Awal
tahun yang sangat indah bagi saya, setelah semalaman mengevaluasi pencapaian
tahun kemarin, lalu menulis dream list untuk tahun ini, kemudian maping untuk
mencapainya. Pagi-pagi aku harus packing seperluny untuk balik lagi ke Jakarta.
Tahun baru di kampung tak menguramgi semangat untuk tahun ini lebih baik dari
tahun kemarin, terlebih malam tahun bersama orangtua yang sudah 4 tahun ini
saya lewatkan. Dengan dinas tugas dari kantor di provinsi sendiri menjdi
kesempatan saya untuk tahun baruan dirumah bersama orangtua.
Pagi
ini, hari ke-2 ditahun 2015, subuhnya masih dingin seperti kemarin, asap pun
masih mengepul didapur kami, dan menyapu halaman pun masih jadi rutinitas.
Hanya ada yang beda, terdapat bebrapa kardus packingan barang untuk dibawa
kejakarta.
Hei, kawan
balik ke Jakarta hari ini tidak seperti biasanya biasa yang pergi sendiri,
pulang sendiri, menunggu diruang tunggu bandara pun sendiri.tapi bukan karena
hobi sendiri memang keperluannya untuk sendiri juga. Hehehe. Terlihat beberapa kardus yang sudah di
packing tadi dan diletakkan disudut ruang tamu rumah kami adalah oleh-oleh
untuk bibi ku yang berada di Jakarta. Kalau saya sendiri yang bawa sangat
kewalahan, dan pastinya saya punya teman balik ke Jakarta kali ini.
Tradaaaa,,
balik ke Jakarta kali ini saya mengajak orangtua saya untuk berlibur ke
Jakarta. Yaitu Mak dan Bak itu lah panggilan saya kepada Ibu dan Bapak saya.
Mereka ikut dan ini menjadi perjalanan mereka pertama kali keluar kota, pertama
kali naik pesawat, pertama kali jalan jauh saya bersama mereka. Tujuan mereka
ke Jakarta mengunjungi bibi saya yaitu adik Ibu yang ke-3, kemudian mengunjungi
tempat tinggal saya dan adik –adik saya di Jakarta di Asrama pelajar dan mahasiswa
Bangka di Lenteng Agung, Jakarta selatan sekaligus liburan mengelilingi Jakarta
bersama anak-anak tercinta, kami.
Dari
Bandara Depati Amir, pangkal pinang pesawat yang akan kami tumpangi ternyata
delay, hamper 3 jam kami menunggu sedikit bosan juga. Ibu saya mengenakan simple dan pasmina agar tidak
kedinginan, karena diruang tunggu tersebut AC
nya cukup dingin. Ibu saya sudah kedinginan saja padahal baru 1 jam pertama
menunggu. Karena fisik Ibu saya kurang kuat dengan dingin AC karena tidak terbiasa.
Setelah
2 jam menunggu, kami pun mendapat panggilan dari petugs dipersilakan memasuki
pesawat untuk boarding. Kami bertiga
mendapat tempat duduk ni 5A, B, dan C. Abak memilih duduk paling pojok dekat
dengan jendela, Mak di tengah dan saya disebelahnya.
Mak
diam saja, kemudian saya bertanya sudah memakai safebelt nya belum ternyata Mak Bak belum paham memakaikannya. Mak
& Bak tertawa, lucu saja, aduuh
udiknya celetuk Bak, kami tertawa. Pesawat siap takeoff, Mak saya malah gemetaran karena takut pesawat akan terbang
tinggi. Saat-saat take of, Mak memejamkan mata dan terus komat kamit berdoa.
Setelah agak tenang Mak bilang “ Jantung Mak seperti mau copot pas peswat
naeik keatas”. Terus Bak tertawa, saya senyum merasakan kebahagian yang
luarbiasa.
Orangtua saya yang bukan siapa-siapa jika dilihat dari jabatan-jabatam pekerjaannya, hanya lulus SD, yang setiap hari pulang pergi lading dan tempat tambang hari ini naik pesawat untuk pertama klinya untuk bertandang ke Ibu Kota, Jakarta. Orang tua yang sangat luar biasa, terutama Mak baik pekerjaan Bak pun terkadang dikerjakan, sehari-hari Mak harus mengangkut 10 ember tanah yang pasir timahnya tidak terlihta sama sekali, bertarung dengan arus aris dari sakan pasir timah berebut beberapa butir pasir timah untuk beliau ambilkan. Setelah menambang pasir timah, Mak langsung ke ladang, membersihkan rumput di kebun lada punya kami, mennam singkong hingga rempah-rempah untuk memasak. Sehingga kami jarang sekali makan sayur dari luar karena Mak selalu memanfaatkan lahan kosong, waktu luang dan juga sisa tenaganya untuk bercocok tanam juga. She is wonderwomen for me.
Tak pernah saya dengar keluhannya dengan keadaan beban ekonomi keluarga kami yang ahrus membiayai tiga anaknya sekolah di Jakarta semua.baik dari Mak maupun Bapak, Mak tak pernah menuntut lebih dari Bak. Alhamdulillah, selama saya hidup tak pernah kami dengar percekcokan diantara orangtua kami.
Orangtua saya yang bukan siapa-siapa jika dilihat dari jabatan-jabatam pekerjaannya, hanya lulus SD, yang setiap hari pulang pergi lading dan tempat tambang hari ini naik pesawat untuk pertama klinya untuk bertandang ke Ibu Kota, Jakarta. Orang tua yang sangat luar biasa, terutama Mak baik pekerjaan Bak pun terkadang dikerjakan, sehari-hari Mak harus mengangkut 10 ember tanah yang pasir timahnya tidak terlihta sama sekali, bertarung dengan arus aris dari sakan pasir timah berebut beberapa butir pasir timah untuk beliau ambilkan. Setelah menambang pasir timah, Mak langsung ke ladang, membersihkan rumput di kebun lada punya kami, mennam singkong hingga rempah-rempah untuk memasak. Sehingga kami jarang sekali makan sayur dari luar karena Mak selalu memanfaatkan lahan kosong, waktu luang dan juga sisa tenaganya untuk bercocok tanam juga. She is wonderwomen for me.
Tak pernah saya dengar keluhannya dengan keadaan beban ekonomi keluarga kami yang ahrus membiayai tiga anaknya sekolah di Jakarta semua.baik dari Mak maupun Bapak, Mak tak pernah menuntut lebih dari Bak. Alhamdulillah, selama saya hidup tak pernah kami dengar percekcokan diantara orangtua kami.
Ya,
hari orang tua saya ke Jakarta. Bahagia tiada terkira. Keluarga sederhana kami
berkumpul di Jakarta. Beberapa hari di Jakarta dan mengunjungi bibi saya, kami
berniat untuk mengelilingi Jakarta. Well,
siapapun yang sudah pernah keJakarta pastilah merekomendasikan tempat-tempat
yang harus dikunjungi tak lain salah satunya MONAS.
Travelling
pun berlangsung, kami mulai dari rumah bibi di matraman, dan pertama kalinya
Mak dan Bak naik bajaj karena bajaj hanya ada di Jakarta. Mak tertawa saja dari
mulai naik-hingga tiba di Tamrin City, kami mengunjungi bibi saya yang sepupuan
dengan Bak. Ternyata sesampai disana, bibi saya lagi libur dan di took nya
hanya ada pegawainya. Kami tidak menunggu lama, kami lanjut ke Grand Indonesia.
Kami bukan untuk belanja barang-barang disana tapi saya ingin membawa
orannnnnngtua saya melihat ini lah yang selalu ditampilkn di tv-tv tentang
Jakarta yang modern itu.
Apa
yang terjadi??? Mak saya malah tidak mau masuk karena harus naek escalator dan lift. Tetapi betapa kami ingin Mak dan Bak masuk, kami ngebujuk
Mak biar mau. Akhirnya Mak menurut sama kami. Kata Mak “ mending naik tangga biasa dari pada escalator bikin jantung copot”.
Saya pun menggandeng Mak agar beliau tidak takut lagi. Yeeeee, kami berhasil
hari itu Mak naik escalator Grand
Indonesia 8 antai karena kami mengunjungi Galeri Indonesia kaya. Saya piker
setelah mencoba itu Mak tidak deg-degan lagi jika besok-besok naik escalator. Kalau Bak, beliau tidak
begitu canggung, ngikut-ngikut saja.
Setelah
itu, kami kanjut untuk naik City tour Jakarta, kami berjalan ke depan Plaza
Indonesia. Sembari menunggu saya melihat Mak memandang kesekeliling
gedung-gedung di budaran HI. Kata Mak “
tidak menyangka saya berada dijantungnya Jakarta, sedikit pusing juga melihat
gedung-gedung yang menjulang tinggi seplah mau tumbang,hehehe” saya sangat
bahagia berhasil membawa mereka kejakarta. Tak berapa lama city tour dating,
kami pun naik. Lagi-lagi Mak sedikit kedinginan dengan AC, mual dengan bau mobil, dan karena city tour adalah bus 2
tingkat jadi kami memilih untuk tingkat ke-2 dan Mak takut dan tidak mau, dan
lagi kami kami berhasil membujuknya. Saya menggandeng Mak, benar-benar deg-gan
memang yang dirasakn Mak. Tapi lama-lama sedikit hilang. Kami mengelilingi
Pusat ke Jakarta dengan City tour. Dan ini pun pertamakali untuk saya,hehe,
walaupun lama di Jakarta.
Kami
pun berhenti di halte mesjid Istiqlal. Mak dan Bak melihat mesjid yang megah
itu sangat luar bias pancaran bahagia wajah mereka. Kemudian kami sholat Ashar
dimesjid itu. Saya bertanya kepada MAk, Apa doa setelah selesai sholat tadi
dimesjid ini? Terus Mak menjawab “ Mak
hanya berdoa semoga Anak-Anak Mak sehat, sukses, murah rejeki, dan enteng jodoh
juga”. Saya terharu dan serasa airmata saya sudah mau jatuh tapi
alhandulillah tertahan. Doa seorang Ibu yang begitu dihrapakan setiap
anak-anaknya. Bersyukur, sangat bersyukur. Memiliki sosok Mak seperti beliau.
Sama halnya juga dengan seluruh Ibu yang di Indonesia.


foto pribadi: Mak & Bak di Mesjid Istiqlal Jakarta
Waktu
di Jakarta pun sudah sore, kami menuju MONAS. Dan lagi Mak yang takjub dengan
MONAS yang beliau dengar cerita-ceritanya dari saya dan dari tivi-tivi dan
sekarang beliau memandangnya dengan nyata. Kembali lagi yang menggugah saya Mak
bilang, “ hilang letih nyari duit selama
ini sudah melihat MONAS”. Saya terharu, sangat terharu.
Tak
lupa kami selalu mengmbil beberapa foto-foto momen-momen traveling bersama
keluarga tercinta. Karena bagian dari travelling itu adalah dokumentasi,
insight, dan happiness.
Mengelilingi
Jakarta hari ini kami sudahi karena cuaca tidak mendukung, Jakarta hujan
sehingga kami harus pulang ke asrama. Kami lanjutkan besok lagi untuk
jalan-jalannya.
"Sosok Ibu bisa jadi teman dalam keadaan apapun, tak hanya untuk kita berkeluh kesah, mengharapkan senyum beliau, namun kita anaklah yang harus memberi beliau senyum".
"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com”
0 komentar:
Posting Komentar