Minggu, 23 November 2014

Bertahan atau tersingkir ?

Diposting oleh Unknown
Tulisan ini saya teringat kembali dengan kutipan sahabat saya, M Robby Sahputra https://twitter.com/Robbyabazis  :
“ orang yang tidak sanggup survive ya tersingkir, mereka itulah orang yang tersingkir”.

Muncul kutipan ini ketika saya curhat dengannya ketika terdapat konflik dalam organisasi yang saya pimpin. Ternyata sebagai pemimpin itu bukan semudah yang ada dalam teori para ilmuwan, filsuf, dan psikolog yang sering saya baca. Memang, teorinya tak diragukan lagi, tinggal kitanya saja yang mengaplikasikannya. Dan itu bukan hal mudah.

Dalam sebuah organisasi selalu ada yang bernama konflik. Saya jamin itu. Konflik terartikan suatu masalah, dan masalah itu adalah penyakit.
Namun, sebagai pemuda/pemudi yang berintelektual kita haru bias menyikapi konflik. Apakah konflik itu positif atau negative?loh, kok konflik ada positifnya, selama ini bayangna setiap orang mungkin negative.

Pandangan saya terhadap konflik, ada  sisi positif dan negatifnya. Bagaimana bisa? Ya, sisi positifnya kita bias belajar memahami cara bersikap, Berpikir matang mengambil tindakan, dan itu semua unsur untuk pembentukan dan pendewasaan diri kita.
Sisi negative, tidak saya paparkan semua sudah tahu dan mengalami. Konflik meyebabkan permusuhan, suasana dingin, dan juga hilang semangat untuk berkolaborasi kreativitas.
Terus apa hubungan dengan bertahan atau tersingkir?

Setiap organisasi, instansi, perusahaan atau lembaga mana pun memiliki peraturan, ketentuan dan acuan untuk keberlangsungan jalannya badan organisasi tersebut. Masing-masing kita jika sudah masuk dalam sebuah organisasi pastinya sudah mempunyai ilmu untuk kita hidup dalamnya.

Bisa kita analogikan secara sederhana; ketika kita masuk dalam arena permainan roll coaster, kita harus mengerti dengan peraturannya, agar saat naik roll coaster tidak terjadi kecelakaan. Kalau saja tidak mentaati peraturan bisa jadi terjadi kecelakaan. Benar kan?

Itulah ibaratnya ketika kita hidup disebuah badan organisasi. Terlihat sudah konflik yang terjadi bukan kita belum mengerti dan memahami tentang peraturan yang ada, bukan kita belum bisa beradaptasi dan bukan orang lain mengusik kita namun dalam diri kitalah muncul konflik tersebut. Yaitu KEEGOISAN.

Keegoisan inilah yang menentukan kita bertahan atau tersingkir?
Sampai saat ini saya berani menilai orang yang bertahan atau tersingkir ini ya penyebabnya kegoisan itu. Percaya tidak ya, coba diri kita lah yang kita cerminkan.

Kebanyakan dari orang yang drajai oleh keegoisan mereka lah yang tersingkirkan. Tidak sengaja disingkir tetapi menyingkir dengan sendirinya.
Semoga tulisan ini bermanfaat.


 So, untuk apalagi mempertahankan keegoisan yang bodoh itu kawan?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting