Minggu, 28 Desember 2014

Benar-benar Penghujung Tahun

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Sapa bilang waktu gak kerasa? itu hanya kamuflase biar kita tidak terburu-buru saja. Akhir tahun sudah didepan mata tinggal hitungan hari saja sudah berganti tahun masehi kita kawan. so, apa hubungan nya dengan kita? apa pentingnya saya menulis ini?

Akhir tahun tak ada lebih ramainya dengan perayaan, liburan, dan juga menyusun kembali resolusi sekalian evaluasi tahun kemarin baik itu pribadi maupun perusahaan.

Status di berbagai sosiao media pun banjir dengan bahasan ini, bisa jadi trend topik nya.
suatu perubahan itu kita yang merasa dan dilihat juga terkadang oleh orang lain. pergantian tahun pun kita selalu ingin ada perubahan, namun gak bisa menunggu faktor lain kecuali kita sendiri. Ya kan?. oh iya saat menulis ini saya sedang menunggu keberangkatan pesawat untuk penerbangan saya hari ini ke Pangkalpinang karena ada urusan dias pekerjaan dari kantor sekaligus liburan bersama orangtua di kampung. 

Untuk tahun 2015 saya akan menyusun resolusi di rumah, semoga resolusi-resolusi terbaik yang akan menjadi tangga mencapai kesuksesan yang ingin saya capaikan. begitu juga kawan-kawan.

menunggu hari-hari pergantian tahun 2014 ke 2015.

waiting for your resolution guys :)

Rabu, 10 Desember 2014

Letters to Mr. Ry (end)

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Gutten Tag, Mr. Ry

Apa kabar mu sekarang? Ini surat ku yang kesekian kalinya dalam menunggu mu yang semakin tak member  kejelasan. Disini ku ingin surat ini lah akhir dari menunggu ku kepada mu dalam penantian semu ini. Tidak ada pertanyaan yang bagus kecuali menanyai kabarmu, dan memang basi seperti surat-surat terdahulu.  Aku sudah mulai lancar dengan bahasa jerman sekarang, aku mencoba menyapa mu dengan sapaan orang jerman ya. Hehe.

Baru bulan kemarin aku menyempatkan menulis surat yang tak ku harap kau baca, hanya saja itu curahan hati ku. Kita tidak kehilangan komunikasi, namun dalam komunikasi kita masih banyak yang tersirat dan perlu tersurat.

Kita masih saling menyapa via social media, sesekali tak aku atau kau pun yang merespon satu sama lain. Jujur, terkadang aku sudah jenuh dengan ketidakjelasan yang dibuat kau itu.

Beberapa postingan diblog ku, aku menulis semua tentang perasaan ku sekarang-sekarang ini. Aku sudah mengungkapkannya semua. Dan ini jalan terbaik untuk aku melangsungkan hidup sebgai perempuan yang kuat. Ketika menyudahi drama yang berujung aku harus menjadi pembawa seserahan saat pernikahan kakak kelas yang sempat membuat aku tersanjung dengan kedekatan kami. Tapi pupus sudah, ia sudah menikah dan aku sangat mengikhlaskannya. Tak ada kesedihan yag harus berhari-hari ku ratap.  Malah kesedihan itu, datang dari sikap mu  itu dalam menyikapi hubungan kita yang katanya saling menyayangi.

Kita memang belum memiliki status hubungan yang sudah melewati upacara sacral tapi kita mengenal dan memahami artian perasaan dalam ranah hubungan antar manusia, tak sekedar pertemanan biasa. Ya, saling mencintai. Persiapan saja kita belum siap, apalagi melaksanakan kesakralan itu. Masih jauh jika kita berdiskusi tentang pernikahan. Karena jelas untuk mengikat hubungan pertemanan kita yang tak biasa adalah pernikahan.

Malu juga jika memahami peraturan Tuhan tentang pendampingg hidup bagaimana aku harus bersikap dan menantinya. Kau bukan lah jawabannya untuk sekarang, tidak tahu juga nanti.
Malam itu, kau kira aku tak deg-degan untuk menelpon mu untuk mengungkapakan apa yang aku perbuat selama ini. Seolah jantung ku berdetak cepat seperti kecapean setelah lari pagi. Aku tidak mau lagi menunda, menunggu karena semakin lama ini semakin larut.

Aku meminta maaf malam itu untuk kesalahan terbesar ku selalu menunggu mu, mengatasnamakan mu setiap dari kesedihan dan kegalauan ku, dan selalu memberimu kabar-kabar ku yang tak penting bagi mu. Kupikir kau jauh tak kan memaafkan mu. Aku bersyukur kau begitu pemaaf.  Terimakasih banyak.

Menyayangimu adalah kesempatan yang luarbiasa dari Nya untuk ku,. Tentang perasaan itu masing-masing kita saja yang merasa da menerjemahkannya. Tentang sayang dan cinta, tak mesti aku harus menjadi milik dan pendampingmu. Toh, kita memang berteman selama ini. Tentang keinginan akan keromantisan yang aku khayalkan sudah ku rekam dan menjadi memori disetiap sudut masa lalu kita masih saling menyayangi dan mengharapkan satu sama lain. Tentang keluarga mu yang sangat menyabut ku barangkali, nanti kau kenalkan saja aku sebagai sahabat mu. Tentang teman-teman yang  berempati dengan hubungan kita ini, mereka sangat bijaksana mememahaminya. Sayang  dan cinta kita yang sempat mengisi hari-hari kita tak mesti ahkirnya aku menjadi pendamping mu, tapi aku sahabat mu.

Aku perempuan biasa saja, tidak ada kelebihan yang kau damba-dambakan. Sebenarnya bukan kelebihan, bukan kecocokan bukan pula kesukaan yang harus kita tuntut dalam sebuah hubungan tetapi melengakapi. Itu yang ingin kau lakukan bersama mu. Tapi itu sudah mimpi lama, kini aku sudah ingin menyudahinya saja. Tidak ada sesal. Jika saja kedepannya kita di beri kesempatan kembali oleh Nya. Mudah saja, kembali lagi kita saling memperbaiki diri dan menerapkan saling melengkapi.

Dan ini pula akhir dari surat pertama dan kedua.

Semoga suatu saat ada kejelasan dari mu yang membuat aku tersenyum.

Lets be my friend Mr. Ry J


Berakhir berualangkali : ini yang terakhir

Diposting oleh Unknown 0 komentar


Tidak ada lagi yang ku drama kan. Tidak ada lagi kekhawatiran, kecemasan dan kepedulian semu.

Sudah ku ungkapkan, kepada para mereka yang pernah menjadi kekaguman ku. Tidak ada lagi yang menghubungi ku ku harus mengatur nafas saking segannya, tidak ada lagi seorang yang menelpon ku mendadak, menghilang, dan ku tunggu untuk ditelpon dan di sms.

Ya, kenormalan ku ini membawa kearah yang damai saja, sudah ku ungkapkan, sudah ku putuskan untuk mengakhiri semua cerita yang terjadi kemarin-kemarin.

Mulai hari ini, kita awali dengan hal, perasaan yang baru dan suci. Tak menunggu tahun baru aku melakukannya, tak juga resolusi tahun depan tapi lebih indah akhir tahun ini memulai hal yang baru terutama perasaan. Yangterjadi besok itu rahasia Tuhan jadi tak perlu ddramakan dan di tebakkan.

Ucapkan dengan ikhlas selamat tinggal masa lalu, perasaan lalu, mulai dengan perasaan baru.



Kegaguman Terbatas : Tidak ada Hak Saya

Diposting oleh Unknown 0 komentar


Merasa menjadi orang pertama yang diberi tahu tentang kabar bahagia nya dari sekian orang terdekatnya. Tapi, tidak tahu juga, saya yang menebak itu. Jangan dipermasalahkan. Melanjutkan cerita kekaguman yang wajar kemarin. Sesungguhnya setiap apapun ada awal dan akhirnya. Begitu juga kekaguman. Perasaan yang akhir-akhir ini meracuni pikiran ku untuk diet dan menulis sebanyak-banyaknya karena ruang merah didalam tubuh ku tak kuat membentang lapak tentang perasaan yang sudah banyak ku berkisah kepada teman-teman. Seperti curahan hati dari perempuan yang sedang bergejolak hati tentang jatuh cinta. Jatuh cinta yang masih biasa.

Cara memberitahu ku tentang kabar bahagia itu, menurut ku tak biasa. Karena masih perasaan ku terkontaminasi dengan kekaguman ku. Beberapa bulan terakhir, kami banyak berkomunikasi secara tidak langsung. Terbawa juga perasaan ku. Dari mulai aku menebak dia yang mengkode suatu hal, menebak perasaan, menerka keinginan nya.

Kami sering bercerita, kami mulai terbuka saja tentang pemikiran-pemikiran yang tak biasa, komunikasi kami pun mulai mengalir saja, tak sesegan kami baru kenal, tak sehormat karena kami berbeda angkatan juga. Menyapa tak menyalam sudah biasa, mengawal tak bermaksud pun iya, dan menghilang pun tanpa sebab.

Saling berkabar, saling mencemas, saling penasaran dan itu yang terjadi. Aku pun seperti seorang psikolog membaca semua gerak-gerik yang terjadi. Dan ku berani saja menyimpulkan Oh perasaan ku ini ada benar nya. Tak sempat juga ku cerita pada siapapun.  Hanya ada dalam perasaan ku sendiri.

Kami mulai bercerita tentang kehidupan cintanya seorang adam kepada hawa. Aku mulai bergetar tak keruan, mulai merasa percaya diri. Tapi, berakhir juga getar itu saat ia menyatakan ia kan mengakhiri masa lajangnya pada tahun ini. Bagaimana tidak hilang getar ku, tak memungkinkan juga aku adalah hawa nya, bukan dari kesiapanku, aku pun bukanlah tipenya mungkin, tapi keahlianku mendramakan perasaan ini, aku terbawa suasana. Kami melanjutkan cerita-cerita hidup ini. Kekagumanku  bertambah kuat. Seorang adam yang sering berkomunikasi dengan ku sekarang adalah tipe adam yang ku tunggu, yang menjadi mimpi ku, dan menjadi asa jatuh cinta ku.

Kembali lagi kami bercerita, ya ia ingin menikah tahun ini. Dan masih belum bercerita penuh siapa hawa yang beruntung dengan cinta nya yang semakin membuat  aku menguatkan Cinta Nya. Aku belum merasa ia mulai menjauh ku, malah aku merasa kami semakin akrab, sudah ku bilang tak ada lagi batas keseganan diantara kami. Aku mulai berjaga-jaga ini perasaan drama yang ku punya.

Hari-hari masih bersama kami, kami pun tak saling menjauh, masih seperti biasa, berdiskusi, dan saling memberi inspirasi terlebih ia yang selalu memberi ku ispirasi. Banyak hal.

Tiba lah, waktunya ia semakin memberi pujian kepada ku, ternyata aku merasakan sendiri pantangnya pujian kepada perempuan. Ya begini jadinya, aku terbawa drama pujian itu. Aku semakin tak mengerti dan sendiri mencoba-coba menebak apa hal ini. Kekaguman ku semakin menjadi saja, seolah lupa perempuan yang ia dekati ini. Perempuan yang mencoba tak mudah terpesona, tak mudah mengagumi, dan apalagi mencinta seperti laila majnun.

Dan beberapa kali kebetulan yang terjadi malah memotivasku untuk membenarkan perasaan ku dan meyakini suatu anugrah Tuhan dengan  seyakin-yakinnya.
Tibalah waktu ia memberi kabar bahagia itu, tersedak berat ku dibuatnya. Ia akan menikah dua minggu lagi, saat ia mengabarinya dan langsung mengirimkan ku undangan itu. Aku seakan terpuruk tak beralasan. Bodoh sekali ku pikir.  Malam yang sangat membuatku berjalan saja tak kuat ketika menerima undangnan sakral itu.

Menanti hari bahagianya pun tak merubah komunikasi kami, malah semakin menyatakan kami adalah keluarga. Aku yang terbawa perasaan seakan tersiksa. Haha. Berlebihan. Kekaguman ku pun terbatas. Terbangun dari tidur ku yang selalu memimpikan kekaguman ini. Tersadar kekaguman ku ia adalah sosok pengajar hidup bagi ku, mentor untuk kesuksesan ku, dan teman yang saling memotivasi.

Aku mulai menjauh sebenarnya, tapi ia malah ingin aku selalu berkomunikasi dengan nya dan juga dengan hawa yang ia persuntingkan. Oh, sangat dramatis sekali apa yang ku lakukan dalam dunia ini.

Tak ada yang berubah, tak ada yang jauh sebelum ia melafazkan akad kepada hawa yang ia pilihkan untuk menjadi pendamping hidupnya.

Detik-detik ia akan melangsungkan akad, tetap saja berkomunikasi dengan ku. Kami masih bercerita, mendoakan, dan ya masih saling memotivasi. Aku masih normal, aku memutuskan ikhlaskan mengakhiri kekaguman ku. Setelah akad itu selesai kami tak lagi seperti detik-detik tadi. Aku mengerti etika begitu pun ia. Perasaan kemarin hanya cerita kemarin yang ketika ku kisahkan ini hanya cerita masa lalu. Kekaguman itu ku akhiri setelah terdengar ijab Kabul ia memepersunting hawa yang ia pilih. Sudah selesai, aku bisikkan kepada perasaan ku. Tak ada hak lagi saya. Kami sebatas saudara. Aku sebatas adik angkatan nya, dan murid kehidupan yang pernah belajar darinya. Aku yang pernah kagum dengannya, bukan kekaguman ku ini hilang tapi terbatas.

Lelah aku jika mengikuti perasaan saat berlangsungnya hari bahagianya dan aku menyaksikan sendiri dan mengiringi keihklasan yang hampir saja melarikan diri.
Kekaguman terbatas, setelah ia menikah kami baru beberapa hari saja ya tidak ada komunikasi apapun, memulai saja aku masih takut akan dosa. Seperti ada yang hilang saja tentang perasaan ini. Hanya doa dan ucapan selamat  yang ku bingkiskan untuk menguatkan keihlasan ku.

“ Barakalllah, selamat menempuh hidup yang baru yang menuju kesempurnaan, semoga pernikahanmu sakinah, mawaddah, warrahmah”.

Salam kenal mbakJ Alhamdullillah, bertambah jua personil kelurga yang penuh inspirasi. Kalian lah mentor ku dalam menggapai kesuksesan yang ku impikan.





Perasaaan : Kekaguman

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Kepada seseorang 

Kekaguman saya terhadap seseorang saya pikir  wajar. Tak ada yang salah, tidak pula menyalahkan.

Perasaan seperti ini sudah nas para manusia yang diciptakan Sang Maha Cinta dunia ini. Kekaguman terhadap engkau sang adam yang memiliki pemikat sendiri. Suatu anugrah saya miliki rasa yang tak biasa. Berawal perkenalan yang berikatan keluarga antara kita. Tak juga ku ingat seperti apa alurnya. Tak sempat juga ku ceritakan tertulis kepada catatan harian ku.

Biasa saja, kekaguman ku terhadap mu, sebagai mentor untuk keberhasilan hidup yang penuh pemikiran nan hebat. Ku banyak belajar dan mencontoh tentang ilmu yang kau miliki. Perangai mu lah yang mendatangkan kekaguman itu. Aku yang bertipe perempuan yang sering mengartikan komunikasi itu seolah drama. Tapi, tak mentah-mentah. Ku mencoba mempelajarinya juga.

Tak menyalahkan ku punya perasaan yang bergejolak seperti kawan yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta ku ini sebatas kekaguman saja.itu yang ku lakukan untuk bersikap seperti pertemanan. Berjalan waktu aku menyadari ada hal yang semakin tak biasa dan mulai menampakkan sendiri.

Aku hanya bisa bercerita sendiri, terkadang menebak, dan jangan  heran tulisan ku belakangan ini memiliki diksi-diksi yang sama saja. Ya, itu yang aku rasa. Ah, bosan juga perasaan seperti ini yang datang. Tidakkah  dia pun bosan. Aku perempuan biasa yang tidak mau biasa dengan mudah mengartikan hal ini.

Bukan sekali ini perasaan kekaguman ini melanda, bukan seorang dia atau tidak hanya dia. Mungkin saja anugrah Tuhan tentang perasaan ini.


Senin, 01 Desember 2014

Sorry,

Diposting oleh Unknown 0 komentar
Two months of work , wages are still not able to save money , buy personal items , not for a vacation , yet also to treat family and friends . 

Do not buy the gifts too , so we’re paying small debts , but everything for daily needs , college , school of those who smile in my case to struggle in this life .

 I apologize to my friends often owe, to this day I still bound to pay the debt of my family who are dealing with fine tin mining business with our family an enormous sum of money for our kinship group and my income is still less to compensate off all my debts.


 

Aluna Alanis's Life Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting