Rabu, 11 Desember 2013

Singkong Indonesia, Bioetanol Untuk Dunia

Diposting oleh Unknown


Essay Global  energy
Singkong Indonesia, Bioetanol Untuk Dunia
Bumi semakin renta karena eksploitasi manusia yang kurang terkendali.  The earth is changing every moment.it has been changed in past, now it is being changed, and in future it will be changed. Now global warming is buzz word to the every type of people like scientist and general people. Pemanasan global saat ini telah mengakibatkan perubahan yang sangat cepat dan tajam. Demikian juga, perubahan iklim  telah mendesak kita untuk berbuat  sesuatu, yaitu bagaimana menciptakan kesinambungan alam agar dapat menunjang kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Kini tak lagi yang meragukan bahwa gas-gas rumah kaca yang dilepaskan di atmosfer dalam pembakaran bahan bakar fosil di sector transportasi, industry, dan rumah tangga menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemansan global dan perubahan iklim itu sudah terasa. Juga sudah ada tanda-tanda gunung es di daerah kutub mulai mencair.  Kesadaran akan betapa parahnya akibat pemanasan global dan perubahan iklim itupada kehidupan flora,fauna, dan manusia, serta usaha-usaha menghambatnya sudah tampak, tetapi belum memadai.
Salah satu usaha bersama untukmenghambat laju pemanasan global diwujudkan dalam Protokol Kyoto (Desember 1997), yang sasarannya ialah menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sampai 5,2% dibawah aras tahun 1990, yang harus tercapai pada tahun 2012. Ironisnya, Amerika Serikat,Negara yang paling ,mencemari atmosfer kita dengan gas-gas rumah kaca, justru meninggalkan protocol itu. Padahal protokol  Kyoto telah memberikan fleksibilitas, yakni melalui mekanisme-mekanisme Implementasi Bersama,  pembangunan Bersih, dan Pertukaran/Perdagangan Emisi. Seharusnya Amerika Serikat dapat memetik keuntungan dari hubungan kerja samanya dengan Ukraoina dan Russia dalam Pertukaran Emisi. Melalui Mekanisme Pembangunan Bersih, Amerika serikat juga dapat membeli karbon yang dihemati dengan harga hanya 3-20 dolar per ton, padahal kalau upaya penghematan karbon itu dilakukan di dalamnegri, biayanya 125 dolar per ton. Sikap Amerika Serikat yang seenaknya sendiri itu diungkapkan oleh mantan Presiden George Bush pada tahun 1992,”Gaya hidup bangsa Amerika tidak dapat diganggu gugat.”
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, kita dapat menelaah dari berbagai peran biomassa bagi energy terbarukan sehingga kita mendapatkan solusi dari usaha menghambat laju pemanasan global.  Menelaah dari peran biomassa bagi energy terbarukan merupakan langkah awal mewujudkan mimpi untuk menemukan sumber energy yang tidak merusak lingkungan. Melihat dari Quo Vadis Indonesia? Pada saat ini Indonesia memerlukan energy berupa panas maupun listrik dalam jumlah yang semakin meningkat, dan untuk menyelesaikan persoalan ini, kita memerlukan solusi agar kebutuhan dan kesejahteraan masyarkat dapat terpenuhi. Negara Indonesia mempunyai potensi besar dalam menyediakan lahan pertanian maupun lahan-lahan kritis yang belum digunakan untuk kegiatan bercocok tanam bagi penyediaan bahan pangan, mengingat lahan-lahan kritis tersebut dapat diolah   untuk ditanami tumbuh-tumbuhan energy (energy crops) yang merupakan sumber energy  alternative yang bersifat ramah lingkungan.
Tumbuh-tumbuhan energy (energy crops) yang sangat mudah ditanami adalah singkong (Manihot Esculenta). Singkong adalah tanaman yang mendapat rekomendasi oleh pemerintah Indonesia sebagai pilar produksi bahan bakar nabati (bioethanol). Hasil produk singkong Indonesia masih cukup banyak yang diekspor ke luar negri dalam bentuk tapioca.  Diluar negeri, tepung tapioca dimanfaatkan sebagai bahan baku industry pembuatan pangan dan alcohol, gasohol, serta bioethanol. Singkong dapat dikembangkan secara bsar-besaran untuk produksi  bioethanol. Penanaman dan pemeliharaannya juga mudah sekali. Singkong dapat diproduksi sekitar 30-60 ton/ha, dan bahkan ada yang mencapai 100 ton/ha untuk tiap panennya. Dengan penerapan teknologi yang tepat usaha pertanianini akan mampu memberikan lapangan kerja abru antara 110-125 hairi orang kerja per ha per tahun.hal ini sangat besar dampaknya dalam peningkatan perekonomian desa. Demi dapat mencapai hasil optimal dalam pembuatan bioethanol dari singkong budidaya penanaman singkong jenis yang : berkadar pati tinggi, daunnya tidak cepat gugur, krena daun yang cepat gugur mengakibatkan tanaman singkong menjadi layu/mati,adaftif terhadap tanah dengan keasaman (pH) tinggi dan rendah, adaftif terhadap kerapatan tanaman yang tinggi sehingga dapat menahan pertumbuhan gulma, dan dapat dikembangkan dalam pola tanam  tumpang sari. Konversi biomassa singkong menjadi bioethanol 1000 kg mengandung gula/pati 240-300 kg sehingga menghasilkan jumlah bioethanol 166,6 dengan perbandingan hasil biomassa : bioethanol adalah 6,5:1. Yang juga menjadi motivasi singkong sangat berpotensi  salah satu biomassa untuk energy terbarukan yakni,  perkembangan produksi singkong di Indonesia dengan data 5 tahun terakhir rata-rata 20.054.634 ton/ tahun dengan luas area 1.241.676 ha. Singkong tidak serta merta langsung menjadi bioethanol namun terdapat langkah-langkah proses agar dapat diolah menjadi bietanol, antaralain sebagai berikut: 1).proses hidrolisis, yaitu proses konversi pati menjadi glukosa.2). proses fermentas, yakni  proses konversi  glukosa menjadi etanol dan CO2. 3).proses ditilasi, yakni proses pemurnian etanol hasil fermentasi menjadi etanol dengan kadar 95-96%. 4). Proses dehidrasi, yakni proses penghilangan air dari 96% menjadi 99%. Etanol dengan kadar >99,5% biasa disebut fuel grade ethanol (FGE).
Menyadari pentingnya peran singkong sebagai salah satu bahan dasar bioethanol, sudah layaknya dilakukan usaha-usaha seius dan terpadu dari semua pihak agar produktivitassingkong dapat terus ditingkatkan; ditambah dengan iset mengenai varietas-varietas unggul baru dengan kandungan pati tinggi. Jadi, untuk memanfaatkan potensi dari biomassa yang murah dan mudah dalam budidayanya sangat disarankan untuk membudidaya singkong dan mengolah singkong  menjadi bioethanol yang merupakan salah satu energy terbarukan demi menahan laju pemanasan global saat ini. Kegiatan memanfaatkan biomassa juga sering disebut dengan” menanam energy hijau” (energy farming)tanpa membutuhkan  modal/ biaya tinggi, tetapi mampu melibatkan tenaga kerja sehigga dapat disebut “ pro  job ation.”  Apalagi diberbagai Negara maju yang sangat besar mengkonsumsi bahan bakar kendaraan dan mesin-mesin industry bioethanol sangatlah bagus untuk sebagai subtitusi dari bahan bakar seperti bensin atau solar biasanya. Cadangan bahan bakar minyak  dunia khususnya Indonesia semakin menipis sehingga perlu menciptakan sumber energy alternative mengurangi ketergantungan dari bahan bakar fosil.jumlah kendaran bermotor terus meningkat sehingga kebutuhan bahan bakar minyak terus meningkat mengakibatkan peningkatan pencemaran lingkungan akibat emisi bahan bakar minyak.
“The impact of global warming and climate change has not reached to the all level people because of their awareness and lack of proper education. To make awareness all types of the people come forward with government and policy maker”.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting