Mulai
menyukai” Si hitam’ Coffee’ (Y)”
Judulnya
sih sudah bisa ditebak kali ini bakal bercerita tentang apa. Yea, saya akan
sedikit bercerita bagaimana saya mulai suka dengan saya sebut si hitam “ Coffee”
memberi saya energi yang begitu ampuh yaitu menyelesaikan tugas-tugas yang
mengharuskan saya begadang pada awalnya saya masih mengeluh akan hal begadang.
Begadang. Kerja malam. Tugas-tugas. Kampus. Project. Kelas pagi. 4
sks/pertemuan mengenalkan saya kepada “ si hitam” saya senang aja dia disebut si
hitam yang sangat membantu produktivitas saya. Lanjut cerita bagaimana saya mulai
suka berdasarkan latar belakang yang
saya katakan tadi. Hal-hal tersebutlah yang mengenalkan saya kepada si hitam.
Tiga bulan terakhir saya begitu dekat dan tambah akrab seakan teman dalam
kesendirian yang setia *mellow..:p. Namun dalam akrab tersebut saya masih belum
mau tahu tentang keragamannya dan apa yang paling nendang rasanya.
Dari
awal,saya hanya searching dampak
positif dan negatifnya selebihnya saya hanya jadi konsumen tanpa menilai lebih.
Semula dampak positifnya itu bagi saya cukup meningkatkan produktivitas saya,
karena saya malam hari adalah waktu kerja, mikir,dan menghasilkan karya. Yah,
katakanlah saya orang malam, produktif saya pada malam hari. Dengan tidur tiga
jam itu cukup bagi saya. So..hanya saja butuh teman juga dong untuk malam-malam
begadang tersebut. Teman yang paling pas adalah si hitam. Dari tadi saya
menyebutkannya seolah dia adalah seperti teman-teman yang menemani saya (teman
sekamar: Ratna, Siti, Yuk dian, Nana, Eja) tetapi bukan mereka tetapi si hitam adalah
“Secangkir Kopi”.
Kopi?
Dimata seorang teman saya kopi itu cukup keras seakan hanya teruntuk orang
bekerja nyangkul, penambang timah, dan pastinya orang laki. Saya mahasiswa dan
saya perempuan. Saya tidak mengcangkul juga. hehehe. Untuk bercerita tetang
kopi pun saya terinspirasi dari blog teman yang menggugah #sedikit lebay. Tapi
ternyata mengulas #perempuan #mahasiswa #kopi. Dan itu adalah yang saya lakukan
sekarang.menyukai kopi. Menyukai kopi sampai saat ini baru sampai setiap hari
selalu menikmati kopi tetapi baru kopi instant yang berada di supermarket yang sudah dikemas dalam
botol, kotak atau kaleng (seringnya yang dingin sih). Kapan saya butuh kopi? Yang
paling harus itu adalah pada waktu pagi hari dan juga malam hari sekitar jam
21.00 itu saya menikmati si hitam. Kalau
malam hari berada dirumah saya menyeduh sendiri dengan takaran air yang sedikit
sehingga kopinya cukup kental dan pekat. Kopi apa saja yang pernah saya
nikmati? Memang belum kopi yang berkelas, masih yang ada disupermarket juga, baru
kenal whitecoffe, cappcino,mocacino,dan
original saja. Yang paling saya sukai itu adalah cappucino.
Pernah
juga beberapa minggu yang lalu iseng ke coffe
shop deket kampus Al azhar juga dan kebetulan kenal juga dengan owner-nya, yaitu Coffe Institute Jl. Gunawarman No. 71, Senopati, Jakrta Selatan
kalau penasaran follow aja @coins. Dari tata ruangnya cukup menarik dengan
dirancang ala klasik yang berbasis ruangan disekolah itu. Suasana yang sangat
mendukung ketika harus berlama-lama disana untuk mengerjakan tugas kuliah, rapat,
curhat juga. Dan ini juga kelebihan Coffee Institute yaitu menyediakan publicspace gratis. Sudah banyak kegiatan
yang telah dilaksanakan para StartUp, socialpreneur, komunitas sampai
artis-artis juga. Cukup bercerita Coins sekaligus promosi, kalo owner-nya baca boleh saya minta fee promosinya
( tak apalah secangkir espresso pada sabtu sore) haha. Di Coins saya bersama
empat orang teman saya memilih duduk sebelah jendela sehingga bisa juga menikmati
pemandangan yang bagus disekitaran Coins.dan memilih apa yang dipesan dimenu.
Saya bingung. Mahal-mahaljuga ya walaupun hanya kopi. hahha. Ketahuan jarang ke
cafewalupun ke café Cuma meet up dan
tidak pernah pesen. #wajar kantong mahasiswa ya tambah lagi ingat jatah
kiriman. Hahah #anak rantau #pembelaan bukan pelit. Saya dan teman saya juga bingung. Akhirnya hanya memesan yang tidak asing
yaitu mocacino dan cappuccino. Ya, melihat baristanya meracik kopi tersebut
sembari menuggu diantar ke meja kita. Saya hanya bilang ”ternyata racikannya begitu”. hhhaa. Udik. Gak sih. Traddaa…pesenan sudah datang,
saya langsung mencoba menyeruput cappucino, dan apa yang terjadi? #lebay. Saya menikmati
rasanya yang gurih dan nendang bok. Berbeda dengan kopi istant yang biasa saya
minum. Ternyata pertanyaan saya ”mengapa dimana-mana ada warung kopi terlebih
juga mengapa ada café yang berani harga menu kopinya sangat mahal? Jawabannya adalah
kopi itu nikmat, Semakin tinggi kualitasnya otomatis semakin mahal, dan wajar orang-orang
yang berdompet tebal pun bisa menjelajahi café atau coffe shop yang menyediakan
kopi yang sangat tinggi kualitasnya. Dan saya pun penasaran. Karena masih
mahasisswa dengan kantong/budget yang terbatas saya memilih untuk kopi instant
yang berkualitas. hehe. Dan sesekali ke coffeshop. Saya semakin penasaran juga dengan
keragamannya.
Dari
membaca blog teman dia berkisah tentang kopi favoritnya saya baru mengetahui
banyaknya jenis-jenis kopi berdasarkan racikannya baik itu asli Indonesia maupun
dari luar negri. Sekarang saya mengenal espresso,macchiato,
frappucino,caffe latte, long black, kopi tubruk, dan lain-lainnya(bisa digoogling
ya guys,hehe). Saya semakin penasaran dengan mereka-mereka ini yang manakah
yang paling nendang rasanya. Kalau ada budget lebih dan waktu boleh kita kawan
ke coffeshop yang terdekat sekedar menikmati kopi apalagi pada saat hujan
turun. Saya mulai bersahabat dengan si hitam” Coffee”.;p
0 komentar:
Posting Komentar