Di Kelilingi Oleh Hamparan Perkebunan ke Gedung Bertingkat
“orang lain bisa, saya pun lebih
bisa”
Kutipan
itu adalah serangkai kata yang menjadi prinsip seorang anak perempuan yang bernama Julita, dimana
sekarang berumur 19 tahun tepatnya sekarang berpredikat sebagai mahasiswi di
sebuah Universitas swasta yang benefit di Jakarta yaitu Universitas Al azhar
Indonesia, itulah saya.
Ya,
nama saya adalah Julita, saya lahir pada tanggal 25 Februari 1992 di sebuah
desa yang mungkin hanya dikenal di Provinsi tersebut yaitu desa Kimak, Provinsi
Bangka Belitung dari sepasang orang tua sederhana yang bekerja sehari-harinya
sebagai buruh harian. Saya anak pertama dari tiga bersaudara , memiliki seorang
adik perempuan dan seorang adik laki-laki.
Masa
SD
Saya kehilangan
kesempatan untuk mengenyam pendidikan taman kanak-kanak( TK) karena
keadaan ekonomi keluarga dan jauhnya jarak antara rumah saya dengan TK
tersebut. Namun hal itu bukanlah penghalang untuk kedepannya saya tidak
berprestasi. Pada berumur 6 tahun saya mulai bersekolah di SDN 42 Kimak di Desa
saya. jarak anatara sekolah dengan rumah saya begitu jauh sekitar 7 KM, sehingga setipa hari saya harus
berangkat dari rumah jam 4 pagi dengan berjalan kaki, dan itu berangkat bersama paman saya yang seumuran dengan saya
dan satu kelas juga. Saya tak dimanja seperti teman-teman saya yang lainnya
diantar setiap hari, namun saya tak pernah mengeluh. Saya bukan tinggal tepat
di pusat Desanya namun terdapat
dipinggiran perkebunan lada dan
pertambangan timah yang menjadi mata pencaharian masyarakat ditempat tinggal
saya, sehingga ketika pulang sekolah saya tidak bisa bermain dengan teman-teman
yang lain selain dengan paman saya saja. Karena rumah saya rumah panggung dan
berdinding papan, saya belajar menulis didinding tersebut dengan menggunakan
putung arang dapur.
Di
sekolah saya begitu antusias belajar dan caturwulan I saya berhasil mendapatkan predikat ranking
1 dan hingga kelas 6 saya berpredikat bintng kelas sekaligus bintang sekolah.
Saya sering ikut berbagai lomba baik dikabupaten maupun provinsi sebagai wakil
dari sekolah.
Masa
SMP
Seperti
biasanya setelah SD pastinya SMP, setelah tamat dari SD saya melanjutkan ke
Sekolah Menengah Negri. Dengan nilai ujian yang cukup memuaskan saya ingin
bersekolah ke SMP dipusat kabupaten atau Provinsi namun niat itu hanya niat,
saya terhalang oleh masalah ekonomi sehingga saya harus memilih antara dipusat
kecamatan atau MTs didesa saya. akhirnya, saya memilih di pusat Kecamatan yaitu
SMPN 1 Merawang. Di sini saya memperoleh beasiswa nilai ujian SD paling tinggi
sehingga semua biaya sekolah saya gratis hingga lulus SMP. Di SMP, saya masih
memperoleh ranking dan menduduki predikat bintang kelas juga. Walaupun saya
anak pinggiran desa namun semangat saya untuk berprestasi begitu besar. Saya
juga aktif diberbagai organisasi yang ada di sekolah dan diluar sekolah. Pada
waktu saya SMP, orang tua saya memutuskan untuk membangun rumah di pusat desa
karena semakin hari saya dan adik-adik saya harus bersekolah. Sebagai siswa SMP
yang aktif saya harus merelakan waktu bermain denggan teman-teman, karena
setipa hari saya harus mealkukan rutinitas berangkat jam 5 pagi dan pulang jam
6 sore. Sebenarnya masuk kelas itu jam 7.30 pagi dan pulangnya jam 14.00 namun
angkutan yang ada hanya 1 yang beroperasi antara sekolah dan desa saya, dan itu
sangat menyedihkan sehingga saya haurs menunggu berjam-jam, angkutan tersebut
ada hanya pada jam=jam tertentu, yaitu jam 5, 8,pagi dan jam 1,6 sore.
Masa
SMA
Setelah
ujian nasional kelas 3 SMP berakhir, saat-saat itulah membuat saya bingung
harus melanjutkan kemana atau tidak melanjut. Saya mulai berusaha mencari
info tentang SMA Negeri yang murah.
Namun, berita bagus untuk saya datang saya terdaftar sebagai siswa berprestasi
Bangka Belitung dan akan mengikuti seleksi SMA Unggulan di Bangka Belitung.
Setelah mengikuti beberapa tahap seleksi, alhamdulillah saya lolos masuk ke
SMAN 1 Pemali kelas Unggulan dibawah naungan PT.Timah . seluruh biaya sekolah
ditanggung oleh PT.Timah. SMA tersebut memiliki asrama dan seluruh siswa wajib
tinggal diasrama. Jarak antara asrama dengan sekolah sekitar 2 KM sehingga
seluruh siswa difasilitasi dengan sepeda.
Hari
pertama keasrama, perasaan sedih menyelimuti karena harus berpisah dengan
keluarga dan jauh dari keluarga. Namun, perasaan tersebut seakan terkelabui
karena banyak teman-teman dari seluruh daerah diBangka Belitung. Kegiatan
asrama pun dimulai dengan nama Masa Orientasi Siswa Asrama (MOSA) dan aktivitas
sekolah juga mulai dengan Masa Orientasi Siswa (MOS).
Sistem
MOSA diasrama adalah sistem semi militer. Sehingga masa-masa tersebut banyak
siswa yang mengeluh dan sangat berat untuk bertahan, namun saya terus saja
bersemangat. Dengan lingkungan yang begitu kondusif untuk berprestasi saya
harus belajar lebih rajin lagi, saya aktif juga diorganisasi sekolah, asrama
dan di luar sekolah atau asrama.
Di
masa SMA saya begitu jauh dari kata bintang kelas karena memang susah untuk
memperebut predikat tersebut, saya begitu terpuruk dengan keadaan tersebut
tetapi nilai saya lebih tinggi dari siswa dari sekolah-sekolah lain karen
sekolah unggulan adalah menjadi panutan untuk segala hal untuk sekolah yang
lain, baik prilaku maupun nilai.
Dan
tak terasa juga saya sudah duduk di kelas 2 SMA dengan jurusa Ilmu Alam(IA).
Pada saat ini, banyak lomba –lomba dan event yang sangat diincar seluruh siswa
apalagi siswa asrama. Saya dan teman-teman saya mengikuti seleksi pertukaran
pelajar ke Amerika, Korea, Jepang, Swedia, Canada, Turki dan Cina. Setelah
mengikuti seluruh proses seleksi saya mendapat kabar yang menyedihkan dan baik
juga. Yang menyedihkan saya tak lolos kemana pun, namun yang kabar baik
teman-teman saya 1 lolos ke Amerika yang akan belajar 1 tahun disana, 4 orang
kejepang dan Korea selam 2 minggu, 4 orang yang lolos ke Canada dan Swedia, dan
3 orang ke Turki dan Cina. Saya sangat sedih, mungkin memang belum rejeki. Namun
saya memiliki buku mimpi yang dibuat oleh ayah tercinta dan tercantum prinsip
saya adalah “ oranglain bisa, saya lebih bisa”
rangkaian kata-kata tersebut akan mengantarkan saya pada wilayah dan kursi sukses, itulah yang
diamanatkan orangtua saya. suatu saat saya bisa keluar negri, kuliah dengan
beasiswa penuh, dan sukses, itulah tekad saya. Masa SMA pun harus berakhir
setelah Ujian Nasional selesai.
Dan
kembali lagi saya diselimuti rasa bingung, karen niat dan cita-cita harus
kuliah. Naun, jika semuanya berharap dengan orangtua semua niat itu akan sirna.
Keadaan ekonomi keluarga saya tak mendukung, kuliah bukan memerlukan biaya yang
sedikit. Memilih pun harus saya lakukan jika memang tidak mendapat beasiswa,
harapan untuk kuliah akan ditunda.
Saya
banyak mengikuti seleksi perguruan tinggi mulai dari Perguruan Tinggi
Kedinasan, Negri, Swasta, dan Luar Negri namun sudah 2 bulan menunggu tak ada satu pun yang
menjadi rejeki untuk saya. saya begitu kebingungan harus melanjut kemana dan
dengan cara apa. Melihat teman-tema yang lain sudah menyebar keuniversitas
negri dan uga favorit sangat membuat saya sedih dan sangat iri. Saya hanya bisa
berdoa.
Masa
sekarang atau masa kuliah
Kecemasan
tersebut terjawab dan alahamdulillah saya lolos di Universitas Al azhar
Indonesia dengan Jalur beasiswa penuh. Setelah satu hari pengumuman tersebut
saya langsung berangkat ke Jakarta sendiri. Ini pertma kali saya ke Jakarta dan
sendiri tak membuat saya takut, taaapi dengan tekad yang bulat saya berangkat
dengan doa restu keluarga semuanya begitu lancar dan tibalah di Jakarta.
Melihat
jakarta pertama kalinya saya menagis karena harus jauh lagi dari keluarga dan
untuk pulang saja sangat susah, iya kalo berduit. Setelah selesai daftar ulang dan mengikuti
OSMA saya resmi menjadi mahasiswi di Universitas Al Azhar Indonesia. Saya
tinggal di asrama yang untuk mahasiswa beaisiswa. Dengan jurusan yang sudah
saya pilih yaitu Teknik Industri saya mulai menjalaninya sebagai hobi dan
berpredikat sebagai mahasiswa teknik industri. Padahal, cita-cita saya dari
masa SD sampai SMA adalah dokter namun
itu bukan jalan saya, dan jalan saya adalah teknik industri dan saya
harus berusaha berhasil dari jurusan yang saya pilih tersebut.
Seiring
berjalannya waktu yang rasakan adalah hidup dijakarta dengan status perantau
itu sangat keras, saya harus punya semangat, tekad dan niat yang besar. Banyak
juga masalah yang saya hadapi mulai dari beradaptasi lingkungan, keunagan dan
lain-lainnya. Alhamdulillah semuanya masih bisa terlewati. Nah, untuk masalah
kuliah saya dicemasi dengan mata kuliah takut tidak lulus namun semuanya
berjalan lancar dan saya semakin mantap dijurusan teknik industri. Saya
mengikuti berbagai organisasi didalam maupun diluar kampus. Niat dan tekad
keluar negri belumlah hilang,saya berusaha mencari informasi untuk bisa
keluarga negri baik event formal maupun nonformal. Beberapa kali saya mengikuti
seleksi pertukaran pemuda atau youth camp tetapi rejeki belum datang ke
saya. Akhirnya tekad dari dulu yang selalu menyala terjawab juga, pada bulan
Agustus 2011 saya lolos ke Georgia dalam event youth camp patriot seperti
summer camp, dan perwakilan dari Indonesia hanya saya yang bisa berangkat. Saya
begitu bahagia dan akhirnya bisa membuat orangtua saya bangga. Memperoleh
pengalaman dari negara orang saya begitu
beruntung memilih dan belajar dijurusan teknik industri, inilah rahasia
Illahi,mrngapa saya kuliah di Universitas Al azhar dan jurusan Teknik Industri.
Sekarang
problema diprovinsi saya adalah tentang pengembangan daerah mulai dari segi
politik, perindustrian dan pendidikan. Melihat keaadaan tersebut saya merasa
begitu banyak peluang saya untuk
mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan dari apa yang saya belajar
diTeknik Industri, mulai dari pengolahan pertambangan timah, pengelolaan
pendistribusian lada, karet dan juga pengolahan industri kelapa sawit.
Disamping itu juga, pariwisata di Bangka Belitung sangat memberi lahan untuk
dieksplor secara benar dan ditangan orang yang mempunyai kemampuan dalam
pengolahannya. Dengan keadaan ini saya jadikan penyemangat walaupun penyemangat
utama saya adalah orangtua saya. dan di Indonesia yaitu negara kita pun begitu
banyak peluang dan menjadi tantangan
kedepan untuk kita dalam masalah perindustrian. Nah, sebagai calon
entrepreneur atau apapun peluang untuk
sukses itu banyak. Semua pasti ada jalan, bagaimana kita membuka jalan dan
melebarkan jalan tersebut sehingga keberhasilan selalu menghampiri kita. Saya
pun memmpunyai cita-cita besar untuk entrepreur yang intelektual dan bagian
dari pengembangan daeral asla saya yaitu Bangka Belitung dan negara kita negara
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar