Selasa, 25 November 2014

Setengah Hari Menjadi Seorang Ibu

Diposting oleh Unknown 0 komentar
foto diambil pake webcame notebook 
saat bermain diahri libur bersama anak tersayang; 
Al Gara love you:)

Menjadi seorang Ibu adalah cita-cita setiap perempuan di Bumi ini. Termasuk saya, kawan-kawan, dan para perempuan lainnya. Cita-cita yang tulus itu adalah menjadi seorang Ibu. Seorang perempuan yang berumur 22 tahun tentunya sudah memikirkan hal-hal dewasa dalam kehidupan ini, salahsatunya menjadi seorang istri dan Ibu. Suatu gelar yang tak ada bandingnya, seorang Ibu. Ibu dari anak-anak suaminya.

Kali ini saya berbagi pengalaman saya setengah hari menjadi seorang Ibu. Saya belum menikah apalagi memiliki anak. Sudah dua bulan ini, bang abi dan yuk vela merupakan kerabat dekat saya yang berada di Jakarta mereka pindah ke asrama kami mendapat tugas menjadi pengawas asrama kami. Mereka sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang baru berumur 2 tahun tepatnya minggu depan genap dua tahun.  Mereka berdua sudah saya anggap seperti abang dan ayuk sendiri.  Anaknya yang baru 2 tahun tersebut baru di masa-masa anak yang sedang tumbuh kembang, belajar berbicara, mengenali kata-kata, berani mencoba naik-naik, bermain air, berlari-larian. Gara, ya namanya. Anak yang super aktif, dan katanya juga indigo karena sering melihat dan berbicara pada para tetangga berlainan alam itu. Saya melihat juga anak ini begitu cerdas, cepat menangis cepat juga diamnya, bikin kami diasrama selalu merindukannya jika tidak bermain sehari saja dengan dia.

Bagaimana bisa saya bercerita setengah hari menjadi seorang Ibu?  Ya, Gara saya biasakan dia dengan memanggil saya  ‘Ibu’, Gara juga memanggil Icha sahabat baik saya dengan panggilan ‘Bunda’. Ibu, merasakan dipanggil Ibu itu sangat spesial bagi saya. Salah satu cermin juga untuk saya selalu merindui Ibu saya yang di rumah. 

Sore kemarin, saya dan yuk vela bermaksud untuk mencari outfit di ITC Cempaka Mas. Lumayan jauh dari asrama kami, dari selatan ke pusat Jakarta. Kami menggunakan kereta dan bajaj untuk sampai disana. Tidak memungkin jika Gara ditinggal di asrama, karena bukan sebentar di sana nya. Kami pun membawa Gara ikut ke sana.

Setelah selesai berganti baju, berias, dan bla-balnya berangkatlah kami.  Karena Gara anak yang aktif dikereta pun dia sangat menikmati dan tidak merasa pusing sedikit pun. Naik bajaj, panas, asap, bunyi kendaraan lain juga yang berisik sangat lah tidak ramah bagi anak seumuran Gara tapi Gara menikmatinya dengan tidran dipelukan saya. Sesampai di sana pun masih tiduran dan saya menggendongnya layaknya seorang Ibu  kepada anaknya. Yuk vela, mamanya Gara yang belanja dan syaa yang mengasuh Gara, dia masih tiduran. Ada sesuatu yang bergejolak dihati saya, bukan sekedar cinta, saying, dan kasih tapi adalah keistimewaan mengasihi seorang anak.


 Nah, itu lah cerita setengah hari saya menjadi seorang Ibu. Semoga saya, kawan-kawan, perempun diseluruh dunia ini merasakan menjadi seorang istri dan seorang Ibu yang mulia. Aamiin.

Senin, 24 November 2014

Perbanyaklah Doa Ketika Hujan

Diposting oleh Unknown 0 komentar
source : datinggod.org
Kerjaan hari ini tidak begitu padat, karena saya lagi belajar be more productive people saya memilih berselancar menguta-atik blog sembari hujan reda. Hujan diluar sana sangat lebat bunyi Guntur pun tak mau kalah sangat kuat. Rinaian hujan, gemuruhnya sangat menggoda untuk mata ini tidur. So sleepy, kawan dengan hawa hujan yang dingin. Mengintip hujan dari kaca ruangan ini seakan tak bias melihat apa-apa kecuali air hujan yang mengalir dikaca tersebut.

Melihat hujan saya ingin sekali keluar, terus bermain dengan air hujan, bash-basahan tapi bukan masanya lagi. Apalagi lari-larian, dengan paying terus ada sang adamnya ceritanya menjadi FTV atau film-film bollywood.<pffft>

Saya nyalakan notebook, Ms.word, tak-tik-tak-tik saya ingin bercerita tentang doa-doa saya ketika hujan hari ini. Kawan-kawan sering mungkin mendengar, membaca atau sudah mengamalkannya hadist berikut;

“Dua doa yang tidak akan ditolak : doa ketika adzan dan doa ketika turunnya hujan” [HR. Al Hakim dan Al Baihaki]

Saya sudah mengamalkannya kawan, setiap hujan turun itu adalah anugrah Allah. Jika hujan turun, kesempatan kita untuk meminta dengan ikhlas dan penuh keyakinan kepada Nya. Gratis lo…. Saat menulis ini, petirnya sangat kuat, deg-deg-an juga kawan. Paaarrrr, keras juga leher saya menoleh, kilat berkilau nyata. Berdasarkan hadist diatas, saya selalu bersemangat untuk berdoa saat hujan. Hujan kali ini saya berdoa :
Dengan solawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kami Nabi Muhammad SAW.
Bismillahhirrohmannirrohim,
Ya Allah,
Ampunilah dosa kedua Orangtua, hamba, adik-adik hamba, keluarga besar hamba, dan dosa orang Islam seluruh dunia
Ya Allah,
Jadikanlah hamba menjadi hambaMu yang selalu bertawakal, melakukan kebaikan dan selalu bersedekah
Ya Allah, pada tahun ini hamba belum bias wisuda semoga tahun depan hamba bias wisuda untuk gelar Sarjana Teknik di Universitas Al Azhar Indonesia
Ya Allah,
Permudahkanlah jalan hamba untuk ke program master di Jerman 2015
Ya Allah, buka lah pintu hati-hati hamba Mu yang berda di asrama ISBA JAYA agar kami selalu kompak, berkreativitas, peduli satu sama lain.
Ya Allah, penulis adalah cita-cita hamba, semoga awal tahun sudah bias menerbitkan buku
Ya Allah, PT Enviro Bangka Plus di permudah jalannya dan sukses sehingga hamba bisa mengajak kawan-kawan untuk bekerja
Ya Allah, awal tahun 2015 lancarkanlah urusan bisnis English course dan café bace di Bangka
Ya Allah selalu pertemukan hamba dengan Hamba-hamba Mu yang soleh dan soleha, sukses, dan menginspirasi
Ya Allah, tentang jodoh semoga jodoh datang dengan keberkahan MU ( Let me cal his name : Ry)
Ya Allah, kebahagian keluarga hamba adalah kebahagian hamba, maka selalu berikan kebahagian untuk keluarga kami

Kabulkanlah Ya Allah doa kami, Aamiin.

Keluarga Kami

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Alhamdulillah , Sampai saat ini saya masih memiliki orang tua yang utuh, Ayah dan Ibu. Dalam keluarga kami, panggilan khas untuk Ayah adalah ‘Bak’ dan Ibu yaitu ‘Mak’, itu panggilan hormat dan sayang kami kepada mereka.
foto pas Lebaran Idul Adha 2013

Keluarga kecil kami dengan tiga bersaudara, saya yang paling sulung, yang kedua adik perempuan satu-satunya Marsela (facebook) dan adik laki-laki satu-satunya Agus Salim (facebook). Saya begitu beruntung dan bahagia  memiliki mereka. Kami dilahirkan dengan perbedaan  umur 2-3 tahun saja, sehingga seakan besarnya pun serentak.

Kami sudah besar-besar saat ini, sehingga waktunya kami mengambil jalan hidup berdasarkan tujuan kami masing-masing dan dibimbing oleh orangtua kami.
Sebagai anak sulung dari tida bersaudara dikeluarga kecil kami sayalah yang pertama kali untuk mengerti hubungan antara orang tua dan anak dibanding adik-adik saya. Karena saya yang dilahirkan terlebih dahulu.

Hubungan antara anak dan orang tua itu adalah batin yang menyala dengan sendiri. Saya merasakan itu, seperti sifat saya dengan ayah saya berbeda ada juga sedikit yang sama begitu pula dengan Ibu saya. Sama halnya juga dengan dua adik saya. Golongan darah kami pun beragam. Tak semua golongan O atau A.

Keluarga kecil ini bukan berlatar keluarga cendana untuk harta namun keluarga kami keluarga cendana dari hal ilmu dan kebaikan. Aamiin.

Orang tua saya bukan para penyandang gelar sarjana, tapi merekalah sarjana kehidupan bagi kami, para anak-anaknya.

Mereka berjuang untuk kami, para anak-anaknya yang siap MEMBANGGAKAN MEREKA!!

Penghujung Tahun 2014

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Perasaan baru saja menulis tentang resolusi untuk tahun 2014, sekarang sudah mau menulis resolusi 2015 saja. Waktu memang tidak bicara tapi berjalan sesuai kaidah kewaktuannya. 1bulan lagi akan berganti tahu, dari tahun 2014 ke 2015.  Bersiap-siap evaluasi ntuk resolusi 2014 agar  menemukan suatu yang lebih baik dari tahun ketahun.

30 hari lagi itu tidaklah lama, sebentar. Pintar-pintar untuk mengisi waktu 30 hari itu. Barangkali masih ada capaian dipenghujung tahun ini. Mungkin juga bias bersamaan dengan musim hujan tahun ini. Menyiapkan segudang list planning untuk tahun depan adalah hal terbaik untuk satu bulan ini.
Tak ada yang tak lebih special dari waktu, bukan tahun-tahunnya tetapi "WAKTU”. Tidak ada tahun kurang beruntung,lebih beruntung dan sebagianya. Beruntung, lancer, istimewa itu adalah rahasia Tuhan dan kita yang menjalani dan mengisinya dengan hal yang bermanfaat.

Penghujung tahun ini, saya memiliki berbagai kesibukan juga mulai dari planning talkshow untuk launch buku yang ditulis oleh sahabat saya Jamik, bujang Dayang Festival, dan juga berbagai kegiatan kantor untuk akhir tahun ini.


Hujan penghujung tahun ini, penutup musim yang sangat bermakna,” karena setelah hujan aka nada pelangi yang indah”. Penghujung tahun menghantar ke awal tahun yang indah.

Menunggu Pagi

Diposting oleh Unknown 0 komentar
source : www.gopixpic.com
Bukan sebuah lagu atau puisi, bukan juga curhat hati yang penuh kerinduan ini. Hanyalah sebuah catatan dipagi hari dengan segala pilihan menunggu. tidak sedang galau, tidak sedang jatuh cinta dan tidak pula sedang bimbang.

Karena musim hujan, dari sore tadi turun hujan, gerimis sampai malam, cuaca sangat untuk mendukung menarik selimut bermimpi sang penaut rindu, Ayah, Ibu di rumah sana. Boleh juga bermimpi si dia. Hehe.

Tumben juga malam minggu ini tidak ada agenda rapat kesibukan di asrama tercinta kami, masing-masing menghabiskan malam minggu dengan caranya sendiri. Ada yang karokean, maen PS, menonton drama korea, dan saya mencoba menulis beberapa paragrap di note book terkasih ini.  Malam minggu yang biasanya identik dengan apelan para arjuna untuk ratunya, tapi tidak dengan ku. Menikmati gemercik gerimis yang semakin larut semakin romantic dengan paduan suara katak-katak yang sedang berpesta sehabis hujan barangkali.

Tak ada yang special juga malam ini. Bakat menulis yang harus ku latih agar bias jadi penulis beneran tak berapa lama menghadap layar notebook sudah bosan saja. Dari pada bengong tidak keruan dan tidak bermanfaat juga aku mengambil buku fiqih wanita yang tebal  untuk mengecas iman ini, ceileh.hehe.

Tak berasa ternyata jam dinding yang sejak tadi bernada tak-tik-tak-tik setiap detik aku berada di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 2.30 am. Sudah bukan tengah malam lagi tapi sudah 1/3 malam.  Mata masih terang tak ada rasa kantuk sedikit pun, pengen si mencoba tidur pejamkan mata tapi tanggung sudah dengan waktu subuh. Kalu tidur kemungkinan besar subuh yang indah akan terlewatkan.

Aku memutuskan untuk tidak tidur malam tadi, dan harus ku lakukan ya menunggu pagi yang sebentar lagi. Hari minggu itu jadwal aku piket asrama. Tahu dong apa yang mesti dikerjakan kalau tugas piket asrama, mulai dari menyapu, mengepel, membuang sampah, dan bertanggujawab atas kebersihan asrama hari itu.

Asrama masih ramai dengan keadaan para cowok sedang asyik nonton bola di lantai dua, jadi tidak terlalu sepi dan tidak terbayang juga dengan keseraman yang pernah terjadi diasrama kami. Asrama kami sering terjadi kesurupan oleh para tetangga yang berlainan alam itu, banyak tamu yang dating keasrama kami dan menanggapi betapa seramnya asrama kami. Padahal, biasa saja.

Tidur sudah kepalang, membaca tidak mood, apalagi menulis. Oleh karena itu, aku mengmbil penyapu, mulai menyapu dan mengepel juga hingga sudah bersih setiap sudut asrama. Dapur pun sudah bersih juga. Kalau saja para penghuni yang budiman mengerti dapur itu tidak usah mengunakan sandal, kalau merasa jorok ya dibersihkan, mahasiswa yang punya pikirkan?. Mau marah serba salah juga sudah pada besarkan.


Piket pun selesai, dan suara azan subuh mulai berkumandang. Tidak terasa hari ini menunggu pagi selesai, dan tidak ada yang sia-sia.  So, menunggu itu kawan bukan suatu kerjaan yang membosankan,. Jika kita cerdas memanfaatkan waktu menunggu untuk hal-hal yang bermanfaat maka tidak ada yang sia-sia dan tidak akan membosankan.

Minggu, 23 November 2014

LOVING YOU, MR.RY

Diposting oleh Unknown 0 komentar


At first we met I haven’t feel about
You gave me friendly sight
Yes, done!
We went to home each others
Someday, Still to contacting
Make a friend tore be close

We didn’t to hoping make a feeling
We live as going on
We was looking for a friendship
Friendship, happy, and family
From this goal, we got it
Happy ?

Yes, at night you call me to tell your journey and me too
We planning anything about our life
We share sadness to be good feel
Although, I have mad to you
No one know to predicts the future

As like we wanted
Loving you is my heart
Loving you is my feel

Depend  to my mind, nope!
Life never be lying about love
No song can’t be imagine it
You and me, only!!




Malam Bercerita ( bag.1)

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Bukan pertama kalinya kami bercerita begini sampai larut malam. Bukan tak memasang alarm bukan juga karena menunggu hujan reda.

Suasana balkon asrama kami malam ini seakan terasa suasana keakraban yang menyatu.  Beradu dengan dingin malam sehabis hujan tadi sore. Tak terlihat juga bintang-bintang karena memang langit mendung dan pula di Jakarta suatu hadiah jika dapat menemui bintang ketika menengadah kelangit sana.

Kami tak membikin janji untuk bercerita malam ini, tak ada list juga apa yang bakal diceritakan. Tak kami buka dengan prolog yang sistematis atau seresmi sedemikian rupa. Bercerita malam ini kami mengalir dalam kepercayaan satu sama lain.

Bercerita seppeti ini lah yang selalu kami impikan sebagai penghuni asrama ISBA JAYA ini. Terhidup rasa kekeluargaan yang selalu kami jadi pembicaraan disetiap agenda rapat dan sharing.
Tadinya saya focus memecahkan skor tertinggi dalam game 2048 di handphone saya, namun terusik candaan kawan sekamar  focus pun hilang. Ambil notebook dan handset, naik tangga ke balkon asrama kami. Lalu, saya memilih menonton drama korea heartstring yang sudah beberapa hari ini saya tonton namun belum kelar-kelar juga.

Ada bangku panjang yang memuat dua orang untuk duduk disitu, saya duduk dan menonton dengan headset sehingga tidak mengganggu kawan-kawan disekeliling saya.

Kebetulan, disebelah saya ada kawan asrama juga yang duduk. Kami berdua duduk dibangku tersebut. Dia tidak menemani saya menonton, namun dia dengan kesibukannya sendiri bertelpon dengan keluarganya. Kami tak saling terganggu.

Drama korea sudah sampai pada endingnya, mata pun tak kunjung mengantuk saya putuskan untuk menonton film Indonesia ‘ 99 cahaya di eropa’. Bukan untuk pertama kali juga saya menontonnya. Setiap saya jenuh menulis, membaca, mengevaluasi kerjaan saya selalu memutar film ini. Pengen nanti bikin review film ini dari pandangan saya, tapi nanti saya lanjutkan bercerita malam ini dulu.

Sembari saya menoton, kawan sebelah saya pun mulai menyambung dengan cerita yang saya tonton ini. Kami mulailah saling bercerita.

Baiklah, saya kenalkan  kawan saya disebelah saya tadi. Nama nya rian, penghuni baru diasrama kami dan mahasiswa baru universitas tidak jauh dari asrama kami. Orang Bangka juga namun Bangka bagian selatan sana. Kami saling mengenal diasrama inilah. Dan baru beberapa bulan, tapi kuatnya ikatan keluarga orang Bangka, kami sudah seperti keluarga yang sudah lama bersama.

Dia saya anggap sudah seperti adik sendiri, sering kami mengolok-ngolok dia dengan gelar brondong. Saya sering megoloknya karena namanya sama yang sedang diJogja sana, ah, kota Jogja yang penuh rindu. Saat menyebut rian seakan rasa rindu berkurang seketika, padahal hanya sama namanya saja. Oerangnya beda, beda paras, beda karakter dan hanya nama dan jenis kelaminnya saja yang sama.

Oh iya, rian di Jogja pa kabar? Semoga baik-baik saja.:). Dan malam ini saya bercerita denga rian yang ada diasrama kami bukan yang di Jogja.

Dibalkon duduk berdua, bagaimana tidak dibully para kawan yang melihat kami duudk ercerita dengan serius terkadang tertawa juga. Ada juga yang membully kami dating dan PDKT, kami hanya mengiyakan.hahaha. meneynangkan ahti orang itu pahala,begitu saja tanggapan saya.

Kami bercerita tentang keluarga, kuliah, keiatan dikampus, pengalaman menarik, pacar, sahabat. Dar tulisan saya ini, intinya bercerita saya mala mini banyak hal yang dapatkan menjadi pembelajaran.

Rian, seorang mahasiswa baru yang baru saya kenal ini dari luarnya pendiam dan perapi. Saya beberapa kali sempat bercerita. Sesungguhnya dia tidak pendiam, kalau saja nyambung dengan lawan bicaranya. Tidak pernah mengusik orang, ramah juga, dan mudah beradaptasi. Terlihat begitu tegar, setelah bercerita tentang dia sudah belasan tahun ditinggal Ibunya karena penyakit yang diidap Ibunya, Ibunya pun meninggall saat ia masih berumur lima tahun. Hanya lima tahun bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu, tak berapa lama ayahnya pun menikah lagi dan dari mereka  8 saudara tidak seorang pun yang setuju. Tetapi ayah nya tetap menikah dan sekarang sudah berpisah dengan Ibu tiri mereka itu.

Rian jarang serumah dengan ayahnya, ia memilih serumah dengan abangnya yang paling ia segani dan abangnya yang satu ini sangat openminded, bertanggungjawab terhadapnya dan mendukung kuliahnya.

Rian berasal dari keluarga yang berkecukupan tetapi perawakannya biasa saja, dan sedikit keras. Dikarena didikan para abangnya. Terlihat pendiam dan keras. Seorang anak yang dilingkungan keluarga tanpa kasih sayang Ibu mempengaruhi rian begitu bebas, tempat curhat terasa terbatas terhadap keluarga, karena Ibulah yang menjadi tempat curhat keluarga yang paling bijak. Rian curhat dengan kakaknya yang serumah dengannya, yang selama ini merawatnya.

Kami saling bercerita, namun saya lebih memberi kesempatan yang luas untuk rian bercerita karena jarang ia memiliki tema bercerita selain dengan menelpon kakaknya dan pacarnya.

Keadaan ayah yang kurang perhatian, tidak percaya dengan kemampuannya, menjadi panutan untuk teman sebayanya disekolah, pacaran dengan teman satu sekolah tidak seorang pun yang tahu sampai dikelas tiga.

Mendengar banyak ceritanya, ia begitu sosok yang dewasa, tegas dan memiliki mimpi besar. Menemukan sahabat itu mudah tapi membawa kehidupan persahabatan itu yang sulit. Saya seperti sudah bersahabat lama dengannya.

Begitulah kami bercerita tadi malam, ya cerita semoga malam-malam selanjutnya lebih penuh pembelajaran ya.


Bercerita tak mesti ada satu cangkir kopi duluJ

Bertahan atau tersingkir ?

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Tulisan ini saya teringat kembali dengan kutipan sahabat saya, M Robby Sahputra https://twitter.com/Robbyabazis  :
“ orang yang tidak sanggup survive ya tersingkir, mereka itulah orang yang tersingkir”.

Muncul kutipan ini ketika saya curhat dengannya ketika terdapat konflik dalam organisasi yang saya pimpin. Ternyata sebagai pemimpin itu bukan semudah yang ada dalam teori para ilmuwan, filsuf, dan psikolog yang sering saya baca. Memang, teorinya tak diragukan lagi, tinggal kitanya saja yang mengaplikasikannya. Dan itu bukan hal mudah.

Dalam sebuah organisasi selalu ada yang bernama konflik. Saya jamin itu. Konflik terartikan suatu masalah, dan masalah itu adalah penyakit.
Namun, sebagai pemuda/pemudi yang berintelektual kita haru bias menyikapi konflik. Apakah konflik itu positif atau negative?loh, kok konflik ada positifnya, selama ini bayangna setiap orang mungkin negative.

Pandangan saya terhadap konflik, ada  sisi positif dan negatifnya. Bagaimana bisa? Ya, sisi positifnya kita bias belajar memahami cara bersikap, Berpikir matang mengambil tindakan, dan itu semua unsur untuk pembentukan dan pendewasaan diri kita.
Sisi negative, tidak saya paparkan semua sudah tahu dan mengalami. Konflik meyebabkan permusuhan, suasana dingin, dan juga hilang semangat untuk berkolaborasi kreativitas.
Terus apa hubungan dengan bertahan atau tersingkir?

Setiap organisasi, instansi, perusahaan atau lembaga mana pun memiliki peraturan, ketentuan dan acuan untuk keberlangsungan jalannya badan organisasi tersebut. Masing-masing kita jika sudah masuk dalam sebuah organisasi pastinya sudah mempunyai ilmu untuk kita hidup dalamnya.

Bisa kita analogikan secara sederhana; ketika kita masuk dalam arena permainan roll coaster, kita harus mengerti dengan peraturannya, agar saat naik roll coaster tidak terjadi kecelakaan. Kalau saja tidak mentaati peraturan bisa jadi terjadi kecelakaan. Benar kan?

Itulah ibaratnya ketika kita hidup disebuah badan organisasi. Terlihat sudah konflik yang terjadi bukan kita belum mengerti dan memahami tentang peraturan yang ada, bukan kita belum bisa beradaptasi dan bukan orang lain mengusik kita namun dalam diri kitalah muncul konflik tersebut. Yaitu KEEGOISAN.

Keegoisan inilah yang menentukan kita bertahan atau tersingkir?
Sampai saat ini saya berani menilai orang yang bertahan atau tersingkir ini ya penyebabnya kegoisan itu. Percaya tidak ya, coba diri kita lah yang kita cerminkan.

Kebanyakan dari orang yang drajai oleh keegoisan mereka lah yang tersingkirkan. Tidak sengaja disingkir tetapi menyingkir dengan sendirinya.
Semoga tulisan ini bermanfaat.


 So, untuk apalagi mempertahankan keegoisan yang bodoh itu kawan?

Rabu, 19 November 2014

Rindu Kehidupan Asrama Pemali

Diposting oleh Unknown 0 komentar
source : https://twitter.com/gosipkusmansa

Hidup berdampingan dengan teman banyak, baik laki-laki maupun perempuan dalam satu pagar dan gedung yang sama. begitu lah gambaran asrama. kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan di rumah pribadi masing-masing.

Banyak cerita yang seharusnya saya tulis tentang kehidupan di asrama. saya mencoba menulis sedikit demi sedikit.

Berawal dari saya SMA, saya mulai menikmati kehidupan diasrama. dengan teman-teman yang baru saya kenal, ber-empat dalam satu kamar, tempat tidur bertingkat, mau mandi harus mengantri, dan masih banyak  kebiasaan kehidupan asrama.

Disana pula terjalin persahabatan, tak aral juga permusuhan singkat. Perbedaan pendapat itu biasa, tolong menolong itu kebiasaan.

Tumbuhlah rasa kekeluargaaan yang peka,peduli dan saling mendukung.
Ketika waktu perpisahan tiba, mulai pula kami merangkai kerinduan yang berbatin. 

Malas Saja

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Ah..menulis saja rasa malas sekali. Bukan sekali ini memanjakan malas. Ada saja alasan terbaik untuk pembelaan diri.

Aih..tak juga direpotkan dengan segudang kesibukan. Apa lagi sibuknya rutinitas seharian. Tak juga pusing tujuh keliling.

Huh...bukan jadi budak malas yang katanya setia. Sangat tak ingin menuruti. Tetap saja terturut.

Bosan saja. Ingin rutin tapi malas mengusik terus.

*menulis ini saat malas kekantor :(
 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting