Essay Global energy
Singkong Indonesia,
Bioetanol Untuk Dunia
Bumi semakin
renta karena eksploitasi manusia yang kurang terkendali. The earth is changing every moment.it has
been changed in past, now it is being changed, and in future it will be changed.
Now global warming is buzz word to the every type of people like scientist and
general people. Pemanasan global saat ini telah mengakibatkan perubahan yang
sangat cepat dan tajam. Demikian juga, perubahan iklim telah mendesak kita untuk berbuat sesuatu, yaitu bagaimana menciptakan
kesinambungan alam agar dapat menunjang kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Kini tak lagi yang
meragukan bahwa gas-gas rumah kaca yang dilepaskan di atmosfer dalam pembakaran
bahan bakar fosil di sector transportasi, industry, dan rumah tangga
menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemansan global dan perubahan
iklim itu sudah terasa. Juga sudah ada tanda-tanda gunung es di daerah kutub
mulai mencair. Kesadaran akan betapa
parahnya akibat pemanasan global dan perubahan iklim itupada kehidupan
flora,fauna, dan manusia, serta usaha-usaha menghambatnya sudah tampak, tetapi
belum memadai.
Salah satu
usaha bersama untukmenghambat laju pemanasan global diwujudkan dalam Protokol
Kyoto (Desember 1997), yang sasarannya ialah menurunkan emisi gas-gas rumah
kaca sampai 5,2% dibawah aras tahun 1990, yang harus tercapai pada tahun 2012.
Ironisnya, Amerika Serikat,Negara yang paling ,mencemari atmosfer kita dengan
gas-gas rumah kaca, justru meninggalkan protocol itu. Padahal protokol Kyoto telah memberikan fleksibilitas, yakni
melalui mekanisme-mekanisme Implementasi Bersama, pembangunan Bersih, dan
Pertukaran/Perdagangan Emisi. Seharusnya Amerika Serikat dapat memetik
keuntungan dari hubungan kerja samanya dengan Ukraoina dan Russia dalam
Pertukaran Emisi. Melalui Mekanisme Pembangunan Bersih, Amerika serikat juga
dapat membeli karbon yang dihemati dengan harga hanya 3-20 dolar per ton,
padahal kalau upaya penghematan karbon itu dilakukan di dalamnegri, biayanya
125 dolar per ton. Sikap Amerika Serikat yang seenaknya sendiri itu diungkapkan
oleh mantan Presiden George Bush pada tahun 1992,”Gaya hidup bangsa Amerika
tidak dapat diganggu gugat.”
Dalam situasi
yang memprihatinkan ini, kita dapat menelaah dari berbagai peran biomassa bagi
energy terbarukan sehingga kita mendapatkan solusi dari usaha menghambat laju
pemanasan global. Menelaah dari peran
biomassa bagi energy terbarukan merupakan langkah awal mewujudkan mimpi untuk
menemukan sumber energy yang tidak merusak lingkungan. Melihat dari Quo Vadis
Indonesia? Pada saat ini Indonesia memerlukan energy berupa panas maupun
listrik dalam jumlah yang semakin meningkat, dan untuk menyelesaikan persoalan
ini, kita memerlukan solusi agar kebutuhan dan kesejahteraan masyarkat dapat
terpenuhi. Negara Indonesia mempunyai potensi besar dalam menyediakan lahan
pertanian maupun lahan-lahan kritis yang belum digunakan untuk kegiatan
bercocok tanam bagi penyediaan bahan pangan, mengingat lahan-lahan kritis
tersebut dapat diolah untuk ditanami
tumbuh-tumbuhan energy (energy crops) yang merupakan sumber energy alternative yang bersifat ramah lingkungan.
Tumbuh-tumbuhan
energy (energy crops) yang sangat mudah ditanami adalah singkong (Manihot Esculenta).
Singkong adalah tanaman yang mendapat rekomendasi oleh pemerintah Indonesia
sebagai pilar produksi bahan bakar nabati (bioethanol). Hasil produk singkong
Indonesia masih cukup banyak yang diekspor ke luar negri dalam bentuk
tapioca. Diluar negeri, tepung tapioca
dimanfaatkan sebagai bahan baku industry pembuatan pangan dan alcohol, gasohol,
serta bioethanol. Singkong dapat dikembangkan secara bsar-besaran untuk
produksi bioethanol. Penanaman dan
pemeliharaannya juga mudah sekali. Singkong dapat diproduksi sekitar 30-60
ton/ha, dan bahkan ada yang mencapai 100 ton/ha untuk tiap panennya. Dengan
penerapan teknologi yang tepat usaha pertanianini akan mampu memberikan
lapangan kerja abru antara 110-125 hairi orang kerja per ha per tahun.hal ini
sangat besar dampaknya dalam peningkatan perekonomian desa. Demi dapat mencapai
hasil optimal dalam pembuatan bioethanol dari singkong budidaya penanaman
singkong jenis yang : berkadar pati tinggi, daunnya tidak cepat gugur, krena
daun yang cepat gugur mengakibatkan tanaman singkong menjadi layu/mati,adaftif
terhadap tanah dengan keasaman (pH) tinggi dan rendah, adaftif terhadap
kerapatan tanaman yang tinggi sehingga dapat menahan pertumbuhan gulma, dan
dapat dikembangkan dalam pola tanam
tumpang sari. Konversi biomassa singkong menjadi bioethanol 1000 kg
mengandung gula/pati 240-300 kg sehingga menghasilkan jumlah bioethanol 166,6
dengan perbandingan hasil biomassa : bioethanol adalah 6,5:1. Yang juga menjadi
motivasi singkong sangat berpotensi
salah satu biomassa untuk energy terbarukan yakni, perkembangan produksi singkong di Indonesia dengan
data 5 tahun terakhir rata-rata 20.054.634 ton/ tahun dengan luas area
1.241.676 ha. Singkong tidak serta merta langsung menjadi bioethanol namun
terdapat langkah-langkah proses agar dapat diolah menjadi bietanol, antaralain
sebagai berikut: 1).proses hidrolisis, yaitu proses konversi pati menjadi
glukosa.2). proses fermentas, yakni proses
konversi glukosa menjadi etanol dan CO2.
3).proses ditilasi, yakni proses pemurnian etanol hasil fermentasi menjadi etanol
dengan kadar 95-96%. 4). Proses dehidrasi, yakni proses penghilangan air dari
96% menjadi 99%. Etanol dengan kadar >99,5% biasa disebut fuel grade ethanol
(FGE).
Menyadari
pentingnya peran singkong sebagai salah satu bahan dasar bioethanol, sudah layaknya
dilakukan usaha-usaha seius dan terpadu dari semua pihak agar
produktivitassingkong dapat terus ditingkatkan; ditambah dengan iset mengenai
varietas-varietas unggul baru dengan kandungan pati tinggi. Jadi, untuk
memanfaatkan potensi dari biomassa yang murah dan mudah dalam budidayanya
sangat disarankan untuk membudidaya singkong dan mengolah singkong menjadi bioethanol yang merupakan salah satu
energy terbarukan demi menahan laju pemanasan global saat ini. Kegiatan
memanfaatkan biomassa juga sering disebut dengan” menanam energy hijau” (energy
farming)tanpa membutuhkan modal/ biaya
tinggi, tetapi mampu melibatkan tenaga kerja sehigga dapat disebut “ pro job ation.”
Apalagi diberbagai Negara maju yang sangat besar mengkonsumsi bahan
bakar kendaraan dan mesin-mesin industry bioethanol sangatlah bagus untuk
sebagai subtitusi dari bahan bakar seperti bensin atau solar biasanya. Cadangan
bahan bakar minyak dunia khususnya
Indonesia semakin menipis sehingga perlu menciptakan sumber energy alternative mengurangi
ketergantungan dari bahan bakar fosil.jumlah kendaran bermotor terus meningkat
sehingga kebutuhan bahan bakar minyak terus meningkat mengakibatkan peningkatan
pencemaran lingkungan akibat emisi bahan bakar minyak.
“The impact of global warming and climate
change has not reached to the all level people because of their awareness and
lack of proper education. To make awareness all types of the people come
forward with government and policy maker”.
0 komentar:
Posting Komentar