Rabu, 18 Februari 2015

Percaya Diri, Boleh!!!

Diposting oleh Unknown

Tanjung Pandan-Kampit = 2 Jam


Ketika kita bepergian kesuatu tempat yang belum pernah kita kunjungi kebanyakan dari kita gak ah takut nyasar, gak tau jalan, dan banyak lagi alsan yang bagi saya cukup kekanak-kanakan. Apalagi berpergian sendiri, ah tak banyak lah yang struggle banget, apalagi cewek banyak lah ketakutan-ketakutan yang bisa diatasi dengan mudah. Itu menurut saya, tapi seiring perkembangan tentang wisata, traveler, backpacker ketakutan-ketakutan itu menjadi tantangan sendiri bagi para manusia nya, termasuk saya.

Perjalanan di Belitung ini banyak sekali pengalaman-pengalaman yang menarik yang ingin saya bagikan kepada para kalian yang suka jalan-jalan, apalagi yang suka jalan-jalan sendiri dan cewek lagi.

Hari ke-3 di Belitung, udah ngapain aja?? Pertanyaan kawan-kawan kantor saya. Ehhmm, ngapain aja ya, okay I will tell you all.

Hari ke-3 ini saya ada janji dengan kepala Disbudpar Tanjung Pandan ini di Tanjung Pendam. Lagi-lagi warung kopi yang ada di Tanjung Pendam memang mempengaruhi lahirnya ide-ide kreatif dan menjadi tempat lobi-lobi yang asyik.

Jam 08.00 pagi, saya sudah tiba disana dan begitu pun beliau. Hari ini kami sama-sama disiplin karena masing-masing punya agenda yang penting lagi. Eaaa. Memanfaatkan waktu secara produktif. Pertemuan yang tidak begitu panjang ini, singkat banget malah untuk membahas perihal bisnis tapi pandai saja membagi waktu dan hasilnya Alhamdulillah bagus.  Pertemuan pun selesai dengan diakhiri kami berjabat tangan dan keep in touch terus. Hehehe

Sehabis pertemuan itu saya masih punya agenda gak bersantai-santai. Di Belitung, berbekal motor pinjaman dari Bang Joni, saya bisa mobile seenak hai sih gak tunggu menunggu bis seperti di Jakarta. Cuaca pun mendukung sedikit panas belang sudah kulit saya, akibat menolak tawaran mobil sih. Resiko juga gak punya SIM, sedikit menyedihkan dan langsung menulis to do list ke Bangka bikin KTP dan SIM.

Hari ini saya akan berkujung ke tempat sahabat saya Aneisti di Kelapa kampit sudah beda kabupaten yakni Belitung Timur, banyak lagi sejarah tentang trilogy Laskar Pelangi disana, Belitung timur.
Tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan untuk saya melakukan perjalan sendiri dengan motor, dan saya belum pernah kesana tidak tahu jalan juga. Tapi, ka nada plang dan bisa bertanya juga. Gampanglah, yang penting motor aman, bensin cukup, dan kacamata. Karena mata saya sedikit sensitive kalau naik motor apalagi kecepatannya sedikit dipercepat dari biasanya. Biasayanya 60 KM/hour.

Okay, fix saya pun jalan. Sendiri, ah begini lah backpacker nyambi kerja. Mengikuti arshn dari plang di jalan saya menuju Kelapa kampit. Kata para orang Belitung aslinya perjalanan tanjung Pandan-Kampit sekitar  35 menit normalnya.

Jalan laju terus, gak adayang trouble saya menikmati single traveling ini. Setiap kampong yang saya lewati memiliki nama yang unik-unik. Salah satunya Badau, terdapat tempat wisata Batu Mentas yang mana ada fauna endemic yakni tarsius dalam bahasa Bangka nya Mentilin. Saya penasaran juga tapi karena ada janji ke kampit dulu belum bisa singgah.

Pikir saya ini jauh sekali sudah 40 Menit kok gak sampai-sampai, mau nanyak tapi berpikir ah biarlah mungkin setelah ini dans etelah ini. Ternyata masih belum sampai-sampai juga.  Ada plangnya masih terus dan terus. Saya masih belum bertanya juga.

Mata ku menangkap pemandangan yang indah, bukit berjejeran masih hijau, namun dikiri kanan jalan banyak kubangan bekas tambang timah. Ini yang menjadi permasalahan Bangka Belitung yang belum kunjung selesai. Dan tikungan-tikungan ekstrim dan beradu jalan juga dengan bis-bis pariwisata yang begitu ramai hari itu.

Kembali mata membaca di plang ‘ Desa Gantung, Desa Pice’ kearah kanan.  Wah, Desa Gantung kan salahsatu latar cerita Laskar Pelangi, pengen kesana tapi masih ingat tujuan utama, Kampit. Ah nanti sajalah, pikir ku dengan mengajak sahabat saya mungkin dia lebih seru dengan ia yang menjadi tour guide gratis saya. Hehehe.

Dan saya belum juga sampai di kampit, wah saya sedikit panik. Apa saya tersesat ini, tapi dalam hati saya mungkin setelah desa ini kampit. Tapi teringat kata Monik, Kampit itu sebelum Manggar, dan Kampit-Manggar pun sekitar 30 menit.

Wah, saya memutar pikiran terus atau bagaimana?. Tapi saya pun belum bertanya masih saja melaju dan mengikuti petunjuk plang, sperti sok tahu. Yang jelas sudah 1 jam 15 menit di perjalanan, pikir saya ini tersesat.  Baru saa mau bertanya didepan sudah ada plangarah kekiri Kelapa Kampit dan arah kekanan Manggar. Ternyata saya sudah di Manggar. Saya juga bingung, yang tadi kata Monik, Kampit dulu baru manggar.

Saya batal bertanya, saya terus saja, sekitar tiga puluh menit saya sampai juga di Kampit dijemput Anes karena rumah anes masuk gang. Sepanjang perjalanan Manggar-Kampit tadi saya menikmati danau-danau biru , yakni kubangan bekas tambang, bukit yang berjejer hijau dan sepanjang perjalanan ramai juga dengan rumah makan dan warung kopi.

Saya tetap menyimpan penasaran saya, kenapa saya sampai menempuh hampir 2 jam dari Tanjung Pandan- Kampit.  Bercerita –cerita tenyata jalan kekampit tu ada dua jalan tengah dan jalan jauh. Ya, saya mengambil jalan jauhnya. Pantesan gitu saya hamper 2 jam. Tadi pas di jalur dua tanjung PAndan saya terlalu cepat mengikuti plang yang jalan jauhnya, sedangkan jalan tengah yang sekitar 40 menit masih didepan lagi. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan saya desa-desa yang penuh inspirasi dan menyatakan saya adalah backpacker sejati menyusuri seluruh jalan-jalan tersebut sesuai dengan arti dari traveler ‘ tukang jalan’, yak an?? Ya deh, biar semangat saya gak luntur begitu saja. Toh, bnyak hal positif juga yang saya dapatkan.

“Dan disini saya terlalu percaya diri juga namun keberanian yang saya miliki untuk itu tidak semua orang yang punya. Karena hidup itu harus berani, barulah pintu apapun terbuka. Tapi ingat, resikonya kita lah yang menanggung baik atau tidaknya. Peran orang lain mengkritik, menasehat bisa jadi mencibir.” -Miak Natak-

Kalau tidak mengambil jalan jauh tadi mungkin saya tidak tahu ada jalan tengahnya atau jalan dekatnya, ya gak??



0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting