“ orang yang tidak sanggup survive ya tersingkir, mereka itulah orang yang tersingkir”.
Muncul
kutipan ini ketika saya curhat dengannya ketika terdapat konflik dalam
organisasi yang saya pimpin. Ternyata sebagai pemimpin itu bukan semudah yang
ada dalam teori para ilmuwan, filsuf, dan psikolog yang sering saya baca.
Memang, teorinya tak diragukan lagi, tinggal kitanya saja yang mengaplikasikannya.
Dan itu bukan hal mudah.
Dalam
sebuah organisasi selalu ada yang bernama konflik. Saya jamin itu. Konflik
terartikan suatu masalah, dan masalah itu adalah penyakit.
Namun,
sebagai pemuda/pemudi yang berintelektual kita haru bias menyikapi konflik.
Apakah konflik itu positif atau negative?loh, kok konflik ada positifnya,
selama ini bayangna setiap orang mungkin negative.
Pandangan
saya terhadap konflik, ada sisi positif
dan negatifnya. Bagaimana bisa? Ya, sisi positifnya kita bias belajar memahami
cara bersikap, Berpikir matang mengambil tindakan, dan itu semua unsur untuk
pembentukan dan pendewasaan diri kita.
Sisi
negative, tidak saya paparkan semua sudah tahu dan mengalami. Konflik
meyebabkan permusuhan, suasana dingin, dan juga hilang semangat untuk
berkolaborasi kreativitas.
Terus
apa hubungan dengan bertahan atau tersingkir?
Setiap
organisasi, instansi, perusahaan atau lembaga mana pun memiliki peraturan,
ketentuan dan acuan untuk keberlangsungan jalannya badan organisasi tersebut. Masing-masing
kita jika sudah masuk dalam sebuah organisasi pastinya sudah mempunyai ilmu
untuk kita hidup dalamnya.
Bisa
kita analogikan secara sederhana; ketika kita masuk dalam arena permainan roll
coaster, kita harus mengerti dengan peraturannya, agar saat naik roll coaster
tidak terjadi kecelakaan. Kalau saja tidak mentaati peraturan bisa jadi terjadi
kecelakaan. Benar kan?
Itulah
ibaratnya ketika kita hidup disebuah badan organisasi. Terlihat sudah konflik
yang terjadi bukan kita belum mengerti dan memahami tentang peraturan yang ada,
bukan kita belum bisa beradaptasi dan bukan orang lain mengusik kita namun dalam
diri kitalah muncul konflik tersebut. Yaitu KEEGOISAN.
Keegoisan
inilah yang menentukan kita bertahan atau tersingkir?
Sampai
saat ini saya berani menilai orang yang bertahan atau tersingkir ini ya
penyebabnya kegoisan itu. Percaya tidak ya, coba diri kita lah yang kita
cerminkan.
Kebanyakan
dari orang yang drajai oleh keegoisan mereka lah yang tersingkirkan. Tidak
sengaja disingkir tetapi menyingkir dengan sendirinya.
Semoga
tulisan ini bermanfaat.
So, untuk apalagi mempertahankan keegoisan
yang bodoh itu kawan?
0 komentar:
Posting Komentar