Jumat, 27 Februari 2015

Kembali sejenak ke Alam : Suku Baduy Banten

Diposting oleh Unknown 0 komentar



Pulang kerja jam 20.00 WIB hal biasa bagi para karyawan di Jakarta, termasuk saya. Jika ada yang bertanya “ gak capek Ta? Gak bosen Ta? Kalu Saya jawab tidak itu bohong. Bohong banget. Kalau teriak itu bikin otak saya bernafas rasanya. Ya udah Saya teriak sekenceng-kencengnya biar plong. Aaaaaaaaaaaaarrrrrrggggggggg. Minggu itu adalah hari yang ditunggu. Sangat ditunggu.

Hari rabu, OMG baru hari pertengahan. Saya pulang kerja agak malam karena harus menyelesaikan draft untuk meeting esok hari  dengan klien kantor kami.

Sesampai dirumah, ada Ratna yang kami akrab kami pangglil Mbak E karena kulitnya agak gelap dan perawakannya Jawa (padahal gak ada keturunan Jawa sama sekali). Berhubung gak ada komplein yang berlebihan kami tetap saja memanggilnya Mbak E dan dia pun tidak mempersalahkan. Ratna datang keasrama, karena belum niat untuk bebersih. Kami mengobrol hal-hal kecil diruang tamu. Berujunglah obrolan kami tentang traveling , tentunya naik gunung yang sekarang jadi hobi baru Mbak E.

Yuk, minggu ini anak-nak Belitung ngajak ke baduy lo, ikut gak? ajak Mbak E.  Ayuk atau Yuk itu adalah panggilan kepada Saya karena umur Saya lebih tua darinya. Dan para anak Belitung itu ada Ori, Rio, Rendi, dkk. Anggota Ikatan Pelajar Belitung (IKPB) di Jakarta. Kami bersahabat.

Saya mempertimbangkan ajakan  Mbak E.

 Orang Baduy (Orang Kanekes) adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Boleh, Mbak E. Perjalanan yang menarik, kata Saya. Terus apa yang harus dibawa Mbak? Mbak E lumayan berpengalaman karena sama hal nya dengan naik gunung juga  yang harus dipersiapkan.
Tenang Yuk, gak usah rempong-rempong bawa aja barang seperlunya seperti baju, makanan, jaket, obat pribadi, dll. Paparnya okay…yeeey Kita jalan-jalan lagi Mbak E, seru Saya senang. Yoiii, Mbak E mengiyakan rencana kami minggu ini. Berpetualang ke Suku Badui, Banten. Percakapan kami diakhiri dengan saya mau bersih-bersih langsung tidur dan Mbak E mau pergi ke asrama Toek Layang anak-anak Belitung yang dijemput oleh Ori untun nge-print proposal tugas akhirnya. Good luck mbak untuk tugas akhirnya. Keep spirit.
Melewati hari-hari seperti biasanya, kamis pun terlewati dan Jumat pun tiba. Hari itu saya izin pulang dari kantor lebih cepat. Alhamdulillah nya atasan saya mengizinkan. Tambah juga semangat Saya. Minggu yang menyenangkan traveling to Baduy.
Saya sudah mempersiapkan keperluan yang akan Saya bawa untuk pergi ke Badui, langsung saya berangkat dari kantor dan hanya mengganti baju saja. Kami janji ketemuan di stasiun Tanah Abang, karena kami akan berangkat dengan kereta api lokal Jakarta-Rangkas Bitung. Dan keberangkatannya dari stasiun Tanah Abang. Saya orang yang datang pertama kali di Tanah Abang, setelah menunggu setengah jam baru lah Mbak E muncul, sembari menunggu kawan-kawan Belitung kami membeli strowbery dan tahu krenyes untuk cemilan menunggu. setelah sekitar setengah jam cemilan habis dan kawan-kawan beliung pun belum kunjung datang. Mbak E sudah bebrapa kali mencoba menelpon dan mengirimkan sms, menanyakan mereka sudah sampai mana, tapi jawabnya “ Iya sudah hampir sampai. Saking kesalnya Mbak E mengomel” ini Mereka jadi gak si berangkatnya, dari tadi mau sampai hampir sampai, tapi gak sampai-sampai” omel Mbak.
Tunggu aja Mbak E, biasa lah orang melayu” kata Saya menyabarkan Mbak E.
Tak berapa lama Mbak E mengomel, terlihat Ori dan Randy dengan ransel besar dipunggungnya. Seperti traveler sejati sesungguhnya. Mereka menghampiri kami dan tidak menunggu lama kami langsung ke loket pembelian tiket.
Biar lah kak aku aja yang mengantri di loket kata Ori, saya akrab dipanggil kakak, ayuk umak oleh kawan-kawan Belitung ini.  Ya udah, Mbak E uangnya kasih ke Ori ya? Kemudian Mbak E ikut juga mengantri dibelakang Ori.
Saya dan Rendi menunggu di dekat pintu masuk. Tak berapa lama mereka menghampiri kami. Kak, dak de agik kereta yang berangkat dari sini,kita berangkat dari Stasiun Duri
Oke de kita beli tiket ke duri dulu baru beli tiket kereta lokal ke Rangkas Bitung nya. Saya oke-oke saja.
Kami pun berangkat ke Duri. Sesampai di Duri kami membeli tiket kereta api lokal. Yang pikiran saya tiketnya itu sekitar 50an ribu ternyata hanya 3ribu. Saya sempat gak percaya. Sebelumnya pun saya searching di internet dan baca pengalaman orang ke badui ada yang 25 rb, 15 rbu dan gak jelas juga. Saya tertawa d engan terawangan saya.

Tak berapa lama kereta terakhir ke rangkas bitung pun datang, kami naik. Dan penuh sekali, kereta ekonomi seperti kereta tahun 2010 pertama kali say anaik kereta, penuh, padat dan kotor tentunya. Kami tidak kedapatan tempat duudk. Kami pun dudum lesehan dibawah, menyender didinding gerbong dan dekat dengan pintumasuk. Orang berlalu lalang didepan kami, kami harus siap bertahan  dengan berbagai  keadaan seperti kaki yang gak sengaja menyenggol kami, bau-bau badan orang-orang pulang kerja, penjual asongan berlalu lalang, belum lagi saya dan mbak e cewek, mendapat lirikan-lirikan abang-bang, bapak-bapak yang matanya penyakitan itu. Genit.

Kami bernagkat ber empat, saya, mbak e , ori dn rendi, besok akan menyusul rio, edo dan bang ade.

Tiga jam kami di kereta menuju rangkas bitung, cukpu melelahkan karena sekitar 2 jam kami harus duduk lesehan terkadang harus berdiri dan satu jam terakhir baru mendapat kursi duduk. Recana awal kalau di kereta bisa tidur untuk mengumpulkan tenaga untuk perjalanan ke Badui.
-------------------------------
Tibalah kami di stasiun rangkas bitung, kami was-was angkot menuju desa cibeloger nya sudah tidak ada lagi. Ori terburu-buru langsung menuju angkot mangkal ternyata sudah habis memang. Tak putus asa, kami berempat berjalan menuju jalan raya dan bertanya kepada orang-orang yang ada, angkot menuju ciboleger masih ada atau tidak.

Kami pun mengikuti petunjuk Bapak-bapak yang sempat kami tanya tadi. Dan ternayta masih ada tapi bersimpat carteran. Saya dan Mbak E menurut saja pada Ori dan Rendi. Jam sudah malam juga sudah terlihat sepi pasar di jalan tersebut.

Bang, kalo ke ciboleger berapa ya? Ori bertanya pada sopir angkot yang ada distu
Wah, sebenarnya kalu ke ciboleger sudah tidak ada lagi angkotnya, ini kita ambil trek maling jadi kalu mau satu orangnya 30 ribu. Jelas sopirnya. Memang, tidak banyak lagi angkot yang ada disitu, dan juga bukan ngkot jurusan ke ciboleger

Ori dan rendi berusaha bernegosiasi dengn sopir tersebut, tapi sopir nya keukuh 30 rbu. Akhirnya pun kami menyerah, daripada gak ada lagi angkot dan gak mungkin juga kami harus menginap di pasar-pasar ini.hehehe,

Kami pun naik dan sopir melajuan angkotnya yang maling treknya.

Kami melewati perkampungan kabupaten rangkas bitung. Sepi. Sudah jauh terasa berebda dengan Jakarta yang ramai riuhnya. Suasana kampong pun mulai terasa dtimabah lagi sudah larut malam juga. Hanya sedikit orang-orang yang terlihat diluar rumah.

Bukan gelap yang bikin deg-degan dapi jalan dan cara sopir menyetri angkot sangatlah ugal-ugalan.

Saya, mbak e, dan ori  bercerita banyak di angkot mulai dar cerita kehiduan pribadi hingga persoalan Negara,hahha. Dan rendi diam saja, mungkin mengamati alam malam di sepnajang erkampungan menuju badui, pikir saya.

Bang maish lama gak? Tanya saya. Karena saya sudah agak mual-mual. Sekitar 1,5 jam lagi tej jawabnya. Yaaahh, keluh saya. Untuk sekedar mengalihkan rasa mual kami kembali bercerita.
Kak, pening ne kepala keluh ori. Dan ratna juaga mengeluh serupa. Kami dibawa dengan angkot yang super seperti pembalap saja ini sopir. Kami berbepanganan sekuatnya biar gak berhmburan didalm angkot. Ahhah. Asam lambung sepetinya naik juga, semakin mual. Rendi tetpa diam.

Perkampungan demi perkampungan dengan tikungan tajam, lubang-lubang bertaburan hingga kami harus berhamburan didalam angkot, kepala kepentok, duduk sudah gak jelas posisi duduknya.

Sampai juga di terminal ceboleger yang di simbolkan dnegan tugunya.  Sudah sepi, terlihat beberapa bapak-bapak yang duduk seperti ronda  malam di kampong itu. Setelah turun dari angkot dengan rasa bercampur mual, senang, pusing dan ngantuk.  Ransel-ransel sduah diats peunggung semua. Ya, siap untuk menuju badui yang katanya dari yang saya dapa serita, internet dll perjalanannya menanjak, batu-batuan tentunya gelap karena kami datang malam. Ini untuk pertamaklainya untuk kami berempat, jadi tidak seorang dari kami yang tahu tentang perjalan kebadu ini.

Ada seorang baka-bapak yang menghampiri kami. Tenyata di adala guide untu tamu-tamu yang mau ke badui. Dia menyambut kami denga ramah.

Selamat malam bang, sapannnnya mau keatas,? Dari mana dengan tujuan paa?
Ori yang jawab, saya dan mbak e dima pokonya, ngeri juga para cowok semua yang ada disitu.
Iya, bang kami mahasiswa yang ingin melakukan penelitian ke badui jelas ori dan rendi
Oh, yuk saya antar ke rumah pak lurah dulu untuk mengisi buku tamu.

Jam menunjukkan pukul 22.30, sudah sepi dan gelap. Begitulah perkampungan tanpa listrik. Kami mengikuti abang yang akan mengantarkan kami tersebut. Kami memperkenalkan diri juga,

Pak,  ini ada tamu mahasiswa mau ke badui luar? Katanya. Kami menunggu beberapa menit, kemudian seorang bapak yang akatnya lurah itu keluar dari rumah dengan mengenakan kain sarung dan kaos oblong berwarna putih. Gelap, tak ada pelita maupun lilin. Pak lurah tersebut membawa buku, kami mengucapkan selamat malam kepada bapak tersebut beliau langsung memberikan buku tamu meminta kami mengisi nya.

Ori yang menuliskan nama kami, kemudian abang yang mengatntar kami dan bapa tersebut berbicara dalam bahasa mereka, tak satu kalimat pun yang saya mengerti begitu yang lainnya. Ternyata kami diminta membayar uang masuk kedalam seikhlasnya. Ori memberikan uang dua uluh ribu.

Setelah itu, kami langsung melanjtukan perjalanan ke badui diantar oleh abang. Kami mengikutinya, dari belakang. Setiap dari kami membawa senter sedang kan ia gak. Padahal dia ada dipaling depan. Dia jadi pemandu kami. Belum beberapa jauh saya sudah ngos-ngosan saja. Karena malam gak tahu juga kiri kanan hutan yang bagaimana. Hanya tahu jalannya menanjak, menurun dan berbatu yang disusun. Kata bang tersebt para orang badui itu lah yang menyususnnya. Kami banyak bertanya-tanya tentang badui kepada abang tersebut. Sudah hamper pertengahan, obrolan kami masih berlanjut, dan 3 kali saya terpeleset yang batu saya pijak itu licin. Sudah ngos-ngosan dan ditertawakan kawan-kawan juga. Ngenes sudah. Dan akhirnya abang tersebut berbicara tarif, dia sebagai pemandu. Dengan polosnya kami berempat berpikir gratis atau se ikhlas tamu yang ngasih atas keramahan masyarakat badui ini. Ternayta, sangat mahal karena malam kami ditarifkan 350ribu.

Kami berempat kaget dan bingung juga, karena gak ada yang pegang cash segitu.tapi tetap melanjutkan perjalanan tersebut. Jauh juga perjalanan yang harus di tempuh utk sampai di badui. Saya sempat mengeluh kecapean. Gelap tanpa listrik.

Ternyata pelajaran yang kami dapat malam ini, di bohongi orang ini.terlalu polos juga kami berempat berpikir ada pemandu yangg gratis.


----------- bersambung.........

Pria Misterius, Dasar!!!!

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Belakangan ini satu-satu teman chatting yang saya tunggu itu adalah dari kamu, sahabat. yang bertemu awal mula di bandara beberapa bulan yang lalu.

Oww, kita sudah bersahabat. Tak menjadi aneh juga kita saling bercerita, bertanya kabar, dan juga curhat. Saya sangatlah tidak terganggu. Sama sekali.

Beberapa bulan ini, kita begitu intens, malah aku terlalu berlebihan terkadang menafsirkan cara kita bersahabat. Cara kita bercerita melebihi kedekatan ku dengan pacarku sebelumnya, dan kita cerita itu tinggallah cerita.gak curhat loh.

Yang membedakan kita bersahabat lebih dari pacar, saya anggap. Terserah saja kamu bagaimana. Panggilan tidak akan mempengaruhi perasaan ku, dan kedekatan kita pula sebatas sahabat di chatting whatsapp.

Kok pria misterius?

Bukan ku yang menggelarkanmu pria misterius tapi dari cara mu, dan kau sendiri yang mengatakannya. Ku pikir introvert mu lebih besar sehingga kau takkan banyak bercerita banyak tentang mu. Kau pendengar yang baik, dan cukup bijak. Tapi, tidak mau kalah.

Ah, aku teringat ilmu hitung kecocokan oleh kakek ku, aku adalah bumi kau itu api. Sepertinya kita akan bersitegang saja setiap hari. Sedikit ada benarnya. Hahaha. Tapi aku tak percaya selebihnya.
2 minggu belakangan ini kau libur dari pekerjaan mu, itu yang membuat kita berkomunikasi sangatlah intens. Tanpa sehari chatting dengan mu aku serasa menunggu. apakah ini juga jatuh cinta? Malas juga jika aku mudah menyimpulkan ini, kita jalani persahabatan ini saja.

Kau pun seakan selalu saja ingin chatting dengan ku, benar tidak? Itu kau saja yang tau, apa Cuma menyenagkan ahti ku, atau apalah. Aku tidak begitu peduli, ujung-ujungnya aku nanti yang disebut mudah menyukaimu. Aku hanya ingin bersahabat dengan mu. Tak mamu mengawali rasa, jika kau yang mengawali, kenapa tidak? Hehehe

Tapi, ah sudahlah pokoknya kita nyaman bersahabat. Hari ini kau mulai bekerja lagi. Seharian benar saja aku menunggu chatting dari mu. Tapi aku menegrti, kita sama-sama bekerja. Tapi kau bekerja untuk mesin sehingga tak ada waktu utuk chatting dengan siapapn, termasuk aku, ya  kan?

Benar-benar misterius dari segala kata-kata yang kau ceritakan kemarin pada ku. Dasar pria mistreius.


Sahabat Ku Pria misterius #inlove23

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Kebetulan yang mengawali pertemuan kita. Dibandara Depati amir 5 bulan yang lalu. Saat itu kau mengenali ku terlebih dahulu karena aku memakai almater SMA  dulu.saat kua menyapa dengan ramah, seperti biasa aku membalas dengan ramah. Namun, sebenarnya saya tidak mengenal kamu.
Almamater yang ku pakailah yang mengenali kamu ke aku. Kebetulan itu pu kita berkenalan.

Ketika aku menyebutkan nama ku kepada mu, kau langsung menyebutkan riwayat-riwayat tentang ku. Dan itu benar. Ah, ku pikir kau ini siapa yang sedikit tau tentang ku. Apakah zaman sekarang dengan adanya social media, sdengan mudah kita mengenali orang dengan cara stalking.  Tiba-tiba aku ke-pede-an.

Aku hanya bercerita apa yang kau tanya, karena sesungguhnya kau tak bisa cerita apa pada pertemuan singkat ini. Sempat ku pinta nomor hp mu, biar suatu saat kita dapat bekomunikasi terkait kau juga alumni almamater SMA. Kita berjarak 6 angkatan, tapi paras mu seperti adik kelas ku saja.
Peretmuan ini diakhiri dengan terbangnya saya ke Jakarta dank au ke Riau. Berbeda tujuan.

Kebetulan itu pun membuat saya yang stalking tentang anda dan mencoba minta pertemanan di social media. Dan benar saya tidak mengenali kau sebelumnya. Tak ada foto timeline yang kau upload, tambah pula saya lupa kamunya yang mana. Hahaha.

Saya memberanikan diri menghubungi mu dengan mengirim pesan singkat menanyakan kabar saja, dan  berlanjut kita menjadi teman chatting whatsapp.

Saling sharing, berbagi cerita, motivasi dan juga kau membagi cerita kehidupan cinta mu. Ah, ku pikir prihal ini sangat kau tutupi tapi kau menanyakan berbagai pendapat dari ku. Aku bukan ahli cinta, tapi sebagai sahabat mu, ku jawab sekenanya saja.

Dengan cerita mu pula, memberi ku inspirasi untuk menulis tulisan ku yang berjudul ‘’Bab kehatianku periode ini” namun ragu ku postingkan diblog, hanya saja ku beranikan untuk mendaftar lomba menulis dari sebuah website dan ku kirim tulisan itu. Harapan besar kalau menang, karena hadianya 1 tiket ke Bali. Hehehe.

Kau memintaku untuk mengirikan juga tulisan itu untukmu. Sebenarnya aku malu. Sungguh. Jika kau tipe orang yang mudah menafsirkan tulisan itu tentang siapa ke siapa, itu adalah aku ke kamu. tuh, kan malu. Tapi semuanya karena terinspirasi dari cerita-ceritamu.

Hari-hari kita jalani masing-masing, kau disana ku disini.eeaak. punya sahabat baru yang  mengasyikkkan
.
Terus apa hubungannya dengan pria misterius?


Setelah tulisan ini ada lagi lanjutan cerita tentang saya dan sahabat saya ini. Tunggu aja ya.:)

In love 23 (baris kata)

Diposting oleh Unknown 0 komentar
“Ketika kamu mencintai,  kamu membuka dirimu terhadap berbagai kemungkinan dilukai”

yang saya kutip dari buku barunya benzbara yang berjudul Jatuh Cinta.kata-kata ini menarik saya untuk berimajinasi dalam kata-kata harapan cinta yang sering saya diskusikan dengan beberapa sahabat saya.

Saya coba mention, sahabat saya @ratna_rusmadi sebagai teman yang barangkali akan tertarik berimaginasi dengan kutipan diatas. Dan sore yang mendukung, kutipan itu melahirkan baris kata-kata sederhana dan berani dari kami.

Dengan dilukai kita tau betapa sakitnya mencintai
Itulah perjalanan hati
Anggap saja itu sebuah tanjakan dan belokan
untuk mendapatkan puncak tertinggi yang indah
kalau ada badai, berhenti sejenak untuk lebih aman
selagi badai itu bisa dilewati bersama
mengapa berhenti untuk mencari keamanan?
Karena walaupun bersama,
Belum ada kepastian aman.
Kepastianlah yang mendatangkan pertimbangan.
Ketika itu sudah ada kepastian
Kenapa harus dipertimbangkan lagi?
Keppastian hanya ada dari Yang Maha Cinta
Kepastian bukan ditemtukan karena Yang Maha Cinta
Tapi kepastian itu ada karena adanya rasa
Semua rasa dari Nya.
Yang ditiipkan rasa sedang diberi amanah kepastian



So, how your imagine it??

I am turning 23 [JULITA]

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Bersyukurlah yang harus saya lakukan saat detik ini.  Bertambahnya umur seseorang bukanlah membuat kita menjadi tua. Namun, kedewasaan yang lah kita tuju.

Hari ini tak disangka hituganan umur hidup saya didunia sudah yang ke 23. Ya, bayi yang 23 tahun lalu dengan lahir tanpa bidan dan sungsang oleh seorang Ibu yang sangat muda pada tanggal 25 Februari 1992 sudah dewasa. Happy Birthday  diri ku. Secara tanpa kue, balon, lilin, dan tepuk tangan bernyanyi pun tak mengurangi kebahagian saya saat ini.

Yang terpenting adalah bagaimana saya menjadi dewasa ini, apa yang akan saya lakukan di umur yang (sudah) 23 tahun ini, dan apa saja yang sudah saya lakukan sejak 23 tahun yang lalu.
OMG, lo udah udah 23,kata teman saya yang sedikit lebay. Mau nikah??? Mau ini mau itu, dan sebagainya, banyak lagi pernyataan-pertanyaan yang mereka tayakan pada saya.

Baru kemarin saya banyak baca blog para blogger keren yang member inspirasi saya untuk menulis tentang hari ulang tahun, tentunya hari ulang tahun ke 23, judulnya pun  I am turning 23 punya nya mbak Ollie (alamat blognya). Bukan saya menjiplak namun dengan judul tersebutsaya bisa menjawab beberapa pertanyaan tentang umur saya telah 23.

Mbak Ollie pun menulis tentang rencaanya dan capaiannya saat umur 23. Saya sangat terinspirasi.
23 tahun, beneran merasa tua ya, tapi yang penting jiwa muda, eaak.

-Bagaimana saya menjadi dewasa ini?

Dewasa menurut saya dalah pilihan, saya adalah termasuk wanita yang sudah dewasa dengan umur 23, kata kawan-kawan karab saya. Ya, mengenang pujian untuk memotivasi diri sendiri itu perlu bagi saya. Dewasapun mnurut saya, yakni dapat mnegendalikan diri dari kegoisan, emosi dan sikap-sikap yang dikata orang kekanakan seperti merengek-rengek jika ingin sesuatu. Dewasa juga gak mesti kita harus menikah terleih dahulu, namun kedewasaan diri adalah perkembangan sikolgi kita yang kita usahakan secara internal dari diri pribadi masing-masing. Di 23 ini saya adalah perempuan yang (menuju) dewasa. Kamu?

-Apa yangsaya lakukan di umur 23 ini?

Pada tahun baru kemarin saya tidak sempat untuk menulis resolusi tahun bru sedetail-detailnya. Sebagai gantinya saya akan menulis itu saat saya menalani hari pertama di umur 23. Lagi ulang tahun, Bro.

Sebagai perempuan yang semakin dewasa ini, saya memiliki banyak keinginan yang dilakukan. Saya ingin menjadi pribadi yang baik, terhadap oarangtua, adik-adik saya, keluarga besar saya, sahabat-sahabat saya dan semua orang yang ada di dunia ini. Pribadi yang selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta. Saya ingin mendapat penghasilan yag cukup untuk berbagi dari kantor tempat saya kerja, saya akan memulai bisnis dengan basis social dan lingkungan yakni Bangka Learning Center . 

Saya akan melakukan traveling sejauh-jauh mungkin beberapa Negara asia dan eropa. Saya akan berbagi semangat kepada teman-teman yang memiliki keinginan untuk sukses juga. Saya akan memakai toga tanda saya pernah jadi mahasiswa juga, saya ingin terbang ke Jerman untuk menimba ilmu tentang ilmu komunikasi lingkungan hidup yang mana kan menjadi dasar ilmu untuk membuka PT Simpur plus yang akan saya kelola nantinya, saya ingin menjalin hubungan dengan lelaki yang saya sukai secara komitmen.  Saya ingin megajarka bahasa inggris ke banyak orang. Saya ingin menulis dan menerbitkan buku agar masyrakat luas mendapatkan ispirasi sederhana dari tulisan saya. Selalu ingin menjadi perempuan yang tegar dan saling menolong.


Masa’ udah 23 sih???huuhuhu….. so what sih, yang penting  hari ulang tahun dan semoga sehat selalu, panjang umur, bermanfaat untuk orang lain.

Mengenang masa lalu tak ada habisnya

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Mengenang masa lalu tak ada habisnya. Memang tidak ada guna nya pula dilakukan. Kecuali itu memberi motivasi untuk masa kini. Seakan ingin mengulang lagi masa lalu, masa yang belum sempat dimaksimalkan potensi kita. Apa daya waktu sudah menyeret kita pada titik ini. Titik kita tak mungkin kembali pada masa lalu.

Ketika kita sedikit membahas tentang waktu, yang kita bahas bukan lagi upaya memperbaiki tapi maah kita meratapi penyesalan kita. Baiklah kita tak lagi meratapi tapi menyemangati diri untuk kedepannya. Berjalan itu enaknya terus melangkah terkadang pula perlu untuk berhenti sejenak. Kalau saja ada yang mau melangkah kebelakang saya kira itu bukanlah kawan saya.

So, kawan-kawan teruslah melangkah kedepan dengan langkah yang terbaik.


Inspirasi dari Sepasang traveler Lansia dari Jerman

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Tuh kan kawan, gak ada habisnya ntuk diceritakan apa yang saya rasakan, lakukan dan pelajaran  saat melakukan single traveling plus work a job juga  ke Belitung.  Saya memang dudah sering melihat pasngan lansi yang melakukan traeling baik itu ketempat-tempat wisata, daki gunung, mungkin juga surfing. Namun, kesempatan untuk ngobrol secara langsung belum juga menghampiri. Kesempatan itu sangat saya tunggu.

Menunggu bukan lagi kegiatan yang bikin saya bosan saat di bandara, karena terakses dengan internet saya bisa posting-posting tulisan blog , menonton video-video kesukaan di yuotube, download apa yang ingin didownload.lumayan cepat. Jadi menunggu bukan masalah.

Tetapi, kali ini saya tidak beruntung untung akses internet, di bandara hanandjoedin Belitung tida ada jarinan internet gratis yang bisa diakses. Padahal saya sudah mengeluarkan laptop dan siap going online, saking tidak puasnya saya bertanya sama beberapa petugas bandara. Tetaplah tidak bisa. Eiits, bukan hanya saya ternyata yang sering memanfaatkan jaringan internet gratis di ruang tunggu bandara ini, tapi didepan saya duduk ada sepasang nenek dan kakek yang sepertinya baru saja menikmati liburan di Belitung ini.

Nenek itu juga bertanya kepada saya, apakah ada jaringan internet gratis yang bisa dipakai.Kakek dan nenek ini bukan orang Indonesia tetapi bisa berbahasa Indonesia sangat fasih.
Kemudian saya masih penasaran juga, sepasang nenek dan kakek ini membawa dua koper besar, tas gendong belakang dan juga terlihat nenek memgang 2 paspor merah dan tiketnya.
Saya memberanikan diri untuk berkenalan, dan mereka menyambut perkenalan dari saya dengan ramah.

Nenek dan Kakek ini berasal dari Jerman , mereka sedang berliburan mengelilingi Indonesia. Menakjubkan, setelah ini mereka akan ke Bangka bersamaan dengan saya ini. Wah, saya sangat antusias untuk bertanya-tanya tentang Jerman kepada mereka.

Saya mulai bercerita bahwa saya akan berangkat ke Jerman pada bulan Oktober nanti untuk melanjutkan pendidikan master di Cotbuss. Saya berbicara dalam bahasa Jerman dengan mereka sehingga beberapa orang yang juga lagi menunggu disekitar kami, mereka meilhat kearah kami.
 Mr. Dieter dan Mrs. Schon lah nama dari kakek dan nenek tersebut. Mrs. Schon sangat antusias memperlihatkan foto-foto rumah mereka, kegiatan mereka di Jerman, anak-anaknya, dan cucu-cucunya. Beberapa foto-foto pemandangan disekitar rumah mereka dari ipadnya.

Saya sangat senang dan rasanya gak sabar pengen berangkat ke Jerman. MR. Schon mengundang saya untuk pas sudah di Jerman nanti untuk berkunjung kerumah mereka. Dia menuliskan alamat dan nomor telpon rumah mereka di Jerman.

Karena waktu menunggu amsih lumayan lama, kami bercerita-cerita banyak mulai dari Indonesia sampai ke Jerman. Mrs. Schon member ebebrapa tips untuk saya ketika saya berada di Jerman nanti. Tentang pakaian yang harus dikenakan di Jerman ketika musim dingin dan cuaca disaa itu terkadang tidak teratur dingin tiba-tiba juga sering. Jadi siapkan coat yang tebal, sweater yang nyaman dan baju-baju hangat lainnya, kaos kaki, sarung tangan. Kemudian dia memberitahu saya dimana harus membeli baju-baju murah yang bagus di Jerman. Perempuan ya, gak jauh dari dunia shoping.hehehe
Ya, kalau untuk membeli baju kata Mrs. Schon lebih baik menunggu cuci gudang akhir tahun- awal tahun, banyak yang bazaar murah di berbagai pusat berbelanjaan di sana.

Kemudian kalau saja mau jalan-jalan yang murah, untuk mendapat tiket kereta yang murah, bis yang murah banyak sekali kita bisa membeli via online.
Mrs. Schon juga sering masak-masakan Indonesia, jadi datang kerumahnya nanti kita bisa masa-masak katanya.

Bukan hanya informasi tentang Jerman yang saya dapatkan dari mereka, namun sebuah inspirasi dari prinsip hidup mereka berdua. Mrs. Schon senag bercerita sampai ia pun bercerita kisah cinta mereka, anank-anak mereka, dan masa tua mereka.

Cinta mereka berlabuh dari hobi yang sama, yaitu traveling. Ah, saya suka traveling loh. Akan saya mendapatkan pendamping hidup ketika sedang traveling??heheh

Dari mereka menikah, mereka hidup di Jerman pusat di Frunkfurt dan menetap disana hingga kedua anak mereka sudah bekerja dan menikah. Setelah itu,  mereka memutuskan  untuk ke pedesaan Stugart untuk mengahabiskan masa tua, karena anak-anak mereka tidak serumah lagi hanya tinggal mereka berdua saja.

Dari tahun 2008, mereka memutuskan untuk melakukan traveling sepanjang tahun, dimulai dari eropa, Amerika, Negara-negara kecil, dan 2015 mereka mendarat di Indonesia. Dimulai dari Raja Ampat dan bertemu saya diBelitung, dan sebentar lagi ke Bangka. Luar biasa.

Mereka akan mengahbiskan masa tua mereka denagn traveling dari tempat ini ketempat yang lainnya. Dan Mr, Dieter memberi Quotes perjalanan mereka kepada saya kira-kira beginilah kata-katanya:

“ Perjalanan hidup itu dilihat pada saat masa tuanya, apakah kita bisa menikmati atau tidak. Dengan melakukan hobi kami ini, kami menikmati masa tua kami, untuk masalah mati kami tidak tau tempat kami akan mati, jadi perjalanan lah yang mennunjukkan tempat itu”.

Begitulah, mungkin para kawan mendapat sebuah inspirasi atau infromasi barangkali dari tulisan saya kali ini. Traveling itu menyenagkan.

100 Km/H, untuk Ulang tahun Sahabat

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Tanjung Binga- TanjungPandan

Memang ya, saya tidak kehabisan cerita untuk menulis kali ini. Perjalanan di Belitung yang semuanya ingin saya tuangkan dalam tulisan-tulisan saya, dan dibaca oleh semua orang. Bukan saya jadi terkenal yang saya mau, tapi inspirasi yang kawan-kawan dapatlah menjadi keinginan  saya. Sehingga hobi jalan-jlan saya dan menulis iini bukan lah pekerjaan yang sia-sia.

Tidak tahu factor apa yang kuat ini sehingga saya jadi pemberani. Naik motor jauh  dengan jarak yang jauh sendirian, baik malam atau sendiri. Dan tempat baru pula. Saya belum terbiasa juga
Malam ini saya sepertinya akan menginap di penginapan di Tanjung Pandan, tetapi Monik mengajak tetpa menginap ti Tanjung Binga, kebetulan ada keluarganya juga menginap disana.

Awalnya saya ragu karena malam-malam jalan sendiri, lumayan jauh dari Tanjung Pandan ke Tanjung Binga. Hampir saja saya melewati momen hari penting setiap tahun untuk teman saya ini, karena ada perkerjaan kantor yang belum selesai. Saya pun m di teras vanilla menyelesaikan pekerjaan tersebut, mengirim selurh email-email dan membalas email-email penting. Jam menujukkan pukul 21.00, wah saya agak ragujuga. Tapi saya memilih untuk berani karena momen ini gak akan datang besok atau lusa.

Besok itu ulang tahun monik,yang ke 22 sebagai sahabat yang belum juga tuntas menyampaikan rindunya. Saya berniat kulangtahunnya kali ini saya berada ditempatnya dan ingin member hadiah kecil kepadanya.

Saya baru belajar lebih banyak member hadiah kepada keluarga, teman-teman, dan kerabat dekat lainnya. Karen saya punya kakak , saya nggap sebagai kak saya sendiri dannjuga mentor baik saya Mbak Ayi kami memanggilnya dai banyak member pencerahan kepada saya, jika
Memberi hadiah adalah memperanjang tali silahturahim dan kasih sayang kita. Kemudian kehidupan ini harus lebih banyak memberi jika mau menerima banyak.

Belajar adalah hal yang baik. Jadi selagi kita ingin belajar kenapa tidakkan?

Dari teras vanilla saya langsung melaju kelaju ke Tanjung Binga. Keberanian masih menang dan nekat juga s saya melaju dengan motor dengan kecepatan 100 km/h, ini kali pertama saya ngebut. Namun, saking nekatnya rasa taut pun hilang. Tak sampai 30 menit saya tiba di Tanjung Binga. Di perjalanan saya singgah di sebuah toko kado kecil, unutk membeli kado sederhana untuk sahabat saya ini. Monik, menyukai hal-hal  berwarna hijau dan juga keropi. Akhirnya saya saya menghadiahinya  boneka keropi dengan sayap cinta, semoga kado kecil ini berkenan di hatimu sahabat saya, Monik.

"Persahabatanlah yang membuktikan bahwa kita sesama manusia saling menyanyangi".



Rabu, 18 Februari 2015

Percaya Diri, Boleh!!!

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Tanjung Pandan-Kampit = 2 Jam


Ketika kita bepergian kesuatu tempat yang belum pernah kita kunjungi kebanyakan dari kita gak ah takut nyasar, gak tau jalan, dan banyak lagi alsan yang bagi saya cukup kekanak-kanakan. Apalagi berpergian sendiri, ah tak banyak lah yang struggle banget, apalagi cewek banyak lah ketakutan-ketakutan yang bisa diatasi dengan mudah. Itu menurut saya, tapi seiring perkembangan tentang wisata, traveler, backpacker ketakutan-ketakutan itu menjadi tantangan sendiri bagi para manusia nya, termasuk saya.

Perjalanan di Belitung ini banyak sekali pengalaman-pengalaman yang menarik yang ingin saya bagikan kepada para kalian yang suka jalan-jalan, apalagi yang suka jalan-jalan sendiri dan cewek lagi.

Hari ke-3 di Belitung, udah ngapain aja?? Pertanyaan kawan-kawan kantor saya. Ehhmm, ngapain aja ya, okay I will tell you all.

Hari ke-3 ini saya ada janji dengan kepala Disbudpar Tanjung Pandan ini di Tanjung Pendam. Lagi-lagi warung kopi yang ada di Tanjung Pendam memang mempengaruhi lahirnya ide-ide kreatif dan menjadi tempat lobi-lobi yang asyik.

Jam 08.00 pagi, saya sudah tiba disana dan begitu pun beliau. Hari ini kami sama-sama disiplin karena masing-masing punya agenda yang penting lagi. Eaaa. Memanfaatkan waktu secara produktif. Pertemuan yang tidak begitu panjang ini, singkat banget malah untuk membahas perihal bisnis tapi pandai saja membagi waktu dan hasilnya Alhamdulillah bagus.  Pertemuan pun selesai dengan diakhiri kami berjabat tangan dan keep in touch terus. Hehehe

Sehabis pertemuan itu saya masih punya agenda gak bersantai-santai. Di Belitung, berbekal motor pinjaman dari Bang Joni, saya bisa mobile seenak hai sih gak tunggu menunggu bis seperti di Jakarta. Cuaca pun mendukung sedikit panas belang sudah kulit saya, akibat menolak tawaran mobil sih. Resiko juga gak punya SIM, sedikit menyedihkan dan langsung menulis to do list ke Bangka bikin KTP dan SIM.

Hari ini saya akan berkujung ke tempat sahabat saya Aneisti di Kelapa kampit sudah beda kabupaten yakni Belitung Timur, banyak lagi sejarah tentang trilogy Laskar Pelangi disana, Belitung timur.
Tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan untuk saya melakukan perjalan sendiri dengan motor, dan saya belum pernah kesana tidak tahu jalan juga. Tapi, ka nada plang dan bisa bertanya juga. Gampanglah, yang penting motor aman, bensin cukup, dan kacamata. Karena mata saya sedikit sensitive kalau naik motor apalagi kecepatannya sedikit dipercepat dari biasanya. Biasayanya 60 KM/hour.

Okay, fix saya pun jalan. Sendiri, ah begini lah backpacker nyambi kerja. Mengikuti arshn dari plang di jalan saya menuju Kelapa kampit. Kata para orang Belitung aslinya perjalanan tanjung Pandan-Kampit sekitar  35 menit normalnya.

Jalan laju terus, gak adayang trouble saya menikmati single traveling ini. Setiap kampong yang saya lewati memiliki nama yang unik-unik. Salah satunya Badau, terdapat tempat wisata Batu Mentas yang mana ada fauna endemic yakni tarsius dalam bahasa Bangka nya Mentilin. Saya penasaran juga tapi karena ada janji ke kampit dulu belum bisa singgah.

Pikir saya ini jauh sekali sudah 40 Menit kok gak sampai-sampai, mau nanyak tapi berpikir ah biarlah mungkin setelah ini dans etelah ini. Ternyata masih belum sampai-sampai juga.  Ada plangnya masih terus dan terus. Saya masih belum bertanya juga.

Mata ku menangkap pemandangan yang indah, bukit berjejeran masih hijau, namun dikiri kanan jalan banyak kubangan bekas tambang timah. Ini yang menjadi permasalahan Bangka Belitung yang belum kunjung selesai. Dan tikungan-tikungan ekstrim dan beradu jalan juga dengan bis-bis pariwisata yang begitu ramai hari itu.

Kembali mata membaca di plang ‘ Desa Gantung, Desa Pice’ kearah kanan.  Wah, Desa Gantung kan salahsatu latar cerita Laskar Pelangi, pengen kesana tapi masih ingat tujuan utama, Kampit. Ah nanti sajalah, pikir ku dengan mengajak sahabat saya mungkin dia lebih seru dengan ia yang menjadi tour guide gratis saya. Hehehe.

Dan saya belum juga sampai di kampit, wah saya sedikit panik. Apa saya tersesat ini, tapi dalam hati saya mungkin setelah desa ini kampit. Tapi teringat kata Monik, Kampit itu sebelum Manggar, dan Kampit-Manggar pun sekitar 30 menit.

Wah, saya memutar pikiran terus atau bagaimana?. Tapi saya pun belum bertanya masih saja melaju dan mengikuti petunjuk plang, sperti sok tahu. Yang jelas sudah 1 jam 15 menit di perjalanan, pikir saya ini tersesat.  Baru saa mau bertanya didepan sudah ada plangarah kekiri Kelapa Kampit dan arah kekanan Manggar. Ternyata saya sudah di Manggar. Saya juga bingung, yang tadi kata Monik, Kampit dulu baru manggar.

Saya batal bertanya, saya terus saja, sekitar tiga puluh menit saya sampai juga di Kampit dijemput Anes karena rumah anes masuk gang. Sepanjang perjalanan Manggar-Kampit tadi saya menikmati danau-danau biru , yakni kubangan bekas tambang, bukit yang berjejer hijau dan sepanjang perjalanan ramai juga dengan rumah makan dan warung kopi.

Saya tetap menyimpan penasaran saya, kenapa saya sampai menempuh hampir 2 jam dari Tanjung Pandan- Kampit.  Bercerita –cerita tenyata jalan kekampit tu ada dua jalan tengah dan jalan jauh. Ya, saya mengambil jalan jauhnya. Pantesan gitu saya hamper 2 jam. Tadi pas di jalur dua tanjung PAndan saya terlalu cepat mengikuti plang yang jalan jauhnya, sedangkan jalan tengah yang sekitar 40 menit masih didepan lagi. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan saya desa-desa yang penuh inspirasi dan menyatakan saya adalah backpacker sejati menyusuri seluruh jalan-jalan tersebut sesuai dengan arti dari traveler ‘ tukang jalan’, yak an?? Ya deh, biar semangat saya gak luntur begitu saja. Toh, bnyak hal positif juga yang saya dapatkan.

“Dan disini saya terlalu percaya diri juga namun keberanian yang saya miliki untuk itu tidak semua orang yang punya. Karena hidup itu harus berani, barulah pintu apapun terbuka. Tapi ingat, resikonya kita lah yang menanggung baik atau tidaknya. Peran orang lain mengkritik, menasehat bisa jadi mencibir.” -Miak Natak-

Kalau tidak mengambil jalan jauh tadi mungkin saya tidak tahu ada jalan tengahnya atau jalan dekatnya, ya gak??



Ngulik Manggar, Belitung Timur

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Heyy,,, kawan pernah dengarkan atau emang sudah terkenal juga kan kalau manggar mendapat julukan kota seribu warung kopi. Dan ini nyata, benar. Ketika kita memasuki  kota  Manggar, di gerbangnya pun sudah terpampang Kota seribu warung kopi. 1000 warung kopi ini dibuktikan dengan sepanjang jalan di Manggar terdapat warung kopi dari mulai tradisional hingga high class juga.

Kali ini mengelilingi tempat yang sangat popular oleh Laskar Pelangi saya tidak lagi senri seperti perjalanan 2 jam tadi. Saya ditemani sahbat saya Anes, dan ini lah tujuan saya berkunjung ketempatnya. Selainnya menyampaikan dan menuntas rindu kami, saya ingin dia yang menjadi  tuorguide nya, mau gratis sih.

Bingung ya saya banyak sahabat di Belitung, ya anes adalah teman satua asrama se SMA namun dia sudah menetap lagi di Kampit dan sudah bekerja di sakahsatu Bank di Manggar. Kami sudah lama tidak berjumpa sekitar  8 bulan dengan terakhir di agenda travling keluarga kelabangsetelah lebaran tahun kemarin.

Yeee, anes jadi tour guide saya untuk mengulik keindahan dan keunikan Manggar. Kami melaju langsung menuju destinasi wisata yang sangat direkomendasikan, melewati jantung kota Manggar, pusat pasar dan terdapat taman kota yang berwarna-warni. Karena Laskar Pelangi jadilah banyak ikon kota yang berwarna pelanngi. Bagus, sangat menarik mata untuk melihatnya.


Kami melewati KMUKM Belitung, tempat bisnis pernak-pernik Belitung sebagai cindera mata bagi para wisatawan. Saya tidak membeli oleh-oleh disana, tapi saya tercengang dengan ukuran took yang tidak begitu besar tetapi meraup keuntungan sekitar 40 juta setiap bulannya, saya baru saja beberapa jam lalu membaca di berita Koran local. Keren dong. Oh, ini tempatnya gumam saya.

Kami menuju Pantai, masih mencngang juga tidak bohong juga kota 1000 warung kopi sepanjang jalan menuju pantai serdang yang kami tuju banyak warung kopi yang ada.

Tiba lah kami di pantai serdang, pantai ini beda dengan pantai di sekitaran Pantai Tanjung tinggi. Gak ada batuan granit,namun hamparan pasir putih bak salju saking halus dan lembutnya, dan terdapat ikon pantai yakni bersusun perahu sepanjang pantai, bervariasi warna seperti pelangi. Dan terdapat ikon pantai yakni replica perahu dan tarsius yang dibikin oleh mahasissw UGM dan UBB yang KKN disana.
foto: Pantai Serdang with Anes

Kata-kata apalagi yang bisa saya lontarkan kecualai KEREN!!!

Kami tidak langsung pulang dong tentunya, namanya juga mengulik manggar dalam waktu yang sesingkat-singkat nya ini, harus pintar-pintar. Anes langsung membawa saya ke tempat wisata yang tak kalah menarik juga, bukit A1 namanya, nama yang mudah diingat tapi bingung juga kenapa bukit A1, anes juga gak tahu kenapa, ya saya manggut-manggut saja. Kami naik kebukit tersebut, awal masuk melewati Rumah dinas Buoati dan Wakil Bupati Belitung timur. Unik dengan bangun lama yang masih ornament-ornamen tionghoa.

Sampai di puncak bukit, ternyata A1 itu penginapan diatas bukit, dari tas sana kita bisa menikmati kota Manggar dan  pantai lepas yang biru. Kami tak lama, dank arena hari sabtu itu pun tidak begitu ramai. Mengambil bebrapa foto sebagai ritual khas seorang traveler kami langsung melaju ke pantai lalang dan lebih dikenal juga Pantai nyiur melambai.

Tidak jauh dari bukit A1 cukup mengikuti  tanjakan menurun saja langsung pantai nyiur melambai. Pantai lagi, pantai lagi.

foto : bukit A1 Manggar

Setiap pantai di Belitung punya ciri khas dan keindahan sendiri. Dengan nama nyiur melambai, saat kita masuk dari gerbang utama langsung ada tulisan besar Nyiur melambai dan ada panggungyang dicat warna pelangi .  Di sepanjang pantai dibangun pendopo-pendopo untuk bersantai. Sepertinya pantai ini untuk keluarga bercengkrama.

Sayangnya, waktu kami disini itu gak lama. Sayang sekali kan tapi gak apa-apa semoga kedepanny ada kesempatan lagi.

Well, saya hars balik lagi ke tempat monik di Tanjung Bainga, dari Kampit lo.. sampa
Lagi-lagi saya harus melakukan perjalanan bermotor sendirian lagi. Lumayan jauh lo, tapi saya memilih jalan tengah yang katanya jalan yang lebih dekat daripada jalan saya berangkat tadi. Ternyata dekat juga,. Sekititar 40 menit saya sampai di Tanjung pandan kembali. Saya harus membalas beberapa email untuk urusan kantor dan juga bisnis saya.

Saya memilih untuk mampir dulu di teras vanilla, yang mana saya akan memanfaatkanwifi gratisnya. Di teras vanilla ini saya memesan ice capucino dan  roti slace saja. Harga nya sekitar 35 ribu. Mahal ya kawan, begitulah Belitung tapi alamanya mebayar keindahan dengan Cuma-Cuma.
Belitung , pulau yang dikelilingi laut dan masyarakatnya memilih untuk tempat tinggal di pinggir pnatai sehingga ditengah-tengah pulau ini masih hutan luas dan beberapa hutan juga rusak akibat bekas tambang.

“Perjalanan yang tak bisa saya tukar pengalamannya dengan kado berupa boneka cantik tapi jika kawan-kawan membaca tulisan saya saya lebih suka”. Heheh.

Indah itu  sudah alami tapi menikmatinya itu manusianya yang menmajhkan rasa syukurnya.:)





Kesetiaan Bidan Desa di Tanjung Binga

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Kemari-kemarin saya sering searching foto-foto cantik pantai di Belitung, gak Cuma Belitung tapi seluruh pantai. Penyuka pantailah memang saya ini. Kemudian sering juga diperlihatkan teman dari koleksi foto-foto di Iphone nya. Dan masih banyak lagi perbincangan pameran tentang betapa wonderfulnya Belitung.

Masih juga serasa pantai yang sering difoto bagus oleh ahli fotografer  atau babl-abal, ini lah nyata nya pantai Belitung nan cantik.

Pantai Tanjung Tinggi, pantai yang pernah menjadi tempat syuting film laskar pelangi.  Batu-batu granit menjadi mahkota nya, menjulang-julang tertata alami. Disela-sela batu tersebut gelombang bertempur memenuhi air-air yang terlihat dalam sehingga nyaman untuk menceburkan diri.
Asyik juga pikir saya sore-sore mandi disana.  Air yang biru, cuaca sangat mendukung, dan kesempatan yang sangat mahal.hahaha

Malam ini pun saya menginap di tempat bidan Monik, sahabat saya. Dia yang menjadi tour guide saya kali ini bersama sepupunya mbak indi. Mereka seperti kembar, postur tubuh yang sama, bentuk wajah pun sangat mirip. Ketika kami mengambil foto bertiga sudah lengkaplah, serasa tiga bola. Kode diet ini mah. Huhuhu. Ya sore yang indah, kami bertiga bercengkrama dengan antai yang saya idam-idamkan untuk dikunjungi dan sudar tercapai dkunjungi. Satu lagi wishlist saya terconteng.

Kemudian, dengan nekat pulang basah-basah, niat mandi di pantai tapi gak bawa baju ganti begini lah, pulang basah-basah deh. Kami tidak langsung pulang kerumah namun kami lanjut kan kepantai sebelahnya. Tanjung Kelayang yang tak kalah cantik, berjejer pulau-pulau kecil dan perahu-perahu warna-warni punya nelayan sekitar. Dan saya akhirnya menemukan juga ikon tulisan “ Welcome To Belitong” yang mana untuk para turis dan traveler gak sah kalau gak berfoto di depan tulisan ini sebagai bukti ia sudah pernah ke Belitung.

Ada yang menarik juga dengan rumah dipedesaan disekitar pantai ini , rumah-rumah nya memanjang ke belakang dan lumayan besar-besar.

Beberapa saat puas menikmati keindahan pantai Tanjung Kelayang ini, dengan baju basah-basah dan hamper magrib pula kami langsung tancap gas menuju rumah dinas Monik di Tanjung Binga.

Tanjung Binga juga punya pantai, belakang rumah saja sudah pantai dan tepatnya dibelakang rumah dinas Monik terdapat Pulau Lengkuas dengan merc usuar yang mencuat tinggi. Para turis atau traveler biasanya untuk menyebrang kepulau tersebut dengan Boot. Banyak yang merental Boot dan juga home stay. Jadi bagi kawan-kawan yang ingin traveling disini sangat lah mudah untuk akses akomodasi dan sebagainya.

Jadi bidan merupakan cita-cita monik, dan ia sudah resmi menjadi bidan. Dan kini ia mengabdi kepada daerah sebagai bidan desa. Ternyata, jadi bidan itu mestilah luarbiasa. Tidak ada waktu libur, tidak kenal jam juga. Terkadadang tengah malam ada yang mau lahiran, tengah malam pula mengetuk pintu dan tentunya monik tidur tidak sepulas kita kawan-kawan. Berdasarkan jam kerja PNS sampai jam 2 siang tetapi tidak dengan seorang bidan Desa. Dia harus siap siaga. Sungguh luar biasakan kawan-kawan.
foto: doc pribadi

Jadi malam harinya kami tidak bepergian, selain itu pedesaan yang cukup senyap setelah habis magrib dan banyak juga pasien yang datang mala mini. Ada yang untuk check up, suntik vitamin, dan konsultasi kehamilan.

Menu makan malam kami malam itu yakni makakan khas Belitung. Monik keluar sebentar untuk beli makan malam kami. Ya khas Belitung, makanan sejenis kwetiau tapi tidak selembek kwetiau dan setipis kwetiau, namanya Pampi. Terbuat dari tepung beras juga namun lebih tebal dan bentuknya seperti pasta. Ada dua pilihan bumbu pampi ada goring dan rebus. Saya memilih goring. Dan memang ajib rasanya, beda dengan kwetiau pastinya lebih enak, menurut selera saya. So, kalau berkunjung ke Belitung jangan lupa dicicipi.

Beranjuklah kami di Tnjung Binga, beranjuk bahasa Belitung artinya menginap. Lucu ya Bahasa nya.
Saya masih terkagum-kagum dengan amanah yang diemban sahabat saya Monik, mala mini saya sibuk menulis didepan laptop tapi monik masih menangani pasien-pasiennya pada jam sudah menunnjukkan pukul 2 malam. Hingga saya gak tau kapan ia selesainy, saya tidur duluan.

Besok paginya saya membuat janji dengan Kepala Disbudpar Belitung, ternyata di batalkan karena Beliau melayat. Saya pun masih di Tanjung Binga.

Pagi-pagi Monik sudah siap dengan seragamnya bidan Desa dan siap melayani pasien-pasiennya. Barulah ada waktu sore harinya ia mengajak saya ke Bukit Berahu tidak jauh dari Tanjung Binga.
Bukit Berahu salah satu destinasi wisata di Tanjung Pandan dengan Bebatuan yang rapi, kemudian dibangun cottage-cottage kecil untuk penginapan.

Dari atas bukit tersebut kita bisa menikmati keindahan pantai, hmparan pasir putih dan birunya laut. Kami tak lupa mengambil beberapa foto.

Puas sudah mengelilingi pantai sepanjang Tangjung Pandan ini.
Malam ini kami akan menginap di Tanjung Pandan, karena Monik ada undangan ke pernikahan kawannya.

Pagi-pagi, sudah ada telpon dari pasien Monik yang jadwal lahirannya bulan ini, tanpa menunggu lama Monik langsung berangkat ke Tanjung Binga. Saya tidak ikut. Saya punya janji ke kampit.
Sorenya saya berencana ke Tanjung Binga juga, dan sesampai disana  pasien tersebut belum juga melahirkan, baru buka  4 dan sampai hari ini baru buka 9, Monik dengan ikhlas dan setia menunggu pasien, mencoba menangani semaksimal mungkin, tideur pun tidak pulas dan menyemangati sang pasien biar sedikit hilang sakitnya.

Monik mengajak saya melihat orang melahirkan, ternyata bukan rejeki saya, sampai siang ini Ibu tersebut belum juga melahirkan atau buka 10. Maka, Monik dengan bijak merujuk Ibu tersebut ke Rumah sakit persalinan di Tanjung Pandang, Rumah bersalin Sinar Bunda, yang merupakan Rumah bersalin kepunyaan orangtua Dini, sahabat saya yang sekarang sedang Koas di Bali. Monik masih setia mengurus-ngurus pasien tadi. Saya melihat-lihat dari luar saja.

Ya, pasien tadi memilih untuk operasi sesar, dan Alhamdulillah sang bayi dan Ibu selamat. Barulah kami pulang kerumah Monik.  Gak bisa  berkata-kata profesi sebagai bidan Desa. Sukses selalu Monik. Tepat hari ulang tahun yang ke-22 ini, semoga menjadi bidan Desa yang amanah dan setia, murah rejeki dan cepat menikah. Hehehe


Jumat, 13 Februari 2015

Menyampai Rindu kepada Sahabat

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Trip to Tanjung Binga, Belitung

Selalu saya sempilkan kata kesempatan yang merupakan rejeki yang gak pantas ditolak oleh saya. Karena ini bagian dari jalan kehidupan dari Nya. Kebetulan itu hanya dari manusia.

Sudah menikmati sunset, bertemu patner bisnis, dan mendapat pinjaman motor dengan cuma-cuma padahal baru kenal sama orangnya. Yang insyallah jadi patner bisnis perusahaan kami.

Heyy, di Belitung maupun di Bangka angkutan umum seperti angkot itu sangat lah jarang jadi jika kita ingin berkeliling disini dan tidak punya kerabat, apa yang terjadi? Apakan kita gak bisa kemana-mana? memilih jalan kaki? Tenang, rental mobil dan  motor pun sudah tersedia. Kalau gak hapal jalan? Tenang lah kawan, aplikasi GPS di smartphone kita bisa jadi alternative juga atau Tanya-tanya sepanjang perjalanan itu. Karena masyrakat-masyarakat disini sangat ramah. 

Yup, begitulah dunia traveling, apalagi single traveling seperti saya kali ini. Kok single?? Jomblo ya??? Eiiits jangan bepikir begitulah kawan. Hidup itu pilihan, pilahan ada kawan atau tidak back to your self. Menulis lagi nih tentang menyemangatkan diri. Perjalanan yang menyenangkan kalau perjalanan yang dilakuan itu itu berdasarkan landasan I am being happy by what I do what I love. Ya gak??

Perjalanan kali ini bukan sebatas perjalanan kerja dari kantor dengan jobdesk yang sudah ditentukan. Perjalanan saya kebelitung kali ini adalah menyampaikan rindu, menyambung silahturahim, dan berbagi semangat dengan sahabat  baik saya .

Mendapat pinjaman motor kemarin sore saya langsung mrencanakan untuk full berkeliling sendirian juga boleh, toh saya masih ngerti bahasa sini dan masih orang kita juga, kata orang Bangka sepradik atau kata orang Belitung ‘sedare’. Sesuai dengan semboyan Bangka Belitung "Serumpun sebalai”.
Motor siap diajak keliling Belitung. 

Setelah selesai meetup dengan patner bisnis saya Bang Joni, ketua dari Lidik Bangka Belitung, kami membuat janji juga sebelum saya balik ke Jakarta untuk membahas prihal bisnis lagi dan tentunya saya mengembalikan motornya. Motornya dipinjamkan ke saya selama saya berada di Belitung. Terimakasih banyak bang Joni.

Mendapat sms dari monik mengundang saya untuk berkunjung ke tempatnya, dia sedang bertugas di Tanjung Binga. Sebagai bidan Desa disana, sungguh mulia nya sahabat yang satu ini, mengabdi pada daerah.
foto: Monik and I

Awalnya saya berencana untuk kekampit untuk menghadiri Munas IKPB, tapi saya juga serasa malas menjadi pendengar setia untuk pembahasan ADRT, LPJ, dan sebagainya. Akhirnya, saya memilih mengunjungi sahabat saya ‘ Monik’ di tanjung Binga.

Saya tidak tahu jalan kesan, karena di Belitung pun ini untuk yang pertama kali. Keberanian lah yang menang, saya jalan sendiri kesana mengikuti petunjuk jalan ke tanjung binga. Dengan motor pinjaman tadi.

Bismillah, pasti sampai dan selamat!!! Itulah sugesti saya. Monik sempat ragu dengan kenekatan saya, yang saya katakana keberanian toh saya bisa nanya, bisa baca untuk tahu jalan kesana.
30 menit kemudian, Alhamdullah saya sampai juga tepat depan poskedes tempat Monik bertugas, sekaligus rumah dinasnya. Dan disini lah saya akan menginap.

Waah, Monik jadi bidan yang amanat dan begitu ikhlas. Sampai sore banyak pasien yang datang, dan senyum khas monik menangani pasien sangat ikhlas. Bangga punya sahabat seperti dia, Terimakasih Tuhan kau mempertemukan saya pada tahun 2007 hingga sekarang dengan Monik.

Bermula dari tahun 2007 kenalan sama Monik sebagai teman satu SMA, satu asrama dan satu kamar, seperjuangan  di SMA N 1 Pemali kelas unggulan yang kini menajdi keluarga yang tak pernah bisa saya lupakan apalgi membuang kekeluargaan kami.

Terakhir bertemu pada tahun 2014 awal di Bangka, sudah cukup lama kami tidak bertemu hanya berkontak via whatsapp ataupun sms. Dan ini kesempatan bertemu dia, bukan sekedar bertemu saja. Kami saling menyampaikan rindu, bercerita kehidupan kami, semangat, sampai ke hal menikah. Topic hangat dan sangat menarik dibahas oleh kami. Kalau saya masih belum punya rencana menikah tahun ini, kalau monik belum juga tapi dia sudah di tag oleh calon satu-satunya (semoga) tahun 2016. Salut juga dengan sahabat saya ini, kisah percitaannya sangat sederhana dan romantic. Kalau saya? Tanya saja, hahaha. Semoga mereka berjodoh.

Menyampaikan rindu ini tidak sebatas bercerita namun saya diajak untuk berkeliling Tanjung binga, nanti saya akan kembali bercerita tentang berkeliling di sekitar Tanjung binga bersama sahabat saya. Stay tune untuk baca ya ya.

Friendship,Fighting, Women Stronger  in Belitung:)



 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting