Baru-baru ini mengenalinya, kebetulan sih
Bukan akan berkawan pula sekedar saya kenal
Sudah saya cerita pada hujan sampi pagi
Kelilipan mata ada laron terbang mengitari lampu
Menjaga saya dari nyamuk –nyamuk
Baru melihat betapa laron teman sejati
Iya, kan baru berteman
Rupanya malam ini ingin makan coklat saya
Toko kelontongan
sudah sepi juga
Mereka sekarang cepat tutup took
Katanya tidak aman akhir-akhir ini
Cerita apalagi ini menakuti mereka
Ya Tuan saya bercerita juga pada lembaran buku harian
Saya tak malu, pada Tuan juga tidak
Pertemuan saya dengan dia, kebetulan
Saya ulangi lagi, kebetulan
Namun kebetulan itu tersimpan harapan
Makan mala mini sungguh sederhana Tuan
Sepiring nasi dengan lauknya ikan goreng
Sedikit sambal terasi untuk membuat keringat
Teringat pula dia
tidak suka terasi
Sungguhlah pemilih makan dia Tuan
Katanya itu bukan gaya hidup
Benar juga, tidak ada yang salah masalah selera
Terkadang saya tersenyum-senyum
Kenal dengan dia menjelma saya jadi pemaham orang lain
Baiklah, itu alamat saya menjadi orang baik pula
Tak sempat Tuan kami bertatap satu sama lain
Saya kira sekilas raut wajahnya
Matanya sipit dan kulitnya putih
Tinggi pun standar dan sederhana
Kami terikat hubungan pertemanan Tuan
Dari tempat lama yang berjasa bagi kami
Dia bukan orang lain yang asing bagi saya
Pendidik yang sama, perangai kami pun hampir sama
Kertas didepan saya ini berwarna warni
Kalau saya gambarkan suasana hati
Barangkali bersahabat sesahabat saya dengan dia
0 komentar:
Posting Komentar