Selasa, 24 Desember 2013

Panik vs Bijak

Diposting oleh Unknown


Bingung juga mau nulis apa tapi pengen nulis,nulis, dan menulis. Well, nulis ala kadarnya sepetinya kebanyakan curhat. Saran nih mendingan tidak usah dilanjutkan bacanya karena 99% curhat. Pengen nulis, pengen nangis hampir sama bunyinya.daripada nangis aja mending sambilan dengan nulis, ada hasilnya. Hahaha.
Hujan mengguyur Jakarta semakin deras dan sudah ada sebagian daerah yang terendam banjir, daerah yang memang rawan dan langganan banjir.
 Preeeemmm…bunyi kereta di St. Sudirman posisi saya berda di stasiun tersebut. Saya masih terpaku duduk diruang tunggu tidak ada niat beranjak dan mmasuk kekereta karena kereta kali ini tidakmenyisakan sedikit spacelagi untuk penumpang yang ingin masuk. 
Dreeeet…ponsel saya bergetar tanda satu sms masuk, saya membuka SMS tersebut dan baca. Pengen nangis. SMS masuk dari adik saya yang bernama sela mengabarkan adik saya salim kecelakaan motor. Alhamdulillah tidak ada luka parah.motor sedikit lecet.tak apa barang bisa diganti. Nyawa tidak. Dalam keadaan panik juga setelah baca SMS tersebut, nangis,bingung tapi lebih tidakpengertiannya saya kalau saya telpon balik dan balas SMS sesuai keadaan emosi saya sekarang,yang mana nanti saya bilang saya panik, nangis itu malah bikin mereka juga panik, terutama ibu saya nantinya malah jadi beban.
Apa yang harus saya lakukan? jawabnya adalah berdoa. Saya pun berdoa
 “ Ya Allah berikan hamba kekuatan untuk tegar dan selalu bersyukur atas keselamatan yang ada.” Aamiin.

Daripada ini kita dapat belajar bagaimana mengelola panik menjadi bijak. Saya pun masih kepikiran tapi mencoba bijak dalam tangis yang tak dapat ditumpahkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting