Kamis, 05 Maret 2015

Bercerita pada malam [part 2]

Diposting oleh Unknown

(Menyendiri)

sendiri menyepi
 tenggelam dalam renungan
Ada apa akau seakan ku jauh dari ketenangan
Perlahan ku cari, mengapa diri ku hampa
Mungkin ada salah, mungkin ku tersesat
Mungkin, dan mungkin lagi…..

Sebait lagu dari edcoustic yang menjadi inspirasi menulis saya malam ini, melanjutkan bercerita pada malam. Konspirasi hati dan pikiran seakan lagi semerawut. Mungkin dengan menulis ada pencerahan yang dinantikan. Malam ini malam ke- sekian malam dalam satu bulan ini saya menghabiskan waktu malam di pesantren ilzamun maju bahrin. Saya bukan lagi mengikuti pesantren kilat ataupun sengaja menjadi santri pesantren tersebut.

Jadwal dinas kerja saya yang bulan ini amburadul membuat saya memilih untuk lebih banyak menyendiri dan jauh dari keramaian. Saya pusing dengan keadaan saya sekarang, masalah berbagai masalah menghampiri. Belum juga yang sana selesai sini sudah meraung-raung minta diselesaikan.
Saya  ikut bibi saya yang seumuran dengan saya, kami masih saudara dekat. Keluarganya mempunyai pesantren dan saya bisa masuk tanpa persyaratan ke dalam pesantren dan menginap di sana. Bibi saya ini juga sahabat saya, dia tinggal dirumah dalam pesantren tersebut sendiri.  Tidak tinggal dirumah ayahnya yaitu kakek saya.

Beberapa minggu di Bangka, saya menginap di pesantren. Bukan tidak betah dirumah sendiri namun di sini saya merasakan hal yang beda.

Masalah bukan untuk saya hindari, namun untuk saya selesaikan. Kelemahan saya adalah masalah tersebut juga belum terselesai-selesaikan. Semuanya bergantung pada saya selesai atu tidaknya.

Malam ini saya sendiri dirumah bibi saya ini. Dia lagi ada rapat di kantor pesantren. Saya membuka notebook kemudian menulis apa yang ingin saya tulis khususnya bercerita pada malam.

Menyendiri itu nikmat. Mengapa nikmat? Karena saya sendiri yang manusianya seperti permaisuri  bagi sekelilingnya.  Dan malam pun teman sejati untuk menyendiri. Saya lega bisa bercerita pada malam yang saya tidak mendengar ia setuju atau tidak.

Malam yang gelap, menerima semua kesah yang terkadang keegoisan saya sendiri, meresap semua kekecewaan, menghisap semua masalah, penetral kegalauan tiada berarti dan mengajarkan keihklasan yang sesungguhnya.

Menyendiri itu lega. Bernafaslah sepuas-puasnya, jikalau pun airmata yang ingin saya keluarkan maka saya akan menangis sejadi-jadinya tanpa keraguan dan plong.

Menyendiri itu mencurahkan kepada malam seluruh penat yang terasa dipundakkita. Tumpahkan dalam bentuk kata cerita yang  dirangkai dengan hati-hati dan rela.

Menyendiri itu merelakan seluruh cerita saya didengarkan oleh malam, dibawanya kepada matahari besok hari.

Menyendiri  itu penetral jiwa yang penuh dosa, salah arah dan juga penuh dengan ketamakan yang mematikan hati-hati manusia.

Menyendiri itu pengakuan saya terhadap malam atas seluruh apa yang dirasakan jiwa mengalami kebuntuan.


Dibalik malam ini Nya mendengar saya sebagai sang hamba yang tersesat oleh hati-hati yang kotor ini, langkah-langkah yang mnyesatkan jiwa dan suara-suara yang tak didengarkan sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting