(Menyendiri)
sendiri menyepi
tenggelam dalam renungan
Ada apa akau seakan ku jauh dari ketenangan
Perlahan ku cari, mengapa diri ku hampa
Mungkin ada salah, mungkin ku tersesat
Mungkin, dan mungkin lagi…..
Sebait lagu dari edcoustic yang
menjadi inspirasi menulis saya malam ini, melanjutkan bercerita pada malam.
Konspirasi hati dan pikiran seakan lagi semerawut. Mungkin dengan menulis ada
pencerahan yang dinantikan. Malam ini malam ke- sekian malam dalam satu bulan
ini saya menghabiskan waktu malam di pesantren ilzamun maju bahrin. Saya bukan
lagi mengikuti pesantren kilat ataupun sengaja menjadi santri pesantren
tersebut.
Jadwal dinas kerja saya yang
bulan ini amburadul membuat saya memilih untuk lebih banyak menyendiri dan jauh
dari keramaian. Saya pusing dengan keadaan saya sekarang, masalah berbagai
masalah menghampiri. Belum juga yang sana selesai sini sudah meraung-raung
minta diselesaikan.
Saya ikut bibi saya yang seumuran dengan saya,
kami masih saudara dekat. Keluarganya mempunyai pesantren dan saya bisa masuk
tanpa persyaratan ke dalam pesantren dan menginap di sana. Bibi saya ini juga
sahabat saya, dia tinggal dirumah dalam pesantren tersebut sendiri. Tidak tinggal dirumah ayahnya yaitu kakek
saya.
Beberapa minggu di Bangka, saya
menginap di pesantren. Bukan tidak betah dirumah sendiri namun di sini saya
merasakan hal yang beda.
Masalah bukan untuk saya hindari,
namun untuk saya selesaikan. Kelemahan saya adalah masalah tersebut juga belum
terselesai-selesaikan. Semuanya bergantung pada saya selesai atu tidaknya.
Malam ini saya sendiri dirumah
bibi saya ini. Dia lagi ada rapat di kantor pesantren. Saya membuka notebook
kemudian menulis apa yang ingin saya tulis khususnya bercerita pada malam.
Menyendiri itu nikmat. Mengapa
nikmat? Karena saya sendiri yang manusianya seperti permaisuri bagi sekelilingnya. Dan malam pun teman sejati untuk menyendiri.
Saya lega bisa bercerita pada malam yang saya tidak mendengar ia setuju atau
tidak.
Malam yang gelap, menerima semua
kesah yang terkadang keegoisan saya sendiri, meresap semua kekecewaan,
menghisap semua masalah, penetral kegalauan tiada berarti dan mengajarkan
keihklasan yang sesungguhnya.
Menyendiri itu lega. Bernafaslah
sepuas-puasnya, jikalau pun airmata yang ingin saya keluarkan maka saya akan
menangis sejadi-jadinya tanpa keraguan dan plong.
Menyendiri itu mencurahkan kepada
malam seluruh penat yang terasa dipundakkita. Tumpahkan dalam bentuk kata
cerita yang dirangkai dengan hati-hati
dan rela.
Menyendiri itu merelakan seluruh
cerita saya didengarkan oleh malam, dibawanya kepada matahari besok hari.
Menyendiri itu penetral jiwa yang penuh dosa, salah arah
dan juga penuh dengan ketamakan yang mematikan hati-hati manusia.
Menyendiri itu pengakuan saya
terhadap malam atas seluruh apa yang dirasakan jiwa mengalami kebuntuan.
Dibalik malam ini Nya mendengar
saya sebagai sang hamba yang tersesat oleh hati-hati yang kotor ini,
langkah-langkah yang mnyesatkan jiwa dan suara-suara yang tak didengarkan
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar