escalator (Part #1)

foto pribadi : Saya & Mak naik City Tour Jakarta

Awal tahun yang sangat indah bagi saya, setelah semalaman mengevaluasi pencapaian tahun kemarin, lalu menulis dream list untuk tahun ini, kemudian maping untuk mencapainya. Pagi-pagi aku harus packing seperluny untuk balik lagi ke Jakarta. Tahun baru di kampung tak menguramgi semangat untuk tahun ini lebih baik dari tahun kemarin, terlebih malam tahun bersama orangtua yang sudah 4 tahun ini saya lewatkan. Dengan dinas tugas dari kantor di provinsi sendiri menjdi kesempatan saya untuk tahun baruan dirumah bersama orangtua.

Pagi ini, hari ke-2 ditahun 2015, subuhnya masih dingin seperti kemarin, asap pun masih mengepul didapur kami, dan menyapu halaman pun masih jadi rutinitas. Hanya ada yang beda, terdapat bebrapa kardus packingan barang untuk dibawa kejakarta.

Hei, kawan balik ke Jakarta hari ini tidak seperti biasanya biasa yang pergi sendiri, pulang sendiri, menunggu diruang tunggu bandara pun sendiri.tapi bukan karena hobi sendiri memang keperluannya untuk sendiri juga. Hehehe.  Terlihat beberapa kardus yang sudah di packing tadi dan diletakkan disudut ruang tamu rumah kami adalah oleh-oleh untuk bibi ku yang berada di Jakarta. Kalau saya sendiri yang bawa sangat kewalahan, dan pastinya saya punya teman balik ke Jakarta kali ini.

Tradaaaa,, balik ke Jakarta kali ini saya mengajak orangtua saya untuk berlibur ke Jakarta. Yaitu Mak dan Bak itu lah panggilan saya kepada Ibu dan Bapak saya. Mereka ikut dan ini menjadi perjalanan mereka pertama kali keluar kota, pertama kali naik pesawat, pertama kali jalan jauh saya bersama mereka. Tujuan mereka ke Jakarta mengunjungi bibi saya yaitu adik Ibu yang ke-3, kemudian mengunjungi tempat tinggal saya dan adik –adik saya di Jakarta di Asrama pelajar dan mahasiswa Bangka di Lenteng Agung, Jakarta selatan sekaligus liburan mengelilingi Jakarta bersama anak-anak tercinta, kami.

Dari Bandara Depati Amir, pangkal pinang pesawat yang akan kami tumpangi ternyata delay, hamper 3 jam kami menunggu sedikit bosan juga. Ibu saya mengenakan simple dan pasmina agar tidak kedinginan, karena diruang tunggu tersebut AC nya cukup dingin. Ibu saya sudah kedinginan saja padahal baru 1 jam pertama menunggu. Karena fisik Ibu saya kurang kuat dengan dingin AC karena tidak terbiasa.

Setelah 2 jam menunggu, kami pun mendapat panggilan dari petugs dipersilakan memasuki pesawat untuk boarding. Kami bertiga mendapat tempat duduk ni 5A, B, dan C. Abak memilih duduk paling pojok dekat dengan jendela, Mak di tengah dan saya disebelahnya.

Mak diam saja, kemudian saya bertanya sudah memakai safebelt nya belum ternyata Mak Bak belum paham memakaikannya. Mak & Bak tertawa, lucu saja, aduuh udiknya celetuk Bak, kami tertawa. Pesawat siap takeoff, Mak saya malah gemetaran karena takut pesawat akan terbang tinggi. Saat-saat take of, Mak memejamkan mata dan terus komat kamit berdoa. Setelah agak tenang Mak  bilang “ Jantung Mak seperti mau copot pas peswat naeik keatas”. Terus Bak tertawa, saya senyum merasakan kebahagian yang luarbiasa. 

Orangtua saya yang bukan siapa-siapa jika dilihat dari jabatan-jabatam pekerjaannya, hanya lulus SD, yang setiap hari pulang pergi lading dan tempat tambang hari ini naik pesawat untuk pertama klinya untuk bertandang ke Ibu Kota, Jakarta. Orang tua yang sangat luar biasa, terutama Mak baik pekerjaan Bak pun terkadang dikerjakan, sehari-hari Mak harus mengangkut 10 ember tanah yang pasir timahnya tidak terlihta sama sekali, bertarung dengan arus aris dari sakan pasir timah berebut beberapa butir pasir timah untuk beliau ambilkan. Setelah menambang pasir timah, Mak langsung ke ladang, membersihkan rumput di kebun lada punya kami, mennam singkong hingga rempah-rempah untuk memasak. Sehingga kami jarang sekali makan sayur dari luar karena Mak selalu memanfaatkan lahan kosong, waktu luang dan juga sisa tenaganya untuk bercocok tanam juga. She is wonderwomen for me. 

Tak pernah saya dengar keluhannya dengan keadaan beban ekonomi keluarga kami yang ahrus membiayai tiga anaknya sekolah di Jakarta semua.baik dari Mak maupun Bapak, Mak tak pernah menuntut lebih dari Bak. Alhamdulillah, selama saya hidup tak pernah kami dengar percekcokan diantara orangtua kami.

Ya, hari orang tua saya ke Jakarta. Bahagia tiada terkira. Keluarga sederhana kami berkumpul di Jakarta. Beberapa hari di Jakarta dan mengunjungi bibi saya, kami berniat untuk mengelilingi Jakarta. Well, siapapun yang sudah pernah keJakarta pastilah merekomendasikan tempat-tempat yang harus dikunjungi tak lain salah satunya MONAS.

Travelling pun berlangsung, kami mulai dari rumah bibi di matraman, dan pertama kalinya Mak dan Bak naik bajaj karena bajaj hanya ada di Jakarta. Mak tertawa saja dari mulai naik-hingga tiba di Tamrin City, kami mengunjungi bibi saya yang sepupuan dengan Bak. Ternyata sesampai disana, bibi saya lagi libur dan di took nya hanya ada pegawainya. Kami tidak menunggu lama, kami lanjut ke Grand Indonesia. Kami bukan untuk belanja barang-barang disana tapi saya ingin membawa orannnnnngtua saya melihat ini lah yang selalu ditampilkn di tv-tv tentang Jakarta yang modern itu.


Apa yang terjadi??? Mak saya malah tidak mau masuk karena harus naek escalator dan lift. Tetapi betapa kami ingin Mak dan Bak masuk, kami ngebujuk Mak biar mau. Akhirnya Mak menurut sama kami. Kata Mak “ mending naik tangga biasa dari pada escalator bikin jantung copot”. Saya pun menggandeng Mak agar beliau tidak takut lagi. Yeeeee, kami berhasil hari itu Mak naik escalator Grand Indonesia 8 antai karena kami mengunjungi Galeri Indonesia kaya. Saya piker setelah mencoba itu Mak tidak deg-degan lagi jika besok-besok naik escalator. Kalau Bak, beliau tidak begitu canggung, ngikut-ngikut saja.

Setelah itu, kami kanjut untuk naik City tour Jakarta, kami berjalan ke depan Plaza Indonesia. Sembari menunggu saya melihat Mak memandang kesekeliling gedung-gedung di budaran HI. Kata Mak “ tidak menyangka saya berada dijantungnya Jakarta, sedikit pusing juga melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi seplah mau tumbang,hehehe” saya sangat bahagia berhasil membawa mereka kejakarta. Tak berapa lama city tour dating, kami pun naik. Lagi-lagi Mak sedikit kedinginan dengan AC, mual dengan bau mobil, dan karena city tour adalah bus 2 tingkat jadi kami memilih untuk tingkat ke-2 dan Mak takut dan tidak mau, dan lagi kami kami berhasil membujuknya. Saya menggandeng Mak, benar-benar deg-gan memang yang dirasakn Mak. Tapi lama-lama sedikit hilang. Kami mengelilingi Pusat ke Jakarta dengan City tour. Dan ini pun pertamakali untuk saya,hehe, walaupun lama di Jakarta.

Kami pun berhenti di halte mesjid Istiqlal. Mak dan Bak melihat mesjid yang megah itu sangat luar bias pancaran bahagia wajah mereka. Kemudian kami sholat Ashar dimesjid itu. Saya bertanya kepada MAk, Apa doa setelah selesai sholat tadi dimesjid ini? Terus Mak menjawab “ Mak hanya berdoa semoga Anak-Anak Mak sehat, sukses, murah rejeki, dan enteng jodoh juga”. Saya terharu dan serasa airmata saya sudah mau jatuh tapi alhandulillah tertahan. Doa seorang Ibu yang begitu dihrapakan setiap anak-anaknya. Bersyukur, sangat bersyukur. Memiliki sosok Mak seperti beliau. Sama halnya juga dengan seluruh Ibu yang di Indonesia.

foto pribadi: Mak & Bak di Mesjid Istiqlal Jakarta

Waktu di Jakarta pun sudah sore, kami menuju MONAS. Dan lagi Mak yang takjub dengan MONAS yang beliau dengar cerita-ceritanya dari saya dan dari tivi-tivi dan sekarang beliau memandangnya dengan nyata. Kembali lagi yang menggugah saya Mak bilang, “ hilang letih nyari duit selama ini sudah melihat MONAS”. Saya terharu, sangat terharu.

Tak lupa kami selalu mengmbil beberapa foto-foto momen-momen traveling bersama keluarga tercinta. Karena bagian dari travelling itu adalah dokumentasi, insight, dan happiness.

Mengelilingi Jakarta hari ini kami sudahi karena cuaca tidak mendukung, Jakarta hujan sehingga kami harus pulang ke asrama. Kami lanjutkan besok lagi untuk jalan-jalannya.


"Sosok Ibu bisa jadi teman dalam keadaan apapun, tak hanya untuk kita berkeluh kesah, mengharapkan senyum beliau, namun kita anaklah yang harus memberi beliau senyum". 


"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com” 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting